Bab 2

1338 Words
“Hari ini aku capek banget, capek hati, capek badan.” Melodi merebahkan tubuhnya di sandaran kursi mobil yang sudah dibuat senyaman mungkin untuk dia tiduri.   “Memangnya ada apa di lokasi syuting?” tanya Putri yang merupakan manajer dari Melodi. Dia datang menjemput Melodi di lokasi syuting setelah seharian mengurusi berkas-berkas yang.   “Nggak penting dibahas Mbak, aku mau tidur dulu.” Melodi menurunkan penutup matanya.   “Besok pagi kamu ada syuting iklan dengan perusaahn Tremart.”   “Mbak atur aja, aku mau tidur.”   Putri kemudian menancap gas dan segera meninggalkan lokasi syuting. Di perjalanan yang terasa sepi dia melirik Tiara yang tengah sibuk dengan ponselnya. “Emangnya tadi lokasi ada apa?” tanya Putri.   “Itu si Alice ngeselin. Dia keliatannya nggak suka banget sama Mbak Melo.”   “Oh pantes aja. Awasin Melodi ya Ra, jangan sampai dia kepancing emosi buat berantem.”   “Malah Mbak Melo keren banget loh Mbak Put, dia tu bales omongan si Alice yang keliatan nggak suka liat Mbak Melo makan banyak, terus bilang ‘nggak takut gendut?’ ya dijawab Mbak Melo dong kalau dia susah gendut.”   Mendengar hal itu Putri tertawa. “Masih pada muda udah saling benci seperti ini.”   “Orang kota kebanyakan tingkah sih Mbak.”   “Nanti kamu jangan kaya gitu makanya.”   “Jelas.”   Tepat di tengah malam mobil itu baru berhenti di rumah berlantai dua itu. Putri membangunkan Melodi dan juga Tiara yang tidur. Melodi bangun dengan malas dan langsung masuk ke rumah tanpa sepatah katapun. Dia terlalu mengantuk dan ingin segera kembali tidur.   Masuk ke kamarnya, Melodi menyalakan lampu tidurnya dan setelahnya dia menjatuhkan tubuhnya yang sudah lelah di atas tempat tidurnya yang empuk. Kamar dengan nuansa abu-abu menambah kesan kamar yang gelap.   Di usianya yang sudah 23 tahun, Melodi tidak terlalu suka dengan sesuatu yang heboh dan menusuk mata. Sekarang dia suka sesuatu yang simple dan menyukai warna-warna soft. Kamarnya bahkan, walau besar namun sangat simple di mana tidak banyak furnitur di kamar itu, walau begitu tetap saja kamarnya terlihat indah.   Pagi hari datang dengan sinar matahari yang terhalau awan gelap yang membentang. Melodi sejujurnya masih mengantuk jadi dia memutuskan untuk melanjutkan tidurnya di perjalanan menuju tempat syuting iklan yang sudah dijadwalkan. Tidur selagi bisa, itu yang Melodi terapkan.   “Mel.”   “Melodi?” Putri menggoyangkan tubuh Melodi yang tidur dengan nyenyaknya di kursi penumpang.   Melodi menggeliat pelan dan perlahan membuka matanya. “Kenapa Mbak?”   “Udah sampai, yuk turun.”   Melodi menghela napas. Dia meregangkan tubuhnya sebelum keluar dari mobil. Melodi berjalan di belakang Putri bersama dengan Tiara yang membawa tas yang berisikan peralatan make up jika dibutuhkan.   Melakukan syuting iklan di perusahaannya langsung merupakan kali pertama dilakukan Melodi, apalagi perusahaan ini bukan perusahaan iklan melainkan e-commerce. Seakan tersadar dia yang akan memasuki perusahaan yang sekarang sudah mendapatkan gelar perusahaan decacorn itu Melodi tersentak.   “Nggak ada ilerkan?” tanya Melodi pada Tiara.   “Ada ilerpun Mbak Melo tetep cantik.”   “Serius Ra, ada nggak?”   “Nggak ada, Mbak.”   Tangan Melodi memberi kode agar Tiara memberikannya ponsel. Ponselpun segera disodorkan oleh Tiara dan saat melihat kamera, barulah Melodi percaya bahwa dia memang tidak ileran.   “Selamat datang di Tremart.” Seorang menyambut ke datangan mereka setiba di lobi kantor.   Melodi hanya tersenyum membalas ucapan orang yang menyambutnya. Putri yang lebih banyak bicara jika seperti ini     “Saya tidak menyangka kalian akan datang lebih awal dari waktu yang sudah ditentukan.”   “Kami takut terlambat jadi kami datang lebih awal,” ucap Putri.   “Kalau begitu bagaimana jika kita ke tempat syutingnya? Di sana kalian bisa duduk sembari menunggu.”   “Tidak masalah.”   Melodi hanya diam sambil terus tersenyum. Saat benar-benar masuk ke dalam perusahaan itu, barulah Melodi takjub dengan bagian dalam dari perusahaan itu. Kantor yang terasa sangat-sangat nyaman dan orang yang bekerja di sana pasti merasa nyama, pantas saja banyak yang berlomba ingin bekerja di sana.   Mereka datang terlalu cepat, jika bukan Putri yang menjadi manajer dari Melodi, sudah dipastikan Melodi akan lebih memilih datang 10 menit sebelum jam yang sudah ditentukan karena sekarang mereka datang lebih cepat 30 menit.   Dari tempatnya Melodi bisa melihat kru-kru yang mengerjakan iklan tengah sibuk menyiapkan set. Sembari menunggu Melodi memutuskan untuk memperdalam skenario iklannya.   “Melodi, waktunya di make up ya.”   Make up artis itu baru saja datang dan langsung diperintahkan untuk segera merias wajah bintang utama di iklan ini. Tidak hanya Melodi saja sebenarnya yang berperan dalam iklan ini karena dalam iklan ini Melodi akan beradu akting dengan   Melodi segera di bawa ke ruang make up di mana Melodi hanya ditemani Tiara karena Putri biasanya akan menunggu di luar sambil berbincang dengan klien mereka. Melodi jadi penasaran bagaimana syuting iklan ini akan berlangsung. Melihatnya sekilaspun Melodi bisa melihat bahwa tempat syutingnya benar-benar bagus.   Riasan di wajah Melodi akhirnya selesai, tidak butuh waktu lama bagi si make up artis untuk merias dengan gaya natural. Sekarang Melodi hanya perlu mengganti pakaiannya dan keluar dari ruang make up. Baju yang akan dipakai Melodipun sudah dipersiapkan. Banyak baju yang dipersiapkan namun untuk adegan pertama, Melodi harus menggunakan baju kaos rumahan.   “Padahal cuman pakai kaos dan make up tipis, tapi dia cantik banget.”   Suara bisik-bisik itu terdengar tak kala Melodi keluar dari ruang make up. Melodi hanya bisa tersenyum kecil sambil mencari keberadaan Putri. Putri ternyata masih berada di tempatnya tadi namun kali ini dia berbicara dengan orang yang berbeda.   Lelaki dengan jaket kulit hitam itu tampak berbicara dengan serius dengan Putri, wajah serius mereka bahkan dengan cepat berganti karena tawa yang keluar dari dua orang itu. Melodi penasaran, diapun mendekati Putri dan orang asing itu.   “Mbak Put.” Melodi memanggil Putri tepat setelah dia berdiri di samping tempat duduk Putri.   “Udah selesai?” tanya Putri yang dijawab anggukan Melodi.   “Ada telpon, aku angkat dulu ya. Permisi.” Putripun meninggalkan Melodi sendirian di sana dengan orang asing yang tampak acuh tak acuh dengan keberadaannya. Karena lelah berdiri, Melodipun memutuskan untuk duduk di kursi kosong yang tadi sempat diduduki oleh Putri. Saat duduk, Melodi bisa merasakan tatapan menusuk dari pria berjaket kulit di sampingnya ini.   “Aku boleh dudukkan?” tanya Melodi karena merasa tidak nyaman sudah ditatap dengan intens oleh pria asing yang jaraknya cukup dekat dengannya.   “Bukannya kamu sudah duduk?”   Karena terlalu tidak sabaran Melodi malah duduk tanpa meminta ijin pada orang asing di depannya. Melodi tersennyum canggung pada orang itu. Dari dekat seperti ini Melodi bisa merasakan dengan jelas aura bad boy dari pria di sampingnya ini, padahal jika dilihat-lihat usianya pasti sudah di atas 25 tahunan.   Gaya yang tidak cocok untuk masuk ke dalam kantor dan tidak melakukan apa-apa, Melodi bisa memastikan bahwa lelaki di sampingnya ini adalah model yang akan beradu akting dengannya.   “Kim Melodia.”   Melodi memandangi pria itu bingung. “Ya?” tanyanya.   “Manajermu cantik ya.” Senyum dan tatapan pria itu terlihat menggodanya.   “Hah?” tanpa sadar Melodi mengatakan hal itu dengan wajahnya yang seakan tak percaya dengan apa yang barusan dia dengar. Ya, dia memang tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar dari ucapan pria asing di depannya ini.   “Tak terima?” Mata pria itu memandangi Melodi dengan sorot mata menantang.   Perkataan orang itu malah membuat Melodi semakin kaget. “Maksud Anda apa ya?” tanya Melodi dengan nada suara yang sedikit lebih tidak ramah, dia merasa dituduh karena Putri mendapat pujian, bukannya dirinya.   “Tidak ada.”   “Mel, bagianmu udah mau take scene, ayo cepat.”   Melodi merasa terselamatkan karena kedatangan Putri. Dia tidak tahu akan jadi apa dia setelah bersama pria aneh di depannya ini.   “Saya permisi.”   “Arwin,” ucap pria itu membuat langkah Melodi terhenti.   “Ya?” katanya mencoba untuk sopan.   “Nama saya Arwin.”   “Ah, iya Arwin, salam kenal.” Melodi berbalik dan pergi meninggalkan pria aneh yang bernama Arwin itu.   “Mbak, dia model lawan aktingku?” bisik Melodi setelah merasa cukup jauh dari tempatnya tadi.   “Siapa?” tanya Putri bingung.   “Ya itu, yang duduk sama aku tadi dan becanda sama Mbak.”   “Dia? Dia itu Pak Arwin Adhyastha, CEO perusahaan ini.”   Sontak saja kaki Melodi berhenti melangkah, dia terlalu kaget dengan informasi yang baru saja dia dapatkan. “Yang bener, Mbak?”   “Astaga udah deh, sana cepet take.” Putri menarik pergelangan tangan Melodi agar mengikutinya berjalan menuju set.   Saat di set, Melodi mencoba berakting sesuai dengan skenario yang sudah diberitahukan kepadanya. Awalnya Melodi melakukannya dengan cukup lancar, namun sedikit masalah Melodi dapatkan saat orang itu malah datang menonton jalannya syuting iklan itu berlangsung. Siapa lagi kalau bukan Arwin, pria aneh yang ternyata seorang CEO.    Mampus aku, batin Melodi saat itu juga karena dia sudah bersikap tak sopan pada seorang CEO, Orang lain yang berada di posisi Melodipun pasti akan bereaksi seperti dia juga bukan? Sifat orang itu yang menyebalkan membuat orang yang baru pertama kali bertemu dengannya akan tidak sungkan ketus padanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD