Sambil memilih menu, Melodi berpikir bahwa mungkin saja mereka memang tak sengaja bertemu di mall dan Arwin akhirnya mengikuti mereka ke restoran ini. Seorang yang tengah menyukai seseorang bukannya akan selalu mencoba membuat momen? Di sini Melodi berharap bahwa Putri tidak akan pernah goyah dengan pendiriannya.
Melodi akhirnya memilih memesan menu makan siang. Awalnya Melodi ingin memakan paha ayam tapi dia urungkan karena keberadaan dua orang ini, jadi amannya Melodi memilih paket menu makan siang yang untung saja merupakan makanan kesukaannya juga.
“Pak Arwin kenapa bisa ada di sini?” Putri memecah kesunyian yang melingkupi empat orang yang ada di dalam restoran itu.
“Ada klien yang harus saya temui.”
“Di hari minggu seperti ini?” tanya Melodi cepat.
“Ya, kenapa tidak?”
“Pantas saja Bapak sudah bisa menjadi CEO di usia muda,” kata Melodi takjub dengan senyum gelinya yang tidak luntur.
“Panggilan Bapak membuat saya tampak lebih tua dibandingkan usia saya.”
“Akan tidak sopan jika saya memanggil hanya dengan nama, iyakan Mbak?” Melodi mencari pembelaannya yang tentu saja langsung diiyakan oleh Putri. Senyum manis Melodi yang terpampang saat ini adalah senyum kemenangannya.
Pelayan tiba-tiba datang membawa makanan pembuka terlebih dahulu. Di antara makanan pembuka itu terdapat salad dan kimchi. Bagi orang yang menyukai drama Korea, kimchi merupakan suatu yang menarik untuk dicoba, namun tak semua orang menyukainya rasanya. Seketika Melodi penasaran untuk melihat bagaimana reaksi Arwin saat memakan kimchi.
“Pak Arwin dan Pak Rendi pernah mencoba kimchi sebelumnya?” tanya Melodi. “Kimchi sangat terkenal dan akan sangat sayang jika kalian tidak mencoba kimchi sawinya.”
“Ayo Pak dicoba.” Kembali Melodi mengingatkan, saat itu juga Melodi bisa merasakan pelototan dari Putri namun tak diperdulikannya.
Tangan kokoh Arwin yang memegang sumpit segera mengambil potongan kimchi sawi itu tanpa ragu yang berbanding terbalik dengan Rendi sekretarisnya yang tampak sangat ragu bahkan saat menyantap kimchi itu dia sampai menahan napasnya.
“Awalnya cukup aneh, tapi tidak buruk juga,” ucap Arwin setelah mencoba kimchi sawi yang disajikan.
“Pak Rendi minum saja.” Putri menyodorkan gelas air minum karena tak tega melihat Rendi yang merasa aneh dengan rasa kimchi sawi yang dia makan.
Perhatian kecil Putri pada Rendi membuat Melodi sontak melirik ke arah Arwin dan pria itu malah sibuk menyantap makanan pembukanya seakan dia tidak melihat apa yang telah terjadi di depannya.
Melodi menghela napas, bisa-bisanya dia dengan kurang kerjaan menonton perjuangan Arwin untuk mendapatkan Putri. Melodi mengambil piring salad kemudian memakannya dengan cepat. Rasa salad ditempat ini enak dan hal ini membuat Melodi tak sabar menantikan menu utamanya yang sudah pasti sama enaknya.
Ketidaksabaran Melodi melihat kedatangan makanan utamanya membuat Melodi melirik ke arah datangnya pelayan dan Melodi baru sadar bahwa di jam makan siang restoran ini malah tidak ada pengunjung selain mereka berempat. Kebingungan Melodi berakhir saat dia melihat pelayan yang datang membawa pesanan mereka.
Masalah makan Melodi akan terlihat semangat sekali, terlihat dari mimik wajahnya dengan sangat jelas. Melodi akhirnya dapat mencium makanan Korea setelah lama tidak mencicipinya lagi.
“Selamat makan, semoga kalian semua menikmati pilihanku.” Melodi memberikan senyum singkatnya kemudian mulai menyantap makan siangnya.
Dengan makan Melodi bisa melupakan kekesalan-kekesalannya. Tidak hanya dengan makanan manis saja Melodi bisa memperbaiki moodnya, tapi dengan makanan pedas seperti yang dimakannya kali ini juga bisa memperbaiki moodnya yang tadi rusak karena tidak bisa menyatap paha ayam.
Di saat makan seperti ini Melodi hanya mendengarkan celotehan dari tiga orang lainnya yang berbicara tentang kejadian saat syuting iklan kemarin. Melodi tidak begitu peduli dengan semua itu karena dia tahu jelas bahwa Arwin tertarik dengan Putri dan sudah pasti basa-basi seperti ini dia lancarkan agar bisa mengobrol dengan Putri.
Dari makanan diterima hingga selesai Melodi akhirnya sadar bahwa restoran ini memang tidak ada pengunjung selain mereka.
“Ternyata pilihan Nona Melodi enak juga.” Arwin tersenyum lebar setelah menghabiskan makan siangnya.
Melodi takjub melihat Arwin yang menghabiskan seluruh makanannya yang berbanding terbalik dengan sekretarisnya. “Tapi sepertinya, sekretaris Pak Arwin tidak menyukainya,” ucap Melodi dengan kasian karena sekretaris Arwin tidak menikmati makan siangnya.
“Ah, ini karena lidah saya saja yang kampungan, saat menonton drama Korea terlihat lezat tapi ternyata bukan selera saya,” jawab Rendi cepat tanpa jeda yang membuat Melodi melongo melihatnya.
Melodi terkekeh saat itu juga. “Kalau dilatih lagi nanti juga suka kok Pak.”
“Ah, baik.”
Jawaban Rendi yang kaku dan seakan takut menyakiti membuat Melodi tidak bisa menyembunyikan kekehannya. Sekretaris Arwin ternyata lebih baik dibandingkan tuannya.
“Saya akan te toilet sebentar.” Putri tiba-tiba meminta ijin pergi ke toilet dan Melodi hanya bisa merelakan kepergian Putri, akan tidak sopan jika dia pergi mengikuti Putri di saat ada tamu tak diundang seperti saat ini.
“Saya akan pergi membayar semua makan siang.” Rendi hendak bangun dari duduknya namun ditahan oleh Melodi. Tatapan mata Arwin dan juga Rendi seketika terarah ke tangan Melodi yang memegang tangan Rendi.
Saat itu juga Melodi melepaskan tangannya dan berucap, “Tidak perlu repot, biar saya yang membayar.”
Arwin berdaham. “Saya sudah merusak acara makan siangmu jadi anggap ini sebagai permintaan maaf.”
Dia ternyata sadar diri, batin Melodi saat itu juga mendengar pengakuan dari Arwin.
“Ya sudah kalau begitu tidak masalah.” Melodi mampu membayar semua makanan itu tapi dia tidak ingin masalahnya menjadi semakin panjang hanya karena siapa yang akan membayar.
“Kalau begitu saya permisi dulu.”
Rendi pamit dan saat itu juga Putri datang. Putri yang merasa ada sesuatu yang terjadipun bertanya pada Melodi dengan tatapan matanya dan Melodi hanya mengendikkan bahunya.
“Kalian hanya akan makan ini saja? Tidak ingin mencicipi yang lain?”
“Memangnya Pak Arwin mau membelikan?” tanya Melodi yang langsung mendapatkan tatapan tajam Putri.
“Sebagai oleh-oleh jadi tak apa, apalagi kemarin anak buah saya banyak melakukan kesalahan.” Arwin mengambil ponselnya kemudian mengetik dengan cepat.
“Pak Arwin tidak usah repot-repot,” tolak Putri.
“Masalahnya saya tidak merasa direpotkan.”
Melodi mengamati interaksi dua orang itu sambil menyeruput minumannya yang tanpa dia sadari sudah habis. Melihat tingkah Arwin yang seperti orang lain itu, membuat Melodi semakin berpikir bahwa Arwin memang sangat berusaha keras terlihat sseperti orang baik di depan Putri. Memberikan oleh-oleh, padahal mereka tak perlu melakukannya.
Rendi sekretaris Arwin pun datang dengan sekantong makanan yang tadi dijanjikan oleh Arwin. Mereka kemudian beriringan keluar dari restoran.
“Terima kasih atas semuanya Pak Arwin,” ucap Putri sopan.
“Terima kasih juga Pak.” Melodi mengucapkan itu dengan tulus kali ini.
“Sama-sama, saya juga ingin mengucapkan terima kasih karena kalian sudah mau berbagi tempat duduk.”
“Kita duluan ya Pak, mari.” Putri mengajak Melodi pergi dari sana.
Dari sini Melodi berharap bahwa dia tidak akan pernah bertemu dengan Arwin lagi. Bekerja sama dengan perusahaan Arwin pun tidak akan membuat mereka akan bertemu lagi bukan? Karena Arwin seorang CEO.
“Mayan ya Mbak diteraktir,” ucap Melodi setelah mereka berpisah cukup jauh dari Arwin dan juga asistennya.
“Enggak enak tahu.”
“Ya sih, tapi dia sendiri yang maksa, jadi ya udah.”
“Ya udah yuk cepetan, kita ke lantai bawaah buat beli bahan.”
Melodi menghela napas ternyata hari merepotkannya tidak berakhir tadi karena sekarang dia harus berkeliling di bagian bahan-bahan makanan yang pastinya membutuhkan waktu yang banyak. Melodi merasa menyesal pada makan siangnya yang hanya numpang lewat saja dilambungnya karena langsung diajak berolahraga.
Dua jam Melodi harus berkutat dengan macam-macam bahan makanan yang ternyata juga merupakan persediaan bahan makanan di rumahnya juga. Melodi merasa bahwa seharusnya dia tadi memberikan saran pada Putri agar membeli bahan makanan dengan online saja karena hanya tinggal memilih apa saja yang diinginkan nanti semuanya akan datang ke rumah.
Tiba di rumah Melodi langsung ke kamarnya, dia ingin tidur karena seluruh tenaga dan pikirannya terkuras. Kamarnya yang nyaman sukses membuat Melodi langsung tertidur saat dia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya.
*
*
*
Pagi sekali Melodi dibangunkan oleh Tiara dengan semangat membaranya. Membangunkannya hanya untuk membuat bekal agar bisa di makan bersama Gibran. Niat tidak niat Melodi memasak, di satu sisi Melodi sangat tidak ingin melakukannya tapi jika makanannya hancur dia juga yang akan repot karena makanan itu akan masuk ke lambungnya juga.
“Ayo Mbak Melo semangat.” Tiara menyemangati Melodi yang tengah memasukkan bumbu ke dalam wajan. Tiara tadi juga sempat membantu Melodi memotong kentang dan wortel yang akan digunakannya membuat sup sayur.
“Daripada diem mending kamu lanjut potong buahnya, Ra,” pinta Melodi.
“Tadi aku udah bantuin loh Mbak, sekarang masak mau dibantuin juga?”
“Bantu motong enggak akan ngerubah rasa masakannya Ra, toh cuman buat buat pencuci mulutnya aja,” jawab Melodi cepat dengan gemasnya melihat Tiara yang patuh saja dengan ucapan Putri.
“Iya deh iya, kasian juga sama Mbak Melo harus masak terus ntar harus syuting juga.”
“Nah, tuh tahu kasian. Kalau aku sakit, kamu juga yang susah.”
Untuk menu bekal yang akan Melodi bawa ke lokasi syuting tidak banyak dan cukup sederhana. Nasi goreng dengan ikan salmon lalu sup sayur dan tak ketinggalan potongan buah segar sebagai pencuci mulutnya, hanya itu yang menurut Melodi cukup gampang dibuatnya
Melodi memasukkan semua masakannya ke dalam kotak bekalnya dengan cukup rapi setelah itu semuanya dimasukkan ke dalam tas bekal. Melodi meregangkan tubuhnya yang terasa kaku setelah memasak. Melodi sudah sering melihat gimik semacam ini tapi baru kali ini dia menjadi orang yang berperan dalam gimik seperti ini.
“Aku mau siap-siap dulu bentar lagi ada infotainment yang bakalan ngeliput.”
“Saya masuk tv juga dong Mbak?” tanya Tiara antusias.
“Iya masuk tv,” jawab Melodi sambil berlalu meninggalkan Tiara.
“Ah… Mbak enggak bilang, kan saya bisa dandan.”
Saat Melodi tengah memoleskan sedikit make up ke wajahnya infotainment yang akan meliput kegiatannya saat akan ke lokasi syuting datang.