bc

Bring Me that Boss

book_age18+
572
FOLLOW
4.3K
READ
revenge
second chance
drama
twisted
sweet
heavy
genius
icy
realistic earth
slice of life
like
intro-logo
Blurb

"Child, do you know what is the meaning of Law of Surprise?"

"What? Is that phrase really exist?"

"It is. Hukum Kejutan, di mana kamu bosa meminta sesuatu apapun itu pada seseorang di mana orang tersebut tidak tahu apa yang dia miliki."

"For real?"

"Yes. Because destiny has it owns way."

Regan Wijaya ingin melupakan semua kenangan yang dia punya dengan tunangannya yang kabur tanpa alasan yang jelas.

Tjahaya Zeera memutuskan untuk membuka lembaran baru hidupnya dari kelamnya trauma yang sulit ia lupakan.

Anna Roseanne bersembunyi selama beberapa tahun untuk menyembunyikan fakta kelam yang mana dia tidak ingin orang-orang mengetahuinya.

Mereka terlibat dalam lingkaran tak berujung, berisi cinta, dendam, dan rahasia.

You give me enough to last one more day

A spoonful of love postpone our decay

Beg me to never, from walk away

And promise enough to make sure I stay

—Spoonful by Arch Hades—

chap-preview
Free preview
Chapter 1
Lagi-lagi, Regan Neval Wijaya kembali menghela napas ketika Ibunya, Alexandria Wijaya, memberikan map berwarna merah kepadanya yang tanpa dilihat pun, Regan tahu apa isi dari mal tersebut. "Ibu, jangan lagi," keluhnya. Ia pasang muka semenyedihkan mungkin agar ibunya percaya. "Regan, take a look first." Dengan tegas Alexandria pada anak bungsunya. Berat hati Regan membuka map itu dan baru saja beberapa detik ia menatap isinya, map tersebut sudah ia buang dengan dongkol di hatinya. "Apa lagi ini, Ibu?" "Hm?" Alexandria tidak mengerti. Ia mengambil map yang dilemparkan Regan dan membukanya. "Apa maksudmu?" "Ibu, wanita yang selama ini Ibu perlihatkan padaku seperti... Gosh, maafkan aku, tapi mereka terlihat seperti wanita nakal." Regan tidak mungkin mengatakan bahwa wanita-wanita itu 'Jalang' di depan Ibunya sendiri. “Lagipula, I do not trust women anymore.” "Regan, Aninda Stevani adalah wanita yang berpendidikan. Ibu tidak mungkin mengenalkan sembarang wanita padamu. Coba kamu lihat," ujar Alexa menyerahkan map itu yang ditolak oleh Regan. “Dan jangan katakan kamu tidak tertarik lagi pada wanita jika kamu masih keluar-masuk klub dewasa yang sering kamu kunjungi dengan temanmu.” "Berpendidikan? Dengan pakaian seperti itu?" Regan meragukan. Well, walaupun dia bukan pria suci yang tidak pernah bermain ke club malam, tetap saja ia menginginkan pasangan, atau paling tidak, wanita yang diperkenalkan oleh Ibunya itu wanita berkelas. Dalam artian; baik. Hanya itu. Sudah lebih dari satu bulan ini, Alexa  bolak-balik mengenalkannya pada beragam wanita dengan alasan umur Regan yang sudah matang dan siap untuk berkembang biak. Namun, ditolak Regan mentah-mentah karena umur 32 bukanlah saat yang tepat untuk buru-buru menikah. Regan tahu alasan Ibunya bukanlah karena masalah umur semata—Alexa menginginkan Regan untuk tidak berlarut dalam kenangannya dengan mantan tunangannya yang pergi tanpa meninggalkan jejak. Alexa menghela napas mendengar--lagi-lagi--penolakan anaknya. "Regan, Tavie saja sudah memiliki anak—" "Lalu, hanya karena Tavie sudah memiliki anak, lalu suatu kewajiban untukku memiliki anak juga?" tanya Regan tidak mengerti ketika Ibunya membandingkannya dengan sepupunya. "Tidak, hanya saja—" Tok! Tok! Pintu ruang kerja Regan yang ada di rumah itu diketuk dan membuat Alexa mendesah kesal. "Ini belum selesai, Regan. Ibu tidak akan menyerah." Alexa keluar dari ruangannya dan hanya dibalas gelengan kepala oleh Regan. Regan mengikuti Ibunya keluar dari ruangannya. "Ah, Tante lupa kapan terakhir kali kita bertemu..." "...Bagaimana kabar Anthony?..." "....oh benarkah?..." Sayup-sayup, Regan mendengar pembicaraan sang Ibu dengan seorang perempuan. Ia berjalan ke ruang tamu di rumahnya dan melihat seorang perempuan mungil duduk di samping Ibunya. Alexa menoleh pada Regan dan tersenyum. "Regan, kemari." Perempuan itu juga menatapnya. "Ini anak Tante yang terakhir, Zee, namanya Regan." Alexa mengenalkan Regan. Perempuan itu mengangguk dan mengulurkan tangannya. "Tjahaya Zeera. Senang bertemu dengan Anda," ucap perempuan yang dipanggil; Zee itu pada Regan. Regan menatap Zee dengan seksama sebelum membalas uluran tangannya. "Regan." Tatapannya seolah menghunus tajam pada Zee dan Regan yakin kini perempuan mungil itu gugup. Alexa berdeham ketika keheningan menghampiri mereka dan jabatan tangan kedua orang di hadapannya tidak juga terlepas. Regan dan Zee melepaskan tangan mereka dengan canggung. "Regan, Zee akan tinggal di rumah kita untuk waktu yang cukup lama, benar?" tanya Alexa pada Zee yang dibalas senyuman canggung oleh perempuan itu. "Apa?" Regan tidak percaya sang Ibu membiarkan orang asing tinggal di rumah mereka. Alexa menghela napas. "Ayah Zee adalah sahabat Ayahmu, Regan. Karena mereka tinggal di Jerman dan Zee di sini, Ayahnya cemas dan kami menawarkan Zee untuk tinggal bersama kita. Ayahmu setuju, dan saudara-saudaramu juga. Jadi, apa masalahnya?" Regan mengerutkan dahinya. "Bukankah harusnya di sini tidak aman?" Alexa tidak mengerti. "Maksudmu?" "Ada aku di sini." Alexa melotot dan Zee menelan ludahnya kasar. Apa-apaan ini?! "Regan," tegur sang Ibu. Alexa lagi-lagi harus mengusap d**a karena kelakuan tengil anak bungsunya itu. Regan hanya tertawa dengan senyuman smirk andalannya. Ia pergi dari sana tanpa berkata apapun. Alexa menggelengkan kepalanya. "Zee, jangan dianggap serius perkataan Regan. Ia hanya... jahil, mungkin. Astaga, kenapa aku bisa melahirkan anak tengil seperti dia," keluhnya. Mau tidak mau, Zee tertawa kecil dengan canggung. "Maaf jika aku merepotkan, Tante." "Oh astaga, tidak. Tentu saja tidak. Ayo, kita lihat kamarmu dulu." Alexa menggandeng tangan Zee dan berjalan menaiki tangga untuk menuju lantai dua di rumah itu. Alexa membuka pintu kamar yang ada di ujung. Terdapat 4 kamar di lantai dua ini. Satu milik Regan, dan 2 kamar milik kakak-kakak Regan yang kini sudah tidak tinggal di sana karena sudah memiliki keluarga sendiri. Satu kamar lagi kosong, dan Alexa siapkan untuk Zee. Semoga saja keputusan memilih kamar untuk Zee di lantai yang sama dengan Regan adalah hal yang tepat. Semoga saja anak tengilnya itu tidak berulah. "Kamu bisa menaruh barang-barangmu, nanti Tante akan suruh asisten di sini untuk membantumu, okay?" ucap Alexa dengan lembut. "Aku bisa mengerjakannya sendiri, Tante. Terima kasih, maaf merepotkan." "Kamu yakin?" Zee mengangguk dan Alexa membiarkan perempuan itu meletakkan barang-barang miliknya. Zee memulainya dengan tas yang ia bawa, sebenarnya tidak banyak barang bawaannya. Baju pun hanya sedikit, karena Zee termasuk tipe orang yang minimalis. Ia juga hanya membawa dokumen penting untuk wawancaranya besok. Iya, Zee akan melamar pekerjaan di kota besar ini setelah baru saja menyelesaikan kuliah Manajemen-nya dan berhasil mendapatkan summa cumlaude. Keluarga Zee memang tinggal di Jerman sejak ayahnya ditugaskan di sana dan memiliki bisnis di sana. Namun, karena Zee masih harus menamatkan kuliahnya dan memutuskan bekerja di sini, jadi ia harus terpisah dengan orangtua dan adik laki-lakinya. Zee mengambil kotak yang berisi barang-barangnya, seharusnya tidak terlalu berat dan merepotkan jika salah satu kaki Zee tidak terkilir dan membuat barang-barangnya terjatuh. Bruk! "Sial..." gumamnya. *** Regan kembali ke kamarnya dan merebahkan dirinya di atas kasurnya. Hari Minggu ini sepertinya ia tidak memiliki banyak kegiatan selain meladeni ibunya yang mengenalkannya pada wanita random pilihannya dan juga perempuan mungil yang baru saja akan tinggal di rumah ini. Bruk! Regan tersentak ketika mendengar suara jatuh dari kamar sebelahnya. Regan berjalan keluar kamarnya dan bermaksud melihat apa yang terjadi. Namun... Kamar itu sudah menjadi kamar milik perempuan tersebut, bukan? Apa tidak apa-apa jika ia masuk? Setan dalam dirinya seolah berbisik, "Rumah ini tetap rumahmu. That's fine." Regan tersenyum smirk. "Kamu baik-baik saja?" tanya Regan saat berdiri di ambang pintu kamar itu dan melihat Zee menggerutu seraya membereskan barang-barangnya. Dengan canggung, Zee mengangguk. "Aku tidak apa." Regan mengangguk. Awalnya ia berniat untuk meninggalkan wanita itu, namun berbalik dan memilih untuk membantu Zee. "Tidak perlu, aku bisa melakukannya sendiri." "Dan terjatuh lagi?" ledek Regan. "Biar aku bantu kamu, Tjahaya." Zee terdiam mendengar panggilan Regan yang seharusnya Zee tidak perlu bersikap berlebihan seperti ini. Namun, lagi-lagi mereka beradu tatap dengan keheningan yang menyelimuti. ***    

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Beautiful Madness (Indonesia)

read
220.4K
bc

Dear Doctor, I LOVE YOU!

read
1.1M
bc

The Prince Meet The Princess

read
182.0K
bc

DIA UNTUK KAMU

read
35.3K
bc

MENGGENGGAM JANJI

read
475.1K
bc

Hurt

read
1.1M
bc

My Boss And His Past (Indonesia)

read
236.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook