Janda Kembang

890 Words
"Mulai sekarang kita nggak ada ikatan. Kamu bukan lagi istriku dan aku bukan suami kamu." Kupaksakan berdiri dengan tangan gemetar setelah menyimpan ponsel di saku. Aku mundur dua langkah sambil menatap Mas Reza yang acuh tak acuh. Tidak ada rasa bersalah, juga tak ada lagi cinta yang tersisa di matanya. "Mas, kamu jangan bercanda. Kalimat itu nggak bisa diucapkan sembarangan. Sekali kamu mengatakannya, aku sudah haram kamu sentuh." Mas Reza mendecih sambil membuang muka seolah jijik padaku. Bukankah seharusnya aku yang bersikap demikian? Kenapa jadi terbalik sekarang? "Haram? Ya, aku memang nggak akan menyentuhmu lagi, Nadya binti Bagaskara. Besok aku sendiri yang akan mendaftarkan perceraian kita. Kamu tunggu aja panggilan buat sidang. Secepatnya!" "Mas, jangan ambil keputusan selagi kamu emosi. Pernikahan kita, ada Bima di dalamnya. Kamu mau dia jadi korban broken home yang kehilangan kasih sayang orang tua?" "Dia nggak akan kehilangan kasih sayang. Aku bisa cari ibu sambung buat dia." Detak jantungku terasa berhenti seketika. Apa lagi maksudnya? Mungkinkah Joyce yang akan jadi ibu sambung untuk putraku? Aku kenal lahir batin si janda kembang itu. Dia tidak pernah menyukai anak kecil, bahkan beranggapan bahwa anak-anak hanya berisik dan merepotkan. Mana mungkin dia bisa mengurus Bima? Yang ada, disuruh-suruh seenaknya dan ditindas untuk melakukan semuanya. "Kamu nggak perlu syok gitu. Setelah kita pisah, kamu bebas mau ada seminar bisnis di mana, kelas masak berapa lama, pergi sama siapa, itu bukan lagi urusanku. Termasuk sekolah Bima. Dia bakal pindah ke tempat baru yang dekat rumah ibuku." "Nggak!" Aku menyalak, "Kamu nggak bisa ambil keputusan seenakmu sendiri, Mas. Bahkan kalaupun kita berpisah, hak asuh dia juga akan ada di tanganku. Aku yang lebih pantas mengasuhnya!" Emosiku tersulut, tak bisa mengendalikan diri. Setelah kehilangan Mas Reza, mana mungkin aku rela kehilangan jagoanku satu-satunya. Dengan segala cara, aku kupertahankan Bima di sisiku. "Kamu pikir kamu layak, hah?" Mas Reza mendekat, menarik tanganku dengan paksa dan membawaku ke ruang kerja di lantai bawah. Langkahnya cepat, membuatku harus sedikit berlari mengikutinya. Cengkeramannya semakin erat. Aku meronta, mencoba melepaskan diri. "Lihat baik-baik, Nad!" Mas Reza berjongkok setelah melepaskan tanganku. Dia membuka laci paling bawah tempat surat dan dokumen penting tersimpan. Perasaanku langsung tidak enak. Tanpa dijelaskan sekalipun, aku tahu ke mana arah pembicaraan kami. Setumpuk dokumen dalam map merah dihamparkan di atas meja. "Kamu lihat itu? Aset yang ada, semua milikku. Sertifikat rumah, mobil, motor, bahkan restoran, semua atas namaku. Yang kamu punya cuma ruko kumuh tempat usaha kateringmu yang kamu beli pertama kali. "Dengan aset yang nggak seberapa itu, mana mungkin pihak pengadilan memberikan hak asuh Bima padamu. Kamu nggak mampu biayain hidup dia!" Tubuhku bergetar hebat. Sekelebat ingatanku kembali ke masa lalu. Mas Reza mendaftarkan rumah ini atas namaku, tapi aku dengan bodohnya menolak. Aku beranggapan kalau pria itu kepala keluarga di sini. Jadi, dia berhak memegang kendali atas kepemilikan aset kami. Hal yang sama juga terjadi saat membeli mobil dan kendaraan lainnya. Karena sibuk menyiapkan pesanan nasi box yang jumlahnya tak sedikit, aku meminta Mas Reza saja yang pergi untuk mengurus pembelian mobil. Aku yakin sepenuhnya kalau pria itu amanah, bisa dipercaya untuk mengelola harta yang kami dapatkan berdua. Penilaianku kuanggap tepat karena Mas Reza bukan seseorang yang suka bertingkah neko-neko. Sebelum dia membeli apa pun, pasti minta pendapatku lebih dulu. Bukankah itu artinya dia menganggap penting keberadaanku? Apa aku salah menilainya? Orang-orang mengatakan kalau kunci keharmonisan rumah tangga adalah rasa saling percaya, bukan? Aku memercayai Mas Reza sepenuhnya, sedalam-dalamnya. Sayangnya, aku justru mengabaikan nasihat Papa hari itu, menyangkal firasat buruknya jika suatu hari nanti kami berpisah. Aku bertekad kalau hal itu tak akan terjadi. Namun ternyata.... "Mulai sekarang, kamu nggak ada hak lagi dengan semua aset ini. Yang kamu punya cuma mobil pick up butut itu. Ah iya, rekening tabungan itu juga atas namaku. Kamu jangan berani-beraninya ambil sepeser pun uang dari sana. Haram!" Suara mas Reza terdengar begitu mengerikan. Pria itu sungguh-sungguh merampokku. Restoran yang aku rintis susah payah, kini diambil paksa kepemilikannya. Bukan hanya kepercayaanku yang luntur, rasa cintaku pada Mas Reza pun hancur lebur. Aku kecewa padanya. Merasa jadi wanita paling bodoh di dunia. Bagaimana mungkin aku tak sadar semua tipu muslihat berbalut cinta yang selama ini dimainkannya? Mas Reza yang penuh cinta, kini tak ubahnya seperti begal di luar sana. Sejenis dengan serigala berbulu domba, menggigit mangsanya sampai tetes darah terakhirnya. Lima tahun membina mahligai rumah tangga dengan Mas Reza, aku baru menyadari betapa aku telah dibutakan oleh cinta dan mengabaikan logika. Kini, harga diriku diinjak-injak, dan air mata tak henti membasahi pipiku. "Mam ... Mami ...." Panggilan Bima membawaku kembali dari kenangan pahit pertengkaranku dengan Mas Reza seminggu lalu. Dia menggenggam tanganku, menatapku dengan wajah polosnya yang belum mengerti apa-apa. Hanya dia satu-satunya kekuatanku untuk tetap berdiri dan menghadapi badai yang memporak-porandakan semuanya. Aku memeluk tubuhnya erat-erat, membiarkan tangisku pecah tanpa bisa lagi disembunyikan. Keluarga kecilku yang dulu sempurna kini hanya tinggal kenangan. Bahkan jika Mas Reza benar-benar serius dengan ucapannya, malaikat tak bersayap milikku ini mungkin akan ikut diakui kepemilikannya. Dan aku tak akan sanggup hidup hidup tanpa Bima. Kucium wajah putraku tanpa terlewat satu inci pun, berharap tak akan pernah berpisah dengannya. Aku bisa merelakan Mas Reza meski harus susah payah sekalipun, tapi aku tidak akan rela kalau bayi merah yang kulahirkan dengan bertaruh nyawa ini juga ikut diambil paksa. Itu tidak boleh terjadi sama sekali! “Apa yang harus kulakukan agar bisa mempertahankan Bima?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD