bc

Mine

book_age18+
1
FOLLOW
1K
READ
BDSM
love-triangle
sex
suicide
drama
tragedy
sweet
bxg
mystery
affair
like
intro-logo
Blurb

Persahabatan antara Dylan Lakeswara dan Utari Kinasih sudah terjalin lama. Mereka bahkan sudah bisa memahami satu sama lain jika di antara keduanya memiliki masalah. Uteri yang agak nakal dan Dylan yang cool sering membuat banyak orang mengira mereka berdua memiliki hubungan yang serius dan lebih dari sahabat. Namun, itu hanya dirasakan oleh Dylan saja, Utari tak menyukainya layaknya dia mencintai Utari.

Utari sendiri sangat menyukai teman seangkatannya yang bernama Satria Elang Ganendra Alvredo. Cowok jangkung yang mempunyai tatapan datar dan mata tajam. Si pembuat onar yang malahan membuat Utari menyukainya tapi Elang tak kembali menyukainya. Tapi karena kegigihan Utari membuat pemuda itu lambat laun menyukai Utari.

Hubungan mereka bukannya baik-baik saja setelah berpacaran. Utari selalu mendapat perlakuan buruk yang membuat Dylan hendak menyelamatkan Utari yang suka sekali dijadikan bahan taruhan oleh Elang dan sering dipukuli oleh lelaki itu jika Elang mempunyai masalah. Mampukah Dylan menarik cinta pertamanya dari hubungan toxic itu?

chap-preview
Free preview
1. Awal
Kini, mata Utari Kinasih menatap ke lapangan dimana Dylan tengah memukul bola basketnya. Pemuda jangkung itu datang terlalu pagi dan membuat Utari merasa aneh. Keluarga Dylan memang sudah hancur. Ayahnya yang menikah lagi saat ibunya menjadi gila. Kini, sang ibu sudah meninggalkan dirinya bersama orang yang di bencinya itu. Tak lama kemudian sang ayah nekat membawa sang ibu ke rumah sakit jiwa dan membuat Dylan sebagai bonekanya dengan ibunya sebagai bahan ancaman. "Dylan," panggil Utari sambil mendekap buku Astronomi di tangannya. Dylan yang di panggil menatap sekejap. Lalu mulai bermain kembali. Utari menghela nafas kuat. Lalu meletakkan buku di ujung bangku lapangan. Beserta tasnya yang sudah rapi di sana Kini Utari melangkahkan kakinya. Mengambil bola di tangan Dylan. Dylan hanya melengos lalu mengangkat pinggang Utari hingga gadis itu dapat memasukkan bola ke dalam ring. "Gak usah sok sokan. Tinggi juga nggak. Cuman pandai dribling bukan berati pandai main basket," ucap Dylan dengan nada datar. Wajahnya yang sepertinya memar membuat Utari agak kesal dan sekaligus sedih melihat kondisi sahabatnya yang terlihat sangat kaua itu. Ia menghela nafasnya kasar dengan masih mode ngambek. Utari mengerucutkan bibirnya lalu menarik pemuda itu duduk di bangku. Sekolah masih sepi dan senyap. Utari sengaja datang pagi karena dia tau pasti Dylan akan berangkat sangat pagi sekali. Anggap saja Utari tadi malam mendengar suara barang yang pecah dan di banting. Rumah Utari dan Dylan sebelahan. Dan kebiasaan Dylan yang tak pernah hilang adalah mengetuk jendela rumah Utari. Tapi tadi malam dia tidak melakukannya.  Dan Dylan berakhir pergi sekolah sangat pagi sekali. Jam 6 dia sudah sampai dan langsung memainkan bola basket. Dan Puput, harus sedia bangun pagi agar Dylan tak sendirian. Sahabat kecilnya itu rapuh "Liat tangannya." tangan kecil Utari melihat pergelangan tangan Dylan yang di sayat oleh pemuda itu. Dylan, dia tak melampiaskan dengan kabur dari rumah. Tapi ke tangannya. Dan ini sudah ke 17 kali dalam dua Minggu pemuda itu melakukan ini. “Papa gue kapan ya bisa akur sama gue?’ lirih pemuda blasteran itu. Utari terdiam. Tetap fokus mengobati luka Dylan. Lalu memperbaiki rambut pemuda manja itu. Iya, Dylan manja setengah mati pada Utari. "Udah ah gak usah di pikirin. Lo kan ada gue." "Kalau suatu saat lo bosan sama tingkah gue, tolong bilang ya. Biar gue siap-siap untuk bertahan kalau di tinggalkan," lirih Dylan dengan suara parau membuat Utari sedih. Namun ia menstabilkan perasaannya agar Dylan tak ikut sedih. Gadis kuncir kuda itu menarik nafasnya lalu menangkup pipi Dylan, "Apapun itu, hal yang terjadi di hidup lo sama gue, gue gak bakalan ninggalin lo, Lan. Lo juga berarti buat gue." Dylan mengangguk lalu memeluk Utari erat. Meletakkan kepalanya di pundak Utari dan menepuk pelan kepala Dylan. Utari tau rasanya ketika orangtua bertengkar di depan anaknya. Utari merasakannya dulu. Bahkan dia juga hampir bunuh diri. Namun, sang Mama yang kuat membantu Utari bangkit.  Ayahnya juga menikah lagi. Bahkan menikah bolak-balik membuat Utari dan Mama menjadi sasaran empuk untuk di pukuli jika salah satu istri Papa tidak mau bersamanya alias sedang mengambek. Tak ada hubungan jika istri Papa tak mau dengan pria itu. Namun, tetap saja keduanya di jadikan korban kekerasan. Utari gemetar mengingatnya "Dylan, masuk kelas yuk. Udah bel tuh." "Sekali bolos kuy." "Gak. Awas kalau bolos. Gue gak mau kerumah lo. Mau gitu?" "Gak!" Dylan berlari ke kelas. Membuat Utari tertawa kekeh melihatnya. Dasar Dylan menyebalkan. Tapi, dia sayang.  Umur Dylan lebih tua. Tapi manjanya tidak ketolongan. Apalagi saat bersama Mama Mega, Mama dari Utari. Ampun! tidak tau lah manjanya. Utari kini berjalan ke kelasnya. Mungkin beberapa murid sudah datang atau sedang menyelesaikan beberapa soal yang akan di kumpulkan sebagai PR oleh Ibu Fitri. Ya biasalah namanya juga murid yang lebih suka bandel daripada duduk anteng. Mereka akan memilih segera menyelesaikan pekerjaan mereka sebelum beberapa jam pelajaran akan dimulai. Itu namanya kenangan indah yang akan mereka ingat sampai masing-masing dari mereka sudah memiliki kekasih atau sudah berumah tangga kelak. Jam yang menunjukkan hampir setengah tujuh itu membuat Utari agak sedikit heran karena biasanya para anak basket akan rapat di lapangan dengan beberapa adik kelas yang baru akan memasuki kehidupan SMA. Tapi hari ini tidak ada yang mengerjakan pekerjaan itu. Ini takutnya di dimarahi Anna. Ah, mungkin nanti saja ia akan mengatakannya pada Jeffry selaku ketua basket.Sesaat ada anak baru yang memintanya untuk diberitahu di mana alamat sekolah. Sangat lucu dan lugu melihat cowok itu. Utari kini melihat Elang, salah satu teman seangkatannya yang ia sukai tengah berjalan melewatinya. Mungkin saja pemuda itu akan menuju kelasnya. Utari tersenyum dan hendak menyapa sebelum tangan itu bertaut dengan sahabat Elang yang bernama Azura. Katanya sahabat tapi Utari tau kalau keduanya sama-sama memiliki perasaan yang tak jauh beda. Tapi namanya wanita pasti akan suka ada drama sebelum pacaran dan memilih mengumbar mesra perlakuan mereka. Uteri mencoba menyimpan perasaan sesaknya sebelum tangannya direngkuh oleh Dylan. “Kenapa diam aja?” tanya pemuda jangkung nan tampan itu. Utari menggelengkan kepalanya kemudian membalikkan tubuhnya menghadap ke arah depan. Dia masih memperhatikan Elang yang menatapnya juga. Ia hanya ketakutan dengan tatapan intimidasi milik pria itu. Utari berjalan memasuki kelasnya dan ia menarik nafasnya kuat karena dia masih ketakutan atas apa yang terjadi. Elang seperti mau menerkamnya saja. Tatapan mengintimidasi itu agak membuatnya gemetaran. “Lo dari mana?” tanya Elang pada Utari yang masih segan menatap dirinya. “Emm tadi gue baru aja antar salah satu anak baru yang masuk hari ini. Eh, tapi tumben mau nanya. Biasanya lo kalau gue lewat sampai terpeleset juga gak bakalan peduli.” “Heran aja kenapa ada yang mau temenan sama lo dan deketan sama lo.” “Wow,” dengus Utari. “Lo tanya deh sama banyak orang di sini. Kebanyakan dari mereka bahkan males banget deketan sama lo karena lo emosian dan gak bisa kontrol diri lo sendiri.” “Ucap seseorang yang suka sama gue dan sudah berlangsung hampir satu tahun. Lo jangan banyak gaya. Sementang lo temenan sama sepupu gue, lo kira gue takut sama lo?’ setelah mengucapkan itu, Elang pergi meninggalkan Utari yang gemas ingin mencekik pria dingin dan parahnya dia suka sekali dengan pria itu. Andai saja hati bisa diubah, mungkin sekarang dia sudah meludahi pria itu.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
13.4K
bc

My Secret Little Wife

read
98.2K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.4K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.9K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook