bc

Angel Pleasure

book_age0+
348
FOLLOW
2.0K
READ
fated
arrogant
prince
luna
like
intro-logo
Blurb

Navaro, malaikat yang tidak memiliki kedudukan apapun tapi sangat dihormati di Kerajaan Malaikat. Para malaikat mengenalnya sebagai Navaro de El Rey. Gelar yang tidak dimiliki oleh siapapun di Kerajaan Malaikat. Sebagai malaikat yang tidak memiliki kedudukan, Navaro juga tidak mempunyai kewajiban untuk melakukan tugas sebagai malaikat. Tapi masa lalunya membuat Navaro menutup diri dari bangsanya dan bahkan dari cinta. Berhenti mempercayai siapapun kecuali penolongnya.

Elizabeth Wilkinson sekilas hanya terlihat sebagai gadis biasa yang tidak terlalu bersih. Lebih sering ditemui dalam keadaan kotor dengan wajah bernoda jelaga malah membuatnya nyaman. Hanya saja, sekali dalam 27 tahun kehidupannya, dia tampil apa adanya di hadapan orang lain. Dan jelas, Eliza bukan gadis biasa, setidaknya kecantikannya tidak akan pernah dimiliki oleh manusia manapun. Dan kecantikannya itulah bukti dari rahasia besar dalam hidup gadis itu. . Rahasia yang membuat nyawanya terancam selama 20 tahun.

Pertemuan pertama antara Navaro dan Eliza meninggalkan kenangan buruk pada Eliza. Dia membenci malaikat itu. Sedangkan Navaro sama sekali tidak menganggap kalau pertemuan itu pernah ada. Tapi saat bahaya mendatangi Eliza, gadis itu tidak punya pilihan. Hanya Navaro mungkin orang yang bisa menolongnya. Dan itu artinya dia harus membuang kebenciannya pada sang malaikat yang terkadang bisa bersikap sangat angkuh itu. Bersediakah Navaro mengulurkan bantuannya pada Eliza saat waktu yang terlewati mengubahnya dari malaikat penuh kebencian menjadi malaikat tanpa belas kasih?

Bisakah Navaro menolong Eliza dari bahaya yang mengancamnya selama 20 tahun yang berarti melawan kekuatan yang ditakuti oleh malaikat sekalipun? Bisakah 2 makhluk yang berbeda alam ini memiliki masa depan saat salah satunya tidak bisa mempercayai orang lain? saat cinta mulai ikut campur tangan dalam kehidupan mereka, sanggupkah Eliza menembus benteng yang dibangun Navaro selama berabad-abad keabadiannya?

chap-preview
Free preview
1
*Navaro POV* “El Rey...” Suara feminin itu menembus lamunanku. Aku tidak sadar sudah berapa lama berdiri di beranda ini hanya dengan mengenakan celana panjang yang tidak kukancingkan. Aku berbalik menghadap si pemilik suara yang masih berbaring di ranjang tanpa pakaian, tempat kami menghabiskan malam untuk bercinta selama beberapa hari ini. “El Rey... Apa yang sebenarnya sedang kau pikirkan?” Tanya wanita itu sambil duduk bersandar di kepala ranjang_tidak memperdulikan tubuhnya yang telanjang_berharap aku akan kembali ke ranjang dan bercinta lagi dengannya. Aku kembali menatap pemandangan dari beranda kamarku di puncak gedung Angel Tower di Dallas. Dari sini aku bisa melihat_hampir seluruh_pemandangan kota Dallas. Sudah lama sekali aku tidak menempati rumahku di gedung ini. Mungkin sudah 25 tahun terakhir. Sebelumnya aku selalu berada disini kalau sedang tidak ingin berkunjung ke Regia Horto. “El Rey...” Panggil wanita itu lagi menuntut perhatianku. “Aku sedang banyak pikiran, Katia. Pergilah. Aku akan menemuimu lagi setelah pesta Winifred nanti malam.” Sahutku tanpa melihatnya sedikitpun. Aku tidak ingin dia merasa diistimewakan hanya karena dia yang menemaniku seminggu terakhir ini. “Kau mengusirku?” “Menurutmu apa yang kulakukan?” “Kau tidak bisa melakukannya!” Aku mendesah panjang. “Aku bisa, Katia. Dan izinkan aku mengakhiri hubungan kita dengan baik. Tidak ada keributan, okay?” Aku bisa merasakan kekesalannya. Tapi aku juga tahu dia malaikat yang pintar, dia pasti memilih pergi tanpa bicara daripada menunjukkan kekesalannya padaku. Dan memang itulah yang terjadi. Katia sudah pergi begitu aku berbalik untuk melihatnya. “Kieran.” Panggilku pelan. Hanya beberapa detik kemudian, malaikat bawahanku itu sudah muncul di pintu kamarku. “Ada apa, El Rey?” El Rey... El Rey... El Rey... Ini semua ulah Seraphim hingga semuanya memanggilku El Rey. “Siapa saja yang mengadakan pesta malam ini? Dan apakah Seraphim sudah bisa ditemui hari ini?” Tanyaku cepat. “Winifred, Kairav, dan Iksha, El Rey. Untuk masalah izin kunjungan anda ke curia Lord Seraphim itu terpaksa harus ditunda. Lord Seraphim sedang tidak menerima tamu beberapa hari ini.” Jawab Kieran. “Aku sudah hampir sebulan berada di Dallas dan Seraphim tetap tidak mau menemuiku? Mau sampai kapan dia menahanku disini?” Geramku kesal. Seraphim tidak pernah menolak bertemu denganku kapanpun aku ingin menemuinya. Jadi kalau dia berkeras tidak ingin menemuiku, maka itu artinya dia tahu kalau aku akan segera pergi setelah masalahku dengannya beres. Dia pasti tidak ingin itu terjadi, makanya dia menolak menemuiku. Aku merindukan kehidupanku di London bersama Wren dan para vampir klannya yang selalu menjaga jarak dariku, dan itu semua cukup menghibur dibanding kehidupanku dimanapun di dunia ini yang hanya duduk di rumah, menghadiri pesta para malaikat bodoh itu, dan menangani sedikit kekacauan yang dibuat makhluk abadi lainnya di bumi. Kieran menundukkan kepalanya sedikit. “Mungkin karena Lord Seraphim ingin anda menghabiskan waktu disini, El Rey. Karena kalau urusan anda dengan sudah selesai, anda pasti akan segera kembali ke London pada teman-teman vampir anda.” Ucap Kieran pelan, dan dia sering kali bisa membaca pikiranku. “Jelas aku akan melakukan itu.” Sahutku cepat, “Dan apakah semua malaikat itu benar-benar tidak punya pekerjaan lain hingga mereka bisa berpesta setiap hari?” “Saya tidak tahu, El Rey.” “Kirimkan hadiah pada Kairav dan Iksha. Sampaikan permintaan maafku tidak bisa menghadiri pesta mereka. Aku ingin bertemu Winifred malam ini. Dia pasti sudah pulih dari luka-lukanya kalau bisa mengadakan pesta seperti ini.” Ucapku pelan. “Dan tolong sampaikan pada Leela, aku ingin dia menemaniku nanti malam. Aku butuh dia untuk membuat Katia mengerti kalau aku tidak akan pernah terikat.” Kieran mengangguk. “Apa tidak ada pesan untuk Lord Reynard, El Rey?” Tanya Kieran terdengar enggan. “Tidak.” Jawabku terlalu cepat dan mungkin semakin mempertegas kabar yang beredar kalau aku sudah tidak berpasangan dengan Reynard lagi. Sekali lagi Kieran mengangguk. “Baiklah, El Rey. Saya akan pergi.” Ujarnya dan benar-benar pergi. Kepergian Kieran ternyata malah membuatku merasa sepi. 5 abad terakhir kulalui hidupku bersama vampir. Bersama Wren. Bersamanya tidak pernah ada kata bosan. Vampir-vampir klannya selalu bisa menghibur dengan gerak-gerik mereka yang refleks menjauhiku saat aku berada di dekat Master mereka. Hanya Alby_anggota klan Wren_yang berani berada satu ruangan denganku. Wren. Apa yang sedang dilakukannya sekarang? Apa dia bersama Lily? Aku benar-benar tidak tahu bagaimana kabarnya. Sebulan meninggalkan London membuatku nyaris ‘kosong’. Kalau ada yang tahu apa alasanku kembali kesini, mereka pasti akan menganggapku gila. Aku kembali ke Dallas_satu-satunya daerah selain Inggris yang sudah kuanggap sebagai rumah_hanya untuk memohon pada Seraphim agar ‘menutup mata’ terhadap apa yang terjadi bulan lalu di Heathrow. Sebulan yang lalu benar-benar hari yang paling kelam dalam hidupku setelah 5 abad terakhir. Aku melawan kaumku sendiri untuk melindungi makhluk yang secara strata jauh dibawahku. Vampir adalah makhluk yang lebih pantas jadi ‘b***k’ para malaikat. Tapi Wren lebih dari sekedar ‘makhluk’. Dia sahabatku. Aku tidak yakin ada malaikat lain yang bersedia hidup berdampingan dengan vampir, apalagi bersahabat dengan mereka. Tapi bagiku, Wren cukup berharga untuk kujadikan sebagai sahabat. Lagipula, vampir yang ‘sekelas’ dengan Wren tidak bisa dijadikan ‘b***k’ karena kekuatan mereka nyaris menyamai para malaikat. Dengan sengaja aku mengulurkan tangan ke arah lemari yang ada di dalam kamarku, dan lemari itu langsung membuka, Theos Spathi melayang dan mendarat mulus di tanganku. Semua senjata milik malaikat adalah buatan Lucifer. Dan tidak seorangpun dari mereka yang berkeinginan untuk mengubahnya. Kalau saja Lucifer memutuskan kembali menyerang Regnum Angelorum, maka tidak seorangpun malaikat yang ada disana bisa bertarung dengan menggunakan senjata. Seluruh senjata yang dibuat oleh Lucifer mungkin memilih sendiri pemiliknya, tapi seluruh senjata itu juga akan kembali ke tangannya kapanpun dia inginkan. Aku mungkin belum berhasil membuat Theos Spathi dan Spathi Ourano menolak Lucifer, tapi aku berhasil membuat Spathi Ourano hanya menerima Wren. Rasanya benar-benar menghibur saat melihat tidak seorangpun yang bisa memegang pedang itu dan berusaha keras untuk dapat memilikinya. Rahasia senjata Lucifer adalah kenyataan kalau dalam pembuatannya Lucifer mencampurkan darahnya. Membuat senjata apapun yang dia buat tidak akan menolaknya sebagai pemilik. Dan karena darahnya adalah darah malaikat, maka malaikat manapun bisa menggunakan senjatanya. Itu juga alasan kenapa senjata-senjata malaikat memiliki kekuatan sendiri yang bisa meningkatkan kekuatan si pemakai. Tapi aku sudah sedikit memperbaiki Spathi Ourano. Darahku yang kuberikan pada pedang itu tepat sehari setelah aku memintanya dari Michael. Wren yang pernah menerima darahku_secara tidak sengaja saat mengeluarkan perak cair dari tubuhnya_tentu saja bisa menjadi pemilik pedang itu, begitu juga dengan makhluk manapun yang menerima darah Wren. Suatu saat aku akan membuat senjata-senjata ini menolak Lucifer. Tapi hanya kalau dia menunjukkan tanda-tanda akan menentang Sang Pencipta lagi. Dan kalau saat itu tidak kunjung tiba, Lucifer bukan ancaman. Setelah apa yang dia lakukan sebulan yang lalu, aku yakin kalau Lucifer akan melindungi siapapun yang melindungi anaknya. Untuk pertama kalinya sepanjang eksistensiku, aku melihat sendiri kalau Lucifer bahkan rela mengucurkan darahnya untuk membuat anaknya tetap hidup. Aku mengeluarkan Theos Spathi dari sarungnya, merasakan tekstur mata pedang itu. Dan dengan iseng menyabetkannya ke udara dengan kekuatan penuh. Tiba-tiba saja terdengar suara menggelegar di udara. Bagus. Kekuatan aslinya masih seperti dulu. Tidak berkurang bahkan setelah berabad-abad aku tidak turun ke medan perang. Setelah memastikan Theos Spathi bersarang di sarungnya dengan aman, aku mengembalikannya ke dalam lemari dalam sekali lambaian dan kembali mengamati lalu lintas Dallas dari puncak Angel Tower. Theos Spathi bukan senjata yang bisa digunakan untuk bermain-main. Kekuatannya terlalu besar, dan apa yang terjadi pada sayap Icarus, aku menyesalinya. Sayap malaikat memang akan tumbuh lagi, tapi itu tergantung besar cederanya. Dan Icarus tidak akan bisa terbang setidaknya selama sebulan penuh sebelum seluruh sayapnya terbentuk kembali. “Navaro?” Panggil sebuah suara. Hanya sedikit orang yang menyebut namaku di Regnum Angelorum, dan hanya satu orang yang menyebut nama itu disini, di Angel Tower. Dan Jade adalah salah satunya. Malaikat cantik penguasa Amerika Utara itu melayang di udara, tepat di depan berandaku. Dan tanpa meminta izin langsung mendarat mulus di beranda kamarku. Seolah tempat itu bukan bagian pribadi dari lantai yang diberikannya untukku. “Sebulan aku tidak disini dan kau ada disini. Aku baru saja dari Regia Horto dan malaikat disana meributkan tentang kepulanganmu ke Dallas. Tentu saja lebih banyak malaikat yang bertanya siapa kau sebenarnya? Kenapa kau begitu menarik perhatian? Kenapa Archangel langsung keluar dari Regnum Angelorum saat mendengar kau kembali? Kenapa kau malah pulang ke Dallas dan bukannya ke Regnum Angelorum? Dan kenapa aku_salah satu ordines magna_memberikanmu ‘rumah’ disini dan membuat para malaikat lain iri dan bingung?” Jelas Jade lancar. “Muncullah di Regia Horto, Navaro. Sekali saja. Terlalu banyak malaikat muda yang saat ini tidak mengenalmu. Terlalu banyak malaikat yang mulai meremehkanmu.” Hanya Jade yang menyamarkan perintahnya dalam sebuah permohonan. Dan biasanya tidak ada seorang malaikatpun yang bisa menolak mengabulkan apa yang dimintanya itu. Tapi aku sudah belajar berabad-abad untuk bertahan dari nada bicaranya itu. “Aku tidak pernah peduli dengan kekuasaan. Aku tidak pernah peduli dengan pandangan orang lain padaku. Aku hanya peduli pada apa yang menurutku pantas untuk mendapatkan perhatianku.” Jade berdiri di sebelahku, menatap ke arah pemandangan Dallas. “5 abad, Navaro. Waktu itu mungkin tidak berarti banyak bagi kita. Tapi bagi para malaikat muda, waktu nyaris berjalan seperti pada manusia. 5 abad adalah waktu yang sangat lama untuk sekedar ‘berlibur’. Malaikat-malaikat muda itu tidak mengenalmu. Mereka harus tahu siapa kau supaya tidak ada yang meremehkanmu. Semua penciptaan ini...” Bisik Jade sambil melambaikan tangannya ke langit, yang aku tahu untuk menjelaskan para malaikat yang ada di Regia Horto, “Tidak ada harganya dibandingkan denganmu. Mereka harus tahu itu. Kau tidak bisa lagi hidup sembarangan seperti ini. Tidak memperdulikan kekuasaan, kedudukan, bahkan rasa hormat malaikat lain pun tidak kau inginkan. Kau tidak lagi berbuat seperti ini. Kalau aku punya kekuasaan itu, aku memilih untuk melenyapkan semua malaikat muda yang angkuh itu daripada mengetahui kau tidak pernah muncul di Regia Horto.” “Aku tidak pernah menganggap diriku berbeda, Jade. Aku juga tidak pernah peduli apakah para malaikat baru itu mengenalku atau tidak. Dan selama 5 abad ini, aku bukan tidak pernah kembali. Aku selalu datang saat Seraphim memanggil.” “Itu... Adalah masalahnya.” Ujar Jade menekankan pada kalimat terakhirku tadi. “Kau hanya datang saat Seraphim memanggilmu, dan Seraphim tidak pernah keluar dari curianya. Yang artinya, walaupun kau kembali, kau tetap tidak menunjukkan wujudmu pada malaikat baru itu. Sadarlah Navaro, hanya kau satu-satunya malaikat yang bebas keluar masuk curia Seraphim tanpa diperiksa Cadre 10.” “Entahlah, Jade. Aku menikmati London dan segala hal yang ada disana. Disana aku tidak perlu menghadapi kemunafikan dan kepengecutan kaum kita sendiri. Padahal kaum kitalah yang seharusnya ditakuti oleh mereka tapi kaum kita lah pada kenyataannya jauh lebih pengecut daripada mereka.” Jade mengerucutkan bibirnya. Kebiasaan yang tanpa sadar selalu dilakukannya kalau sedang kesal. “Aku benci malaikat muda itu meremehkanmu. Padahal kalau kau mau kau bisa menghancurkan mereka bahkan tanpa menyentuh mereka. Mereka bahkan sudah belajar angkuh sebelum mereka bisa mengepakkan sayap mereka.” Sudah lama sekali aku tidak mengobrol dengan Jade. Dulu, selain Reynard dan Seraphim, Jade-lah satu-satunya malaikat yang kuizinkan memerintahku. Dan pada dia juga aku sering bermanja-manja. Entah kenapa, dorongan untuk melakukan yang terakhir itu sangat besar hingga tanpa sadar aku menyandarkan kepalaku di bahunya yang kecil. “Aku lelah dengan semua ini, Jade. Aku lelah dianggap berbeda. Aku lelah harus mempertahankan sikap sok suci ini padahal kenyataannya hanya status malaikat dan kekuatan kita yang membedakan kita dari makhluk-makhluk bumi lainnya. Aku lelah dianggap tidak pernah berbuat salah padahal para malaikat juga menumpahkan banyak darah demi meraih keinginan mereka. Aku lelah dipuji tapi dibelakangku mereka membicarakan kekuranganku. Aku lelah memberikan pertolongan tapi saat aku membutuhkan tidak ada yang mau memberikannya. Aku lelah melihat sahabatku melakukan hal yang buruk hanya untuk membuatnya diakui, mengorbankan banyak nyawa, melakukan hal yang tidak berguna. Semua ini, Jade... Menyiksaku.” Bisikku pelan. Usia Jade jauh lebih tua dariku, dan walau terkadang dia bisa bersikap kekanak-kanakan, dia lebih sering terlihat bijak. Dan kali ini sepertinya dia memutuskan tampil apa adanya. “Maafkan aku. Aku mungkin salah satu dari orang yang tidak memberikan pertolongan saat kau membutuhkannya.” “Jangan bodoh, Lady. Saat itu kau sedang dalam masa Anaktisi. Malah kalau kau memberikan pertolongan, aku sendiri yang akan menyeretmu kembali ke Angel Tower.” Sergahku kesal, “Ngomong-ngomong soal Angel Tower, apa yang akan kau katakan lagi pada para Archangel itu tentang kehadiranku di wilayahmu?” Jade tersenyum licik. “Seperti sebelumnya, aku bilang kalau sang El Rey menyukai rumahku daripada yang lain karena aku bisa menyediakan banyak ‘mainan’ baru setiap harinya.” Jawabnya ringan. Tawaku tersembur keluar mendengar jawaban Jade. Sudah lama aku tidak tertawa seperti ini. “Kau pikir mereka akan percaya? Dulu sewaktu aku masih kecil, mungkin mereka akan percaya, My Lady. Tapi sekarang? Setelah usiaku yang nyaris tidak bisa kuhitung? Mereka bodoh kalau mempercayainya.” “Dan sekali lagi, mereka percaya.” “Itu artinya mereka memang bodoh.” “Bagaimana kabar teman vampirmu itu, Navaro? Selama ini kau hidup hanya dari pemberiannya. Aku tidak suka.” Wren. Kalau Jade adalah satu dari sedikit orang yang menyebut namaku, maka dia juga adalah satu-satunya orang yang peduli pada Wren. “Dia sudah mendapatkan pasangannya. Sanguine Mixta yang kupikir satu-satunya eksistensi yang membuat Lucifer keluar dari persembunyiannya. Dan masalah ‘itu’, mungkin kalimat kalau ‘aku yang memerasnya’ lebih tepat daripada ‘aku hidup dari pemberiannya’.” Aku dapat merasakan bahu Jade menegang. Nama Lucifer memang selalu memicu reaksi dari para malaikat dengan cara yang berbeda. “Kau bertemu Lucifer?” Tanya Jade tidak percaya. “Gadis yang menjadi pasangan jiwa Wren sepertinya adalah anak kesayangan Lucifer. Kalau kau ingat, Angels Hunter sudah berkali-kali memburu Sanguine Mixta dan tidak sekalipun Lucifer muncul untuk menyelamatkan anaknya. Tapi dia datang menyelamatkan anaknya walau jelas dia ingin sekali menghabisi kami semua saat itu, terutama Wren, karena sudah membuat segelnya terlepas.” “Lucifer muncul di London?” Ulang Jade tidak percaya. Aku mengangguk pelan. “Heathrow lebih tepatnya. Sulit untuk dipercaya, tapi ya. Dia bahkan sempat melucuti senjataku dan Wren. Kami bahkan sama sekali tidak tahu kapan dia bergerak. Apa kau masih ingin bertemu dengannya?” Jade terdiam. Hanya sedikit malaikat yang tahu hubungan Jade dengan Lucifer sebelum malaikat itu dibuang dari Regnum Angelorum. Dan hanya dua orang_selain Jade tentunya_yang masih hidup sampai saat ini yang mengetahui rahasia itu. Ada kilat kemarahan di mata Jade saat dia menatapku. “Dia tidak memiliki apapun yang pantas kuperjuangkan selain keangkuhannya untuk menyadari ada kekuatan yang lebih besar di dunia ini selain kekuatan malaikat.” Geram Jade. “Aku mau berkeliling. Apa kau mau ikut?” Tanya Jade kemudian, sudah melebarkan sayapnya. Aku mengangguk. Kami berdua sudah melebarkan sayap-sayap kami. Sayapku memang putih polos, itu hanya kalau aku enggan memperlihatkan sayapku yang sebenarnya. Saat ini, bersama Jade yang memiliki sayap putih dengan sulur keemasan berjalin-jalin disela-sela bulunya dan membuatnya tampak indah, aku tidak ingin kalah. Aku mengubah sayapku ke warna aslinya. Warna biru pada sayapku nyaris terlihat putih di bawah sinar matahari. Sama seperti Jade, sayapku juga memiliki corak keemasan yang membuatnya terlihat menakjubkan. Aku tidak pernah memperlihatkan sayapku yang seperti ini pada makhluk lain selain malaikat apalagi manusia, itupun tidak semua malaikat yang mengetahui rahasiaku ini. Sayap dengan corak adalah bukti kalau eksistensi malaikat itu sudah semakin tua. Dan aku tidak ingin ada lagi yang menganggapku berbeda karena corak emas di sayapku yang hampir sebanyak Seraphim dan Jade. Aku tidak akan membiarkan mereka mendapatkan alasan untuk menganggapku berbeda, tidak kalau satu-satunya alasan kenapa sayapku berwarna biru langit adalah karena aku juga praepositus. Dan itu juga alasan kenapa Seraphim berkeras agar seluruh malaikat di bawah Seraphim memanggilku El Rey. “Aku rindu melihat warna itu.” Bisik Jade tepat sebelum terjun dari Angels Tower.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

BRAVE HEART (Indonesia)

read
91.0K
bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.2K
bc

Married With My Childhood Friend

read
44.0K
bc

Bad Prince

read
509.5K
bc

CUTE PUMPKIN & THE BADBOY ( INDONESIA )

read
112.5K
bc

HURTS : Ketika Hati Yang Memilih

read
115.4K
bc

MOVE ON

read
95.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook