Di sudutkan

1304 Words

Kaki Viona melangkah ragu, saat pintu utama rumah mewah mertuanya terbuka lebar. Baru beberapa langkah kakinya masuk, langkahnya langsung terhenti. Rasa takut dan gugup menyelimuti hatinya. Mengingat selama ini dirinya selalu memperlakukan putra semata wayang sang punya rumah dengan cara merendahkannya. Apa Dipta menceritakan semua yang aku lakukan dulu pada orang tuanya, ya? Kalau iya, bisa gawat. Bisa-bisa aku dianggap menantu kurang ajar dan istri durhaka. Citra diriku bisa hancur kalau begini caranya. Semoga saja Dipta tidak menceritakannya, batin Viona, menarik nafas dalam-dalam. "Vio, kenapa berhenti?" tanya Axel, juga ikut menghentikan langkahnya. "Tidak ada apa-apa. Aku hanya gugup saja," sahut Viona, terkejut. "Gugup kenapa Vio? Bukannya kamu sudah sering bertemu dengan Pak Pr

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD