bc

Suami Sewaanku Ternyata Konglomerat

book_age18+
8.3K
FOLLOW
67.0K
READ
love after marriage
billionairess
comedy
like
intro-logo
Blurb

Axel Pradipta, seorang pria berusia 31 tahun, terlahir dari keluarga yang kaya raya nomor 1 di kota tempatnya tinggal, terpaksa harus menerima hukuman sebagai pelayan hotel milik orang tuanya selama tiga bulan penuh karena sudah melakukan kesalahan yang fatal.

Berawal dari hukuman itu, kisah hidup Axel bermulai. Axel yang sudah kelelahan bekerja seharian penuh, memutuskan untuk beristirahat di kamarnya, di salah satu kamar hotel miliknya sendiri.

Viona seorang gadis yang terlahir dari keluarga kaya raya nomor 6 di kota yang sama, memutuskan menginap di hotel tempat Axel bekerja.

Keadaan Viona yang saat itu tengah mabuk berat, membuat dirinya salah masuk kamar dan melakukan hubungan terlarang dengan Axel.

Viona yang tidak mau dijodohkan oleh Ayahnya, memanfaatkan keadaannya saat ini, untuk terlepas dari perjodohan itu. Viona meminta Axel untuk menjadi suami sewaannya. Viona yang merasa kaya, berjanji akan memberikan Axel gaji setiap bulannya saat melihat penampilan Axel berpakaian seorang pelayan hotel.

Bagaimana kelanjutan ceritanya? Apakah Viona nanti mengetahui status Axel yang sebenarnya? Bagaimana nanti reaksi Viona saat mengetahui semua kebenaran tentang suami sewaannya? Apakah keduanya akan saling jatuh cinta? Ikuti terus kisah kocak dari kedua pasangan ini!

chap-preview
Free preview
Malam Terlarang
"Kamu harus menjalani hukuman kamu hari ini juga Xel!" perintah mutlak dari sang Papa. "Apa tidak ada hukuman lain lagi, Pa? Bisa turun pamor aku kalau jadi pelayan hotel. Apa kata para pegawai di kantorku nanti?" protes Axel. "Itu urusan kamu, tidak usah memikirkan pamor kamu untuk sekarang ini. Kamu tau, kesalahan kamu ini hampir saja membuat perusahaan rugi besar. Ini sudah jadi keputusan Papa. Kamu harus bekerja jadi pelayan hotel. Supaya kamu tau, bagaimana rasanya mencari uang. Untuk perusahaan milik kamu sekarang, Papa yang akan mengambil alih," jelas sang Papa. "Aku tidak sengaja Pa, aku juga tidak tau kalau semuanya akan terjadi seperti ini. Ayolah, Pa. Usiaku sudah menginjak 31 tahun, aku malu Pa. Aku tidak mau jadi pelayan hotel," tolak Axel. "Justru usia kamu sudah 31 tahun ini kamu harus lebih banyak lagi belajar soal hidup. Memangnya kamu pikir mencari uang itu mudah? Papa bisa seperti sekarang ini, kamu kira mudah? Kamu bermain taruhan yang gila, Xel. Kamu sendiri tau, bagaimana membangun perusahaan itu dari nol seperti apa. Kalau perusahaan kamu yang kamu taruhkan Papa tidak masalah. Tapi, ini perusahaan yang Papa bangun dari hasil jerih Papa sendiri. Memangnya kamu mau, kalau Papa ikut taruhan, dan perusahaan kamu yang Papa taruhkan?" tanya sang Papa lagi. Axel terdiam mendengar ceramah sang Papa. Dirinya juga sangat menyesal sudah melakukan perbuatan yang hampir saja membuat semua usaha yang di rintis oleh orang tuanya dari bawah hancur. "Xel, dengarkan apa yang Papa kamu katakan. Kamu harus belajar, Xel. Kamu itu satu-satunya penerus di keluarga ini. Kalau kamu terus bermain-main dalam hidup ini, mau jadi apa kamu nanti? Berubahlah untuk diri kamu sendiri, usia kami sudah tidak muda lagi, Xel. Lambat laun, kamu akan menikah. Kamu akan mempunyai istri dan anak. Kalau seperti ini terus, bagaimana mau membangun rumah tangga?" timpal sang Mama. "Baiklah, aku akan menerimanya. Tapi, hanya satu bulan saja. Aku tidak mau tiga bulan," usul Axel. "Usulan kamu Papa tolak. Keputusan Papa sudah bulat, tiga bulan jadi pelayan hotel atau Papa tambah lagi hukuman kamu!" ancam sang Papa. "Iya, tiga bulan. Tapi, aku minta hanya bekerja saja. Semua fasilitas ku jangan sampai Papa ambil juga," pinta Axel. "Papa tidak akan mengambil fasilitas kamu. Papa tau itu adalah hasil kerja keras kamu, lakukan semuanya dengan baik. Kamu nanti tidur dan tinggal di hotel itu. Semua keperluan kamu akan di urus oleh orang kepercayaan Papa. Jangan coba macam-macam! Semua gerak-gerik kamu akan dipantau oleh Bagas," sahut sang Papa. Seakan mendapat angin segar, Axel tersenyum mendengar keputusan sang Papa. "Baiklah, aku setuju. Kalau begitu, aku siap-siap dulu. Tolong Papa jaga perusahaan selama aku tidak ada, jangan bilang kepada karyawanku kalau aku bekerja sebagai pelayan hotel sementara," pinta Axel. "Iya, sana siap-siap. Jangan terlalu banyak permintaan! Sudah salah, permintaannya banyak sekali," omel sang Papa. Axel dengan terpaksa membereskan semua barang-barang yang akan dia bawa ke hotel. Selama tiga bulan ini, dirinya harus menjalani hukuman akibat kecerobohannya. Setelah semuanya siap, Axel bergegas menuju hotel milik sang Papa. Galaxy hotel, sebuah hotel bintang lima yang selalu dipenuhi oleh para tamu-tamu penting dan orang-orang kaya. Setibanya Axel di hotel tempat barunya, Axel menurunkan semua barang-barang yang tadi dia bawa dari rumah besarnya. "Perlu saya bantu, Pak?" tanya Bagas, jadi asisten baru Axel selama di hotel. "Tidak usah, aku bisa sendiri," tolak Axel, membawa semua barang-barangnya masuk. Melihat kedatangan Axel, semua karyawan hotel yang memang tau siapa Axel sebenarnya langsung menunduk memberi hormat. "Tolong semuanya berkumpul!" pinta Bagas, meminta semua karyawan hotel berkumpul. Semua karyawan hotel dikumpulkan, Axel berdiri tegap dengan Bagas di sampingnya. "Pak," sapa Bagas, menunduk hormat pada Papa Pradipta- Papa Axel. "Ya, Bagas. Selamat siang semuanya," ucap Papa Pradipta penuh wibawa. "Siang ini saya ingin menyampaikan sesuatu. Mulai hari ini dan tiga bulan ke depan, putra saya bernama Axel Pradipta, akan bekerja di sini sebagai pelayan hotel. Dia akan tidur di salah satu kamar hotel ini juga. Selama dia bekerja di sini, kalian anggap saja statusnya sama dengan kalian. Kalau salah, tegur dan marahi saja dia. Dan, satu lagi. Jangan membocorkan pada siapa pun, kalau dia adalah putra saya. Saya tidak mau, orang-orang segan dan menghormatinya mengingat dia sedang dalam menjalani masa hukuman. Semuanya mengerti kan?" jelas Papa Pradipta. Ekspresi Axel berubah masam. Sial, Papa benar-benar memperlakukan aku seperti pelayan di sini. Sepertinya, aku memang harus bersabar dan bertahan kali ini, batin Axel. *** Axel mempelajari semua pekerjaannya, walaupun usianya sudah menginjak kepala tiga. Wajah Axel tetap masih awet muda. Beberapa karyawati hotel nampak saling berbisik dan melirik wajah tampan Axel. "Bagas, aku mau istirahat dulu," pinta Axel, dengan keringat yang sudah basah. "Maaf, Pak. Tapi, tugas Bapak belum selesai," tolak Bagas, dengan ekspresi datarnya. "Dasar sialan kau, Bagas. Sebentar saja, aku sudah sangat lelah," umpat Axel. "Tolong selesaikan pekerjaan Bapak sekarang, semakin cepat selesai, akan semakin cepat beristirahat," sahut Bagas. Axel meraih ganggang sapu dengan kasar, mulutnya tidak berhenti mengumpat. Karena kalah taruhan, Axel harus menjalani hukuman yang melelahkan ini. Axel menyelesaikan semua pekerjaannya. Badannya terasa remuk redam, setelah melakukan pekerjaan yang selama ini tidak pernah dia kerjakan. Akhirnya aku istirahat juga, kalau setiap hari begini, bisa mati aku nanti, gerutu Axel, merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk hotel. Terlalu lelah bekerja, Axel sampai lupa mengunci pintu kamarnya. Matanya mulai terpejam, kantuk yang sudah mulai menyerang. Membuat Axel tidak berdaya melawannya, dengkuran halus terdengar tenang menandakan sang pemilik suara sudah mengarungi mimpi panjangnya. Baru beberapa menit Axel tertidur, suara pintu kamar terdengar seperti dibanting. Axel membuka matanya perlahan, seakan masih berada di dunia mimpi. Seseorang berjalan gontai dan sempoyongan menuju ke arah Axel. "Siapa kau?" tanya Axel, dengan suara sedikit keras. "Kamu yang siapa? Ini kamarku, sedang apa kamu di sini? Mau bercinta denganku?" racau Viona, seorang wanita muda terlihat kacau dalam pengaruh minuman alkohol. Axel mengerutkan keningnya mendengar kata-kata wanita yang kini bersamanya. "Kau gila, sana keluar! Ini kamarku, bukan kamarmu!" bentak Axel, merasa terganggu. Viona yang sudah mabuk berat, kehilangan kesadarannya. Pengaruh minuman keras memang membuat orang yang menggunakannya hilang kendali. Viona menerkam Axel begitu saja. Axel yang awalnya hendak menolak dan menjauhkan tubuh Viona darinya, mendadak diam dan mulai terhanyut menikmati setiap pergerakannya. Terbuai dalam kenikmatan dunia, keduanya mulai mengerang. Viona yang sudah mabuk berat terlihat liar menguasai arena pertempuran. Pertempuran berjalan lancar dan lama, kedua insan yang tidak sengaja melakukan hubungan terlarang, langsung tergolek lemas saling berpelukan dan kemudian tertidur pulas. Malam semakin larut udara malam yang sejuk dan dingin. Keduanya nampak tidak terganggu dan terus melanjutkan tidur lelap mereka. Lama kelamaan, malam sudah berganti pagi. Sinar matahari perlahan mulai mengintip dari sela-sela gorden kamar. "Kau! Siapa kau?" bentak Viona yang bangun lebih dulu. Axel yang mendengar suara bentakan wanita membuka matanya, matanya menatap heran ke arah gadis yang tampak polos di depannya. Mengerti kemana arah tatapan Axel, Viona langsung berteriak melihat kondisi tubuhnya yang polos tanpa sehelai benang pun. "Dasar b******k! Apa yang sudah kamu lakukan, hah?" bentak Viona, menutupi tubuhnya dengan selimut tebal. Axel yang awalnya hanya diam, kini bereaksi. Emosinya mulai keluar mendengar bentakan dari seorang wanita. "Aku tidak melakukan apa pun. Kau yang datang ke sini, kau yang menggodaku. Bukan salahku, jika sesuatu terjadi padamu. Kau masuk ke dalam kandang singa yang lapar, kau ibarat daging. Singa yang lapar, tidak mungkin menyia-nyiakan daging segar di hadapannya," geram Axel.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.2K
bc

My Secret Little Wife

read
98.7K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook