Selama proses syuting berjalan, beruntungnya Melodi bisa menguasai dirinya sehingga kesalahan terjadi hanya sekali saat Arwin baru saja datang. Melodi akhirnya selesai dengan kostum pertamanya, sekarang dia harus mengganti kostum lagi dengan yang lainnya namun masih menggunakan make up yang sama. Setelah selesai dengan kostum yang kedua dan ketiga, sekarang tersisa satu kostum yang harus dikenakan Melodi.
Untuk yang terakhir ini, tampilan Melodi sangat berubah. Make up yang awalnya tipis dan simple berubah menjadi full make up. Sebuah gaun malam berwarna merah akhirya melekat di tubuh Melodi. Sekarang Melodi siap untuk melakukan scene terakhir iklan.
Tepat saat Melodi keluar ruang make up seseorang menghampirinya. “Melodi, kita pemotretan dulu ya, soalnya pasangannya masih di make up.”
“Oh, iya enggak apa-apa.” Sejujurnya Melodi bingung dengan hal ini karena bisa-bisanya model pria yang akan berpasangan dengannya masih di make up, jelas sekali tidak ada keprofesionalan bukan? Jika besok-besok partnernya pria itu lagi, Melodi memilih untuk tidak mengambil job yang sama dengan pria itu.
Seperti arahan itu Melodi akhirnya melakukan pemotretan. Bunyi jepretan kamera terdengar jelas dan Melodi tampak berpose dengan santai. Dibandingkan dunia peran, Melodi lebih dahulu menjadi seorang model dan bidikan kamera seperti ini sudah menjadi makanannya sehari-hari dan selama menjadi model Melodi juga mengasah bakat aktingnya dan mulai menerima tawaran iklan kemudian menjadi pemeran pembantu di film layar lebar hingga sekarang menjadi pemeran utama di sinetron.
Putri adalah orang yang berjasa di karir Melodi karena Putri yang sedari awal keukeh mengatakan bahwa Melodi memiliki potensi untuk menjadi orang besar di dunia hiburan Indonesia. Bahkan dua tahun lalu saat orangtua Melodi memutuskan untuk kembali ke Korea untuk menetap di sana, Putri juga ikut memohon pada orangtua Melodi agar Melodi diperbolehkan terus berkarir di Indonesia.
Keputusan Melodi menetap di Indonesia ternyata tidak sia-sia karena dia bisa sampai di posisinya saat ini. Sekarang namanya sudah dikenal banyak orang dan dia juga mulai dilirik untuk mendapatkan pemeran utama lainnya setelah sinetron pertamanya ini. Namun sekarang Melodi merasa tidak ingin bermain sinetron jika sinetronnya memiliki banyak episode dan dia lebih memilih untuk bermain film layar lebar walau sebagai pemeran pembantu.
Idealis sekali bukan? Jika sesama artis yang mendengarnya mungkin dia akan mengatakan ‘sombong’ atau bahkan mengatakan ‘nanti juga kalau butuh uang jilat ludah sendiri, tau kan gimana gaya hidup kalau udah jadi artis?’.
Tapi sepertinya efek dari satu stasiun televisi yang berani keluar dari jalur membuat stasiun televisi yang lainnya juga akan melakukan hal yang sama. Akting Melodi di sinetron itu juga bukan akting yang biasa dan Melodi cukup optimis untuk mendapatkan tawaran main di film layar lebar sebagai pemeran utama.
“Bagus Melodi!”
Bersamaan dengan teriakan fotografer, Arwin tiba-tiba masuk ke dalam set dan sukses membuat Melodi terperangah. Arwin yang tadi memakai jaket kulit sekarang sudah rapi dengan setelan jasnya. Aura seorang bos, itulah yang Melodi tangkap saat melihat Arwin saat ini.
“Sesi pemotretan selanjutnya dengan pasangan.”
“Maaf, tapi model prianya di mana, ya?” tanya Melodi karena sedari tadi dia tidak melihat model prianya, padahal tadi mereka mengatakan bahwa model prianya tengah di make up dan di set malah ada Arwin.
“Pak Arwin yang akan menggantikan model pria yang ternyata diare.”
Selama Melodi menjadi model, baru kali ini dia mendapat masalah seperti ini. Model prianya yang seharusnya bersamanya malah terkena diaere dan digantikan oleh CEO dari Tremart sendiri.
“Tapi, Beliaukan….”
“Apa saya tidak cocok bersanding dengan aktris besar seperti Nona Melodi?”
Semua pasang mata langsung menatap Melodi saat ini juga, bahkan Melodi bisa melihat tatapan Putri yang memintanya untuk tidak melakukan sesuatu yang akan merusak semuanya.
“Tidak.” Melodi tersenyum canggung dan kembali berucap, “Malah saya merasa punya kehormatan bisa bekerja sama dengan Anda.”
Kejadian memalukan yang terjadi antara dirinya dan Arwin membuat Melodi merasa canggung. Dia bahkan cukup sulit mencari pose yang pas saat dipasangkan dengan Arwin. Beruntungnya ini merupakan iklan bukan untuk majalah sehingga Melodi tidak perlu melakukan pemotretan yang mengharuskannya membuat pose mesra dengan Arwin.
“Manajermu belum punya pacar?”
Kepala Melodi dengan cepat menoleh ke arah Arwin dan memandangnya kaget.
“Melodi apa yang kau lakukan,” teriak sang Fotografer.
Tersadar akan kesalahannya, Melodi segera mengucapkan permintaan maaf dan kembali ke posisinya tadi.
“Belum ya.”
“Bapak bisa tanya sendiri ke orangnya,” jawab Melodi yang coba menahan dirinya.
“Saya masih muda dan bukan Bapak kamu.”
Melodi sedikit melirik ke arah Arwin dan dia sama sekali tidak membalas ucapan Arwin lagi.
Sesi pemotretan yang dilakukan lebih dahulu akhirnya selesai dan sekarang Melodi harus melakukan syuting iklan bagian terakhir yang harus dilakukan dengan Arwin. Bagian dengan Arwin ternyata tidak sedikit dan Melodi hanya bisa menahan semua emosi yang berkecamuk karena Arwin masih terus-terusan menanyakan tentang Putri pada dirinya.
“Cut! Selesai!”
Cut dan selesai adalah kata yang ingin Melodi dengar dan akhirnya dia mendapatkan itu dan terbebas dari hal yang menyebalkan ini.
“Terima kasih semuanya,” ucap Melodi pada kru-kru yang sudah bekerja keras. “Terima kasih juga untuk pak CEO.” Melodi tersenyum ramah ke Arwin yang hanya dibalas anggukan.
“Saya duluan ya, Pak.” Melodi kemudian pergi dari sana untuk segera ganti baju. Tiara dengan setia mengekor di belakang Melodi.
Melodi mengganti pakaiannya dengan cepat, Melodi sudah sangat ingin segera keluar dari perusahaan ini. Melodi tidak terlalu suka orang yang seperti Arwin. Dari kesan pertama yang dia perlihatkan sudah terlalu buruk.
Ayolah, Melodi tak habis pikir ada seseorang dengan gampangnya menanyakan sesuatu yang pribadi dan minta di dekatkan pada seorang yang baru pertama kali bertemu denganmu. Tidak sopan, sangat tidak sopan dan Melodi tidak suka hal itu. Pria yang seperti itu sudah dipastikan adalah play boy, apalagi Arwin adalah seorang CEO, dia pasti memanfaatkan kedudukannya untuk menggaet perempuan di luar sana.
Melodi mengambil kapas dan menuangkan pembersih make up. Dia kemudian membersihkan make up yang menempel di wajahnya, sedangkan Tiara sibuk membenarkan rambut Melodi.
“Mbak Melo semangat banget sih hari ini. Mana model cowoknya tadi ganteng banget.”
“Dia CEO perusahaan ini, jangan ngomong sembarangan Ra,” tegur Melodi agar Tiara tidak membicarakan Arwin di depannya.
“CEO? Apa itu Mbak?”
“Bos, anggap aja gitu,” jawab malas Melodi karena jika dia menjelaskannya secara rinci Tiara jelas tidak akan mengerti. Tiara terkadang suka lemot jika menyangkut hal-hal yang seperti ini.
“Wah keren dong ya, masih muda udah jadi bos.”
“Iya, iya.”
“Tapi ya Mbak, sepertinya dia su….”
“Stop Tiara!” teriak Melodi tanpa sadar yang membuat Tiara diam dan orang yang akan masuk ke ruangan itu mendadak terpaku di ambang pintu karena mendengar teriakan Melodi.
“Maaf Mbak Melo, enggak lagi-lagi.” Tiara nyengir yang membuat Melodi menghela napas lega.
“Aku sudah selesai ayo,” ajak Melodi untuk segera keluar dari sana. Saat akan keluar dari ruang make up, Melodi berpikir apakah kali ini Arwin akan bersama Putri, tapi apa yang dipikirkannya ternyata tidak terjadi. Arwin sudah tidak ada di tempat.
Ada kelegaan saat mengetahui bahwa Arwin tidak mendekati Putri. Melodi khawatir jika Putri sampai jatuh ke dalam perangkap Arwin. Putri terlalu sempurna untuk seorang Arwin, mau sekaya apapun Arwin dia tidak pantas mendapatkan Putri. Tapi bagaimana jika Putri juga menyukai Arwin? Di dalam mobil akhirnya Melodi memberanikan dirinya untuk bertanya pada Putri.
“Mbak Put, kalau misalnya Mbak Putri disukai Pak Arwin gimana?”
“Lha bukannya Pak Arwin suka Mbak Melo?” Bukannya Putri yang menjawab malah Tiara yang menyosor.
“Semua cowok kamu giniin lagi Ra, ku pites juga kamu.” Melodi gemes sendiri melihat Tiara yang dengan gampangnya mengatakan seseorang menyukainya. Melodi merasa kasian pada pria yang tidak sengaja menatap Tiara dan berakhir dituduh menyukainya.
“Ya Mbak Melo aja yang enggak peka.”
“Kamunya aja yang kepedean, Ra.”
“Ya udah terserah Mbak Melo aja.” Tiara mengalah.
Putri yang melihat pertengkaran itu hanya bisa tertawa. Bukan satu dua kali Melodi dan Tiara seperti ini, tapi selama itu Melodi tidak pernah memintanya mengganti Tiara, bisa dipastikan bahwa hubungan mereka seperti itu karena usia mereka yang tidak berbeda jauh.
“Hahaha… astaga kenapa bisa mikir gitu sih Mel?” tanya Putri karena tumben sekali Melodi menanyakan hal semacam ini.
“Keinget novel, jadi gimana Mbak? Mbak suka enggak kalau ada orang seperti Pak Arwin sukain Mbak?”
“Ini misalnya aja ya.” Putri mempertegas.
“Iya Mbak, misalnya doang.”
“Aku enggak tertarik sama orang yang usianya dibawah aku, terus tipe Mbak tu bukan yang seperti Pak Arwin.”
Mendengar itu Melodi bersyukur karena Putri ternyata tidak suka seseorang yang seperti Arwin. “Terus tipe Mbak emangnya kek apa?”
“Mbak sendiri bingung tapi yang jelas Mbak enggak suka pria yang berotot.”
Baru kali ini Melodi tahu bahwa Putri tidak suka pria yang berotot dan selama ini Melodi sering memperlihatkan Putri aktor dan idol Korea berbadan atletis pada Putri dan Putri menanggapinya dengan santai.
“Emangnya Pak Arwin berotot?” tanya Melodi tanpa sadar.
“Tadi dia sempat buka jaketnya dan mirip seperti badan-badan idol kesukaan kamu.”
“Jangan samain sama idol kesukaan aku Mbak, dia itu udah tua.”
“Usianya 28 tahun loh, tua dari mana.”
Usia 28 tahun dan sudah menjadi CEO, suatu pencapaian yang luar biasa memang. Melodi kira pria itu melakukan perawatan sehingga terlihat muda dibandingkan jabatannya, tapi ternyata dia memang masih muda.
“Mbak Melo udah baca naskah?” Tiara yang sejak tadi diam buka suara mengingatkan Melodi untuk membaca naskah.
“Aduh Tiara udah waras ya sekarang.” Melodi membuka tasnya dan mengambil naskahnya yang selalu Melodi bawa kemana-mana.
“Iya dong, biar karir Mbak Melo semakin bagus Tiara bakalan ngingetin Mbak Melo, Mbak Melo sukses gaji Tiara makin lancar.”
“Pantes ada maunya,” sindir Melodi.
Selama perjalanan menuju lokasi syutingnya, Melodi hanya membaca naskah. Dia bahkan sampai terharu karena cerita sinetron yang dipilihnya memang bagus, naskah yang sekarang dipegangnya kali inipun bukan naskah yang buru-buru dibuat dan diserahkan saat akan syuting.
Mobil yang dikendarai Putri pun berhenti tepat di lokasi syuting, Melodi yang menyadari itu menutup naskahnya. Rasa basah di pipinya membuat Melodi sadar bahwa dirinya menangis karena mendalami naskahnya.
“Kenapa, Mel?” tanya Putri. Hari ini Melodi cukup aneh dan Melodi yang menangis saat ini membuatnya khawatir.
“Aku enggak kebayang kisah hidupku kayak Najma. Bayangin dia masih kuat walau suaminya dituduh ngelecehin mahasiswinya dan Najma masih percaya sama suaminya.
“Kuncinya kepercayaan dan komunikasi, dia berubah karena punya simpanan pun kamu bisa ngerasain itu.”
Masalah itu Melodi juga tahu tapi menurut Melodi akan lebih bagus jika pasangan suami istri saling terbuka satu sama lain, tidak ada yang harus mereka tutupi. Jika menikah nantipun Melodi merasa tak masalah jika ponselnya dibuka oleh suaminya, tidak ada yang perlu disembunyikan. Najma karakter yang diperankannya ini cukup beruntung memilliki suami yang benar-benar mencintainya walau mereka tidak terbuka satu sama lain karena mereka menikahpun tanpa rencana.