Keluarga Angkasa

Dia bahagia sekali. Pria itu mati. Suhu tubuh pria itu perlahan tidak lagi hangat. Namun dia masih asyik menonton, agak betah di sana menyaksikan perbuatannya. Meski pria itu sudah sangat tua, masih terlihat bekas-bekas ketampanan masa muda pria itu, dan juga aura karismatik yang tiada tandingan. Bahkan si pria tua tetap terlihat karismatik dengan posisi beku di atas ranjangnya yang mewah dan mahal, masih terbalut selimut tebal, sungguh terasa nyaman. Sayangnya, dengan mata membelalak dan mulut terbuka lebar, nampak jelas bekas-bekas erangan si pria tua yang gagal terdengar oleh orang-orang di sekitar rumah. Orang-orang yang ia harap dapat ia percayai. Tapi tidak akan ada yang datang untuk membantu. Pria tua itu akan mati sendirian sambil menikmati rasa sakitnya. Sementara sorot mata pria tua itu memohon kepadanya yang masih di sana, asyik menonton. Tapi tentu dia tidak melakukan apa pun. Hanya duduk di sana, menahan cekikikan karena berhasil melaksanakan niatnya yang sudah lama ia rencanakan. Orang-orang akan bersedih, pikirnya dengan pasti. Esok, pada pagi hari yang terasa biasa-biasa saja, semua akan bangun dan melakukan aktifitas masing-masing. Dan setelah matahari meninggi, orang-orang akan menyadari jika ada sesuatu yang ganjil. Pria tua belum juga turun dari kamar, hal itu ganjil sekali karena pria tua kaya raya ini sangat rajin bangun pagi. Biasanya dia duduk-duduk di beranda selepas subuh, menyesap teh sambil mengamati matahari naik setiap derajat ke langit di sebelah ufuk timur. Hingga langit terang, maka dia akan berjalan ke dapur, menyapa para pelayan dan anggota keluarganya yang sudah berada di sana. Tapi orang-orang sudah lengkap berkumpul di meja makan, dan si pria tua belum juga muncul. Maka pelayannya akan naik ke kamar si pria tua untuk mengecek, lalu ia akan menunggu hingga teriakan histeris si pelayan menggema ke seluruh sudut perumahan. Si pelayan tentu tidak pernah bermimpi akan menemukan majikannya yang sudah tidak bernyawa lagi di atas ranjang yang nyaman itu. Lalu, rumah ini akan ramai. Polisi dan wartawan pasti akan berdatangan. Tapi polisi dan wartawan tidak akan mendapatkan apa-apa. Tidak ada bukti apa pun jika si pria tua dibunuh olehnya. Dia sudah menyusun rencananya dengan sedemikian rupa, agak lama, nyaris bertahun-tahun. Agar rencananya sempurna. Pasti akan ada judul utama besar-besar di halaman depan koran-koran lokal. Si pria tua kaya raya yang sudah berpenyakitan mati karena salah meminum obatnya. Nah, orang-orang akan membicarakan kebodohan atau kesialan si pria tua kaya raya ini. Juga pasti akan ada berita miring, hanya untuk menambah bumbu penyedap dari berita itu. Mereka pasti akan berspekulasi, tanpa bukti tentunya, jika si pria tua telah di bunuh. Kata mereka pastinya, mungkin si pria tua telah dibunuh istri mudanya, atau dibunuh adik-adiknya yang iri dengan hartanya yang banyak, atau juga dibunuh oleh tukang kebunnya sendiri, sampai, mungkin dibunuh oleh cucu-cucunya. Tapi spekulasi itu akan berhenti dalam sekejap. Orang-orang hanya akan membicarakannya sebentar saja. Lalu mereka bosan, kembali fokus pada kehidupan mereka masing-masing, dan mencari berita hangat yang lebih asyik untuk digosipkan. Dia cekikikan membayangkan semua hal itu. Dia, duduk-duduk saja di sini, tak ada yang tahu jika dia lah yang membunuh si pria tua. Seru sekali. Ya kan?