Darren Masuk Sekolah

2474 Words
Pagi ini Christa sedang bersih-bersih rumah. Dia sudah bangun sejak jam lima pagi tadi. Dimulai dari dia menyapu, mengepel dan mencuci piring sedangkan David membuatkan sarapan mereka. Sekarang, David sudah pergi duluan ke rumah sakit karena prakteknya dimulai dari pagi. “Haahh” Christa merenggangkan tubuhnya yang agak kelelahan setelah melakukan pekerjaan rumah. David ternyata sangat teliti soal kebersihan rumah. Bahkan pria itu menyuruh Christa menyapu dua kali sebelum di pel. Christa pun langsung membangunkan Darren untuk bersiap ke sekolah. “Anak ganteng! Bangun yuk! Kita sekolah.” Tapi Darren malah mengguling-gulingkan tubuhnya malas sambil memeluk erat gulingnya. “Jangan gitu, dong! Nanti bang Dave marah, lho!” ujar Christa lagi dan akhirnya membuat si balita ganteng itu membuka matanya. Dia memberengut lalu menatap Christa, “Kakak cantik, Bang Dave udah pelgi kan? Udah, bilang aja kalo Dayen sudah sekolah. Sekolah gak enak!”. Mendengar itu, entah kenapa Christa kesal sendiri. Waktu zamannya, anak-anak itu pengen banget sekolah. Nah, zaman sekarang? Bahkan yang masih baru masuk Taman Kanak-Kanak malas sekolah. Langsung saja, Christa menjewer telinga Darren sambil menatap anak itu judes. “Kalau gak sekolah, nanti kakak cantik marah, ya.” Kesal Christa. “Aduh! Sakit kakak cantik!” rengek Darren. “Makanya, cepat mandi sana! Kakak siapkan baju kamu!” suruh Christa hanya diangguki pasrah oleh Darren. Anak itu beranjak ke kamar mandi untuk bersiap. Dia sudah di latih David beberapa hari belakangan ini untuk mandi sendiri, tapi karena khawatir, Christa mengawasinya. Takut Darren terpeleset di kamar mandi. Darren itu ternyata memang anak yang pintar, dia bisa menyabuni dan memakai shampoo sendiri. Christa hanya tersenyum gemes melihat kepintaran anak itu. ‘Pinternya nurun dari siapa, ya? Papa atau mamanya? Aku jadi penasaran siapa orang tua Darren yang sebenarnya.’ Batin Christa. Selesai Darren mandi, Christa langsung mengambil handuk dan mengelap tubuh anak itu. Dia memakaikan baju dan membedaki anak itu dengan rapi. Buku dan perlengkapan sekolahnya sudah siap semuanya. “Ayo berangkat!” ujar Christa dengan semangat tapi diangguki malas oleh Darren. Mereka keluar dari rumah untuk mengambil taksi di luar komplek. Tapi Christa merasa mata para tetangga terus-menerus memerhatikan mereka. “Mbak Christa? Mau antar Darren ke sekolah ya?” tanya bu Mina sambil membawa anak lelakinya juga untuk diantarkan ke sekolah. “Iya, bu. Ini hari pertama untuk Tahun ajaran barunya Darren. Dia baru aja masuk TK tapi Darren ini sudah pandai mengeja.” Jawab Christa diangguki bu Mina. “Beruntung ya, kamu punya anak eh, maksudnya mengurus anak yang ganteng dan pintar kayak Darren.” Puji bu Mina tadi lidahnya keseleo bilang kalau Darren anaknya Christa. “Hehehe, iya bu. Oh iya, adik ini namanya siapa?” tanya Christa sambil menatap anaknya bu Mina. “Oh namanya, Dimas. Dia ini anak ketiga saya.” Jawab bu Mina diangguki oleh Christa. “Ohhh, jadi dia yang paling kecil ya?” tanya Christa lagi. “Enggak. Dia masih punya adik berusia tiga tahun.” Jawab bu Mina membuat gadis itu terkejut. Dia menatap heran pada bu Mina yang berekasi biasa aja. ‘Astaga! Ini zaman modern, tapi kenapa sih gak menerapkan KB? Sampai empat anak lagi. Padahal kelihatannya masih muda, gak jauhlah diatasku. Haduh pasti repot ya jadi emak-emak. Ini alasannya aku tidak mau cepat-cepat menikah.’ Christa membatin. “Kok diam? Kamu heran ya kenapa anak saya banyak? Sebenarnya, suami saya itu duda dua anak dan anak kandung saya cuma 2 kok.” Jelas bu Mina lagi diangguki mengerti oleh Christa. “Kok Bu Mina mau sih menikah sama duda?” tanya Christa penasaran. “Hihihihi! Gimana ya, namanya juga jodoh.” Jawab Bu Mina sambil terkikik. Sedangkan Christa merasa jawaban bu Mina sama sekali bukan hal yang ingin di dengarnya. Gadis itu jadi teringat dengan siapa dulu ayahnya ingin menjodohkan dirinya. ‘Cih! Aku benci duda!’ kesal Christa dalam hatinya. Tak terasa, mereka sampai di simpang komplek dan mengambil taksi untuk pergi ke Taman Kanak-kanak Darren. Taman Kanak-Kanak Christa langsung turun dari taksi sambil membawa Darren masuk ke kelasnya. Sang guru langsung menyambut semua anak yang di dampingi oleh orang tua atau pun Babysitternya. Saat sang guru melihatnya membawa Darren, dia menatap bingung pada Christa. “Maaf dik, ini anak atau adik kamu?” tanya guru taman kanak-kanak itu melihat Christa yang menggandeng Darren tadi kedalam. “Iya, saya Babysitternya, bu.” Jawab Christa sambil tersenyum pada sang guru. “Begitu ya, tapi kalau anda babysitternya, kenapa penampilan anda seperti nyonya begitu?” tanya sang guru. Bukan apa-apa, dimana-mana Babysitter itu pake seragam. Lah, Christa? Dia memakai baju ber-merk dan penampilannya sangatlah modis. Memang benar, dia berpenampilan seperti nyonya. “Ah iya! Saya ini keluarga jauhnya juga. Saya bukan Babysitter dari yayasan, bu.” Jelas Christa dengan sedikit bumbu melebih-lebihkan. Tapi jujur saja, guru taman kanak-kanak itu masih belum percaya dengan Christa. Di dalam pikirannya, Christa itu sedang menutupi kebenaran kalau Darren adalah anaknya dengan kedok babysitter. Tentu saja dia malu karena masih terlihat muda dan berusia awal dua puluhan sudah punya anak berusia lima tahun. ‘Hahh! Banyak juga ya, anak muda yang terjerat pergaulan bebas! Kasihan anaknya.’ Batin sang guru kasihan, padahal entah kasihan sama siapa. Harusnya, dia kasihan sama Christa yang dituduh olehnya. Dia masih anak gadis perawan yang belum punya anak. Tapi, dia sudah berulang kali dapat fitnah semenjak tinggal di komplek rumahnya Darren. ‘Sepertinya aku harus terbiasa dengan tudingan seperti ini.’ Batin Christa sambil tetap tersenyum dihadapan sang guru. “Baiklah nona, saya mengajar anak-anak dulu.” Sang guru akhirnya memilih masuk dan mengajar muridnya. “Hahhh! Harusnya guru itu mengajar saja, gak usah mengurusi hidup orang!” gumam Christa kemudian. Dia pun memutuskan duduk di luar kelasnya Darren untuk menunggu kepulangan anak kecil itu. Beberapa orang tua disana juga berkumpul dan bergosip ria disana, ya tentu saja mereka adalah sekumpulan emak-emak. Jujur saja, Christa bosan! Dia pingin bermain Hp, tapi teringat kalau sekarang dia tidak memiliki benda itu. Tentu saja, ketinggalan di rumah temannya saat kabur kemarin. David juga gak bakal mau membelikannya Hp. “Hahh! Gaji pertama aku langsung beli Hp! Apa aku pergi ke café dekat sini aja, ya?” gumamnya berpikir. Tapi dia langsung menggeleng teringat David tak akan segan memotong gajinya kalau sampai dia menggunakan uang pria itu kalau bukan untuk Darren. “Eh, dik! Kamu kenapa sendiri aja? Gabung bareng kita, yuk!” ajak salah seorang emak-emak pada Christa. Gadis itu langsung berpikir sebentar dan akhirnya mengangguk. Dari pada dia bosan, lebih baik dia ikutan mendengar gibahan para emak itu. “Hai, ibu-ibu!” Christa menyapa mereka sopan. “Duduk sini, yuk!” suruh emak itu sambil menunjuk kursi kosong diangguki oleh Christa. “Eh, kamu kelihatan masih muda. Yang tadi kamu anter anak kamu?” tanya salah satu ibu itu kepada Christa. “Saya adalah Babysitternya.” Jawab Christa membuat para emak saling menatap satu sama lain. Bukan apa-apa, mereka agak terkejut ada Babysitter semuda Christa dan mereka yakin kalau Christa tidak berpengalaman. “Umur kamu berapa, dik?” yang lain mulai kepo. “ Dua puluh satu tahun.” “Kamu bukan ibu muda, kan?” mereka mulai mencurigai Christa. “Bukan, bu. Memangnya, saya se-tua itu?” Christa tak mengerti kenapa emak-emak dihadapannya ini langsung menuduhnya sebagai ‘ibu muda’. Ibu muda adalah julukan untuk wanita yang hamil di usia sekolah. Dan Christa merasa dinistakan dengan tuduhan seperti itu. Hello! Dia itu perawan lajang yang cantik. Dia tidak mau cepat-cepat menikah, apalagi kalau dijodohkan. “Ohh! Begitu, ya! Kamu bukan ibu tirinya, ya?” Oh God! Tuduhan macam apa lagi ini? Udah dituduh ‘ibu muda’, sekarang malah dituduh ‘ibu tiri’! Apa wajah Christa sekejam ibu tiri? Christa tak habis pikir dengan cara para emak itu menilainya. “Bukan, bu! Saya bekerja di rumah keluarganya Darren.” Christa kasih penerangan lagi. “Orang tua anak itu dimana?” bukan emak-emak namanya kalau tidak menguzut urusan orang sampai tuntas. Jujur saja, Christa menyesal sudah ikut gabung dengan mereka. Dia malah diintrogasi dan dituduh yang tidak-tidak. Dia bahkan heran dengan pemikiran orang zaman sekarang yang selalu negative saat melihat sesuatu yang tidak biasa. Anggap saja kek, dia kakaknya Darren, gitu? Mereka malah nuduh dia ibu tirinya. Kejam! “Mereka pergi ke luar negeri. Saya bersama kakak laki-lakinya Darren.” Jawab Christa pada mereka. Para emak itu hanya mengangguk mendengar dawaban Christa yang tegas. “Ohhh! Kami pikir kamu simpanan papanya Darren. Maaf ya, dik! Soalnya banyak perempuan gak bener zaman sekarang. Jangan ditiru, ya! Kamu harus sukses dan dapatkanlah pria yang sukses, tampan dan kaya! Kalau bisa CEO!” para emak itu memotivasi Christa. Mendengar itu, Christa mengangguk setuju dengan saran untuk sukses dan mencari jodoh sendiri. Setelah introgasi itu, Christa hanya pendegar saja ketika para emak itu bergosip. “Eh, tahu gak sih jeng? Katanya, saat wanita sudah mulai menua, maka suaminya akan selingkuh!” emak-emak itu mulai bergosip ria mengenai urusan pribadi mereka. “Itu fakta, lho! Makanya, aku ini harus perawatan dua kali seminggu untuk menjaga penampilanku. Ih! Kalau sampai ada pelakor yang merebut suamiku, akan kucakar-cakar wajahnya!” balas emak lainnya membuat Christa yang mendengarnya jadi ngeri sendiri. Ternyata, emak-emak yang menyeramkan zaman sekarang. “Dik, jangan mau jadi pelakor, ya! Pelakor itu merusak kehidupan pernikahan orang dan membuat anak-anak jado korban.” Emak lainnya juga menasehati Christa supaya jangan mau jadi pelakor. Christa hanya mengangguk sebagai tanda dia mengiyakan saran itu, “Siapa juga yang mau jadi pelakor? Aku ini anti merebut milik orang! Dan milikku juga gak boleh direbut siapa pun.’ “Eh, supaya suamiku gak selingkuh, aku maksimalkan di ranjang! Jika dia puas, dia gak bakal oleng sama perempuan lain.” Ujar emak lainnya membuat Christa yang masih gadis jadi malu sendiri mendengarnya. “Aku sering ambil kendali, sih! Hihihiihi!” tambah yang lain sambil tertawa. Christa memang tak cocok berada disini sebenarnya. Kalau ada sesamanya, maka mereka bakal membicarakan, soal pacaran, pekerjaan, sosial media dan traveling. Bukannya soal pelakor atau pun masalah ranjang seperti ini. Tapi apa boleh buat, Christa akan bosan jika sendirian. Akhirnya, dia memilih untuk menikmati saja pembicaraan orang dewasa ini. Tak terasa, bel pulang sekolah berbunyi. Mereka akhirnya bubar untuk mengambil anak masing-masing ke kelas. Christa juga melangkah menuju kelasnya Darren. Tiba-tiba, sebuah suara baritone memanggilnya. “Christa? Beneran ini kamu?” Suara itu membuat Christa berbalik dan dia menatap pria itu terkejut. Gadis itu sama sekali tidak mengira akan bertemu dengan pria ini diwaktu seperti ini. Kalau bisa, dia akan langsung kabur jauh ke ujung dunia, tapi teringat Darren, akhirnya tidak jadi. “Ternyata benar, ya? Kamu benaran kabur dari Om Syahputra? Kenapa?” tanyanya lagi. “Maaf, Pak Al! Saya kabur karena saya tidak mau dijodohkan dengan bapak! Bukannya sudah jelas ya?” Akhirnya Christa menjawab tegas kepada pria itu yang adalah Aldrian Pramuda. Dia adalah pria yang ingin dijodohkan dengan Christa. Dia tampan, kaya, dan seorang CEO. Ideal, bukan? Tapi masalahnya adalah… “Daddy!” panggil seorang gadis kecil yang berlari ke arah Al. Pria dewasa itu menyambut putrinya sambil menggendongnya. “Kakak cantik! Itu Sheyna, teman bayunya Dayen. Cantik, kan?” Darren juga datang sambil memperkenalkan anak yang tadi memanggil Daddy pada Al. Ya, sudah jelas! Alasan Christa menolak Al mati-matian adalah karena dia adalah duda anak satu. Jarak umur mereka juga terpaut cukup jauh, yaitu sebelas tahun. Sekarang, Al berumur tiga puluh dua tahun. “Darren, kita pulang, yuk!” ajak Christa sambil menggandeng tangan Darren. “Dadah, Sheyna! Jumpa lagi besok, ya!” Darren pamit sama Sheyna. Christa yang melihat itu hanya memutar bola matanya malas. ‘Ini akan sifat buayanya nurun dari siapa, sih? Jadi heran?’ batin Christa. “Tunggu, Christa! Kamu harus jelaskan semuanya padaku! Apa salahku sampai kamu menolakku? Kamu punya pacar?” tanya Al sambil menahan tangan Christa. “Lepasin, pak! Saya gak mau menikah sama bapak! Kenapa sih, ngotot amat!” Christa berusaha melepaskan tangan Al, tapi sialnya tangn pria itu sangat kuat. “Apa kurangnya saya, Christa?” Al tak terima di tolak begitu saja. Padahal, diluar sana banyak wanita yang antri mau jadi istrinya Al. Bukan saja istrinya, ada yang rela jadi yang kedua, ketiga, bahkan jadi simpanan. Orang dia CEO, guyss! “Om, jangan talik-talik gitu, dong!” tegur Darren membuat perhatian Al teralihkan. Dia bertanya-tanya dalam hati soal hubungan Christa dan anak itu. “Dad? Ini aunty Christa yang papa ceritakan? Dia akan jadi mommy-nya Sheyna?” tanya Sheyna tanpa celat. Gadis itu memang anak yang pintar. “Iya sayang! Kenalan, dong!” Al malah menyuruh putrinya berkenalan dengan Christa. ‘Dasar sial si duda ini! Pandai sekali dia menggunakan anak-anak untuk mendekatiku!’ kesal Christa dalam hatinya tetapi tetap bersikap manis pada Sheyna yang imut, lucu, cantik dan juga pintar. Setelah berkenalan dengan Sheyna, Al langsung menarik Christa sedikit menjauh dari anak-anak. Dia masih mau membujuk Christa soal perjodohan mereka. “Pak Al! Anak-anak jangan ditinggalin, dong!” kesal Christa sambil melepas paksa cengkraman Al di lengannya. “Kita masih bisa mengawasi mereka! Christa, kamu ini kenapa, sih? Selalu saja menolak saya. Apa anak laki-laki itu putramu? Aku tidak tahu kamu hamil waktu SMA. Atau kamu jadi pengasuh anak, sekarang? Kamu melakukan itu supaya bisa kabur dari aku? Tapi sepertinya takdir berpihak pada cintaku, Christa! Kita bisa bertemu disini.” “Sorry ya, pak! Mau takdir kek! Nasib kek! Apalah namanya itu, sampai kapan pun saya gak mau menikah dengan bapak! Saya gak mau sama duda. Kalau bapak butuh pengurus anak, sewa baby sitter sana! Orang kaya, kan?” Christa masih menolak Al. Dia sudah teguh dengan pendiriannya yang tidak akan pernah mau menikah dengan Al. “Ini alasan saya milih kamu, Christa! Kamu adalah wanita yang teguh dengan pendirianmu. Aku tidak akan berhenti sebelum kamu jadi milik orang lain. Kalau pun sudah jadi milik orang lain, akan kutunggu jandamu!” Al ternyata kepalanya lebih keras daripada batu. Mungkin sekeras beton atau pun baja. Christa hanya tersenyum remeh pada Al, lalu pergi untuk menyusuli Darren. Tapi Al tidak diam dan memeluk Christa dari belakang. “Saya sayang sama kamu, Christa! Dari dulu! Dari pertama saya kenal kamu!” bisik Al membuat Christa semakin ketakutan. Dia ingat kapan pertama kali dia bertemu dengan Al. Itu adalah sewaktu dia masih berusia sepuluh tahun. “Lepasin aku, p*****l sialan! Atau aku akan teriak, eummpphh!” Al membungkam Christa dengan ciuman. Setelah itu, Christa mendorong Al dengan kuat dan akhirnya pelukan pria itu terlepas. Gadis itu terkejut bahwa ciuman pertamanya lenyap dicuri oleh duda sialan dihadapannya itu. Tubuhnya jadi lemas seketika dan rasanya dia mau menangis sekeras-kerasnya. Al hanya diam saja, sampai Christa merasa tubuhnya akan terjatuh dan ‘BRUK!’ “Kenapa kamu begini? Lupa sarapan, ya?” Christa mendengar sebuah suara yang dikenalnya. Itu adalah suara pria yang selama beberapa hari ini bersama dengannya. “Dave?” gumamnya sambil memeluk erat pria itu tepat didepan Al.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD