bc

Skandal Blok C

book_age12+
669
FOLLOW
5.6K
READ
dark
fated
billionairess
sweet
bxg
betrayal
coming of age
lawyer
like
intro-logo
Blurb

Bagaimana rasanya menikah dengan seseorang yang tidak pernah menaruh kepercayaan terhadap dirimu?

Renjana Pangestu, telah cukup sabar menghadapi istrinya yang sangat kekanakan. Lelahnya demi memenuhi segala kebutuhan rumah tangga malah dijadikan bahan bakar cemburu oleh Linda, sang istri.

Hingga suatu waktu, tetangga baru di depan rumahnya menjadi sosok pelipur lara bagi Renjana. Dia adalah wanita yang berbanding terbalik dengan Linda, Dinar namanya. Wanita mandiri, cerdas, positif thinking, dan juga pribadi yang hangat.

“Kalian berselingkuh dariku, wanita perebut suami orang!” sentak Linda murka.

Prinsip wanita baik-baik tidak akan merebut milik wanita lain, sempat Dinar pertahankan. Sampai puncak kesabaran Dinar habis saat Linda menyebarkan berita buruk tentangnya hingga menyebabkan orang tuanya sakit.

“Aku hanya mengiyakan tuduhanmu. Kau selalu menuduh suamimu berselingkuh bukan? Inilah harga yang harus kau bayar mahal!” pungkas Dinar percaya diri.

Renjana butuh pengorbanan panjang untuk mendapatkan hati Dinar, membuktikan kepada Dinar bahwa kesalahan rumah tangganya dengan Linda bukan terletak padanya.

chap-preview
Free preview
1. Mulai Keretakan
Suatu sore sekitar pukul lima seorang laki-laki yang berada di sebuah ruangan kerja di salah satu kantor advokat di daerah Setiabudi meraih ponselnya untuk memberi kabar pada istrinya kalau hari ini dia akan pulang sedikit terlambat. Dari sebuah papan nama yang terletak di atas meja dikertahui bahwa laki-laki itu bernama Renjana Pangestu, ya dia adalah seorang pengacara yang saat ini sedang menangani kasus perceraian kliennya. “Maaf Bu, bisa saya ijin menelepon sebentar?” pinta Renjana pada seorang wanita muda di hadapannya yang tak lain adalah kliennya itu. “Oh ya Pak, silahkan,” jawab si Ibu muda itu. Renjana pun bergegas mengambil ponselnya dan berdiri agak menjauh dari sang klien. Dia pun menghubungi Linda, sang istri. Walau dia tahu bahwa Linda akan marah jika dirinya pulang telat namun dia tetap harus memberitahunya terlebih dahulu daripada sang istri menuduhnya macam-macam. “Halo, Lin. Maafkan Mas ya, sepertinya hari ini Mas akan pulang terlambat karena urusan sama klien belum selesai,” ucap Renjana begitu Linda menjawab panggilannya. “Hah? Terlambat? Kok bisa sih Mas? Jangan-jangan ini hanya alasan kamu aja ya biar kamu bisa cari udara segar di luar?” tuduh Linda. “Astaga Linda, Mas ini bener-bener sedang kerja loh. Cari nafkah untuk kamu. Tapi kamu malah menuduh Mas yang tidak-tidak,” keluh Renjana. “Ya istri mana yang gak curiga kalau suaminya selalu pulang telat!” cetus Linda. “Sudah ya Mas tidak mau berdebat, pokoknya Mas janji sebelum jam tujuh Mas sudah di rumah, oke Sayang! Bye!” ucap Renjana. “Mas, halo? Mas Renjana!” pekik Linda di seberang sana. Renjana menggelengkan kepala setiap kali dia memberitahu bahwa dirinya akan pulang terlambat. Sedangkan Linda langsung melempar ponselnya karena kesal dengan suaminya. Selesai urusan dengan kliennya dia segera beres-beres dan segera pulang karena dia sudah berjanji pada Linda bahwa sebelum jam tujuh dia sudah berada di rumah. Kebetulan saat ini masih jam enam tiga puluh itu artinya masih ada waktu tiga puluh menit untuk sampai ke rumahnya. Karena kebetulan dari kantor sampai rumahnya hanya memerlukan waktu lima belas menit jika tidak macet. Sesampainya di rumah Renjana langsung mencari keberadaan Linda yang ternyata sedang sibuk di ruang makan untuk menyiapkan makan malam. “Assalamualaikum Sayang,” sapa Renjana. Linda tak menggubris salam suaminya itu dia masih saja melanjutkan kegiatannya. “Loh kok salam Mas gak dijawab?” tanya Renjana. “Walaikumsalam,” jawab Linda ketus. “Kamu marah?” tanya Renjana pelan. “Makan dulu aja nanti baru kita bahas.” Titah Linda pada suaminya masih dengan wajah yang murung. Renjana dan Linda sama-sama diam saat menikmati makan malam. Hingga kegiatan itu selesai dan Linda membereskan semuanya Renjana pergi duduk di ruang tamu sambil menonton televisi. Setelah selesai Linda menyusul suaminya dan duduk di samping suaminya dengan raut wajah yang tidak enak. “Kamu kenapa sih Sayang?” tanya Renjana. “Kamu yang kenapa! Masa setiap hari ada aja alasan untuk pulang telat! Sudah satu minggu ini loh Mas kamu selalu pulang di atas jam lima!” protes Linda. “Ya memang kerjaan aku masih banyak Lin. Aku gak mungkin dong meninggalkan kerjaan aku begitu saja,” bela Renjana. “Tapi kamu juga harus disiplin pada diri sendiri dong Mas!” pekik Linda. “Disiplin bagaimana lagi? Aku juga telat kan hanya tiga puluh menit sampai satu jam gak lebih,” ucap Renjana tak mau kalah. “Iya dan itu adalah waktu yang biasa dipakai untuk mengantar seseorang sampai rumahnya,” sindir Linda. “Maksud kamu?” tanya Renjana tak paham. “Sudahlah Mas akui saja kalau kamu memang punya simpanan!” tuduh Linda. “Astaga Linda, sudah berapa kali aku bilang aku tidak pernah punya niat ke arah sana sedikitpun!” pekik Renjana tak terima. “Mas! Aku tahu aku ini hanya seorang ibu rumah tangga tapi bukan berarti kamu bisa seenaknya mencari daun muda di luar sana kan?” cerocos Linda. Renjana sama sekali tidak mengerti dengan apa yang ada di pikiran istrinya itu Selama ini dia selalu memanjakan Linda dengan uang dan kasih sayang. Linda yang sangat manja dan hobi berfoya-foya selalu saja merajuk ini dan itu. Mengingat karir Renjana yang bisa dibilang sukses maka tak ada masalah bagi Renjana. Selama istrinya bahagia sudah pasti kehidupan rumah tangganya juga bahagia. Namun ternyata semua itu malah disalahartikan oleh Linda. Dia selalu saja menuduh Renjana berselingkuh dengan wanita lain. Dia beranggapan bahwa suaminya memberikan segalanya hanya sebagai tameng agar perselingkuhannya tidak terbongkar. Renjana sangat bosan selalu dituduh seperti itu. Setiap kali dia pulang terlambat atau ada kerjaan di luar kantor selalu menjadi bahan pertengkaran. Kali ini dia mencoba menenangkan istrinya dengan mengajaknya bicara pelan-pelan. “Linda, ayo kita bicarakan ini baik-baik ya,” ajak Renjana sambil memegang bahu istrinya itu. Linda menurut dan duduk di sebelah Renjana. Walau saat ini mereka duduk berdampingan tapi wajah Linda masih saja memendam amarah yang tak jelas. “Mas aku tidak mau bertele-tele ya! Aku mau kamu akui saja perselingkuhan kamu dengan wanita itu!” bentak Linda. Renjana sudah mencoba sabar namun sepertinya Linda terus saja menguji kesabarannya dengan pertanyaan-pertanyaan yang diulang dan tidak terbukti itu. “Cukup Linda!” teriak Renjana. Linda hanya diam karena bentakan suaminya itu. Dia tidak berani menjawab namun wajahnya masih saja masam. “Berkali-kali aku bilang padamu kalau aku ini tidak selingkuh! Tapi kenapa kamu masih saja selalu menuduhku yang tidak-tidak? Apa kamu ada bukti jika aku memang selingkuh?” tanya Renjana. “Ya saat ini aku memang belum mempunyai bukti tapi semua kelakuan kamu itu menunjukkan bahwa kamu itu sedang berselingkuh,” kata Linda. “Astaga Linda!” ucap Renjana sambil mengusap wajahnya dengan kasar. “Benar kan kamu selingkuh Mas?” cetus Linda lagi. “Linda dengar aku ya, jika patokan mu hanya karena aku selalu pulang telat itu berarti aku selingkuh itu salah, salah besar!” pekik Renjana. Linda terkejut dibentak seperti itu oleh suaminya.Tak ingin kalah begitu saja dengan Renjana maka Linda berpura-pura sakit hati karena dibentak oleh Renjana. “Kalau memang kamu tidak merasa dirimu selingkuh untuk apa kamu marah Mas? Untuk apa hah?” tanya Linda yang kini sudah mulai berkaca-kaca. “Aku marah buka karena aku selingkuh Lin, tapi aku marah karena kamu selalu menuduhku tanpa bukti dan itu sudah sering kali terjadi,” sungut Renjana penuh emosi. “Mas, dengan penampilan dan karirmu yang sedang bagus ini tidak menutup kemungkinan bahwa banyak wanita yang jatuh hati padamu,” cetus Linda. “Oh jadi menurutmu karena aku ini tampan dan berkarir bagus maka dengan mudah aku bisa memilih wanita mana saja untuk jadi selingkuhanku, begitu?” tanya Renjana. “Ya, benar.” Sahut Linda. “Linda-Linda, entah apa yang telah merasukimu hingga kamu bisa berpikiran seperti itu pada suamimu sendiri. Tega kamu Linda,” cetus Renjana. “Kamu yang tega Mas. Kamu nodai pernikahan kita dengan perselingkuhan! Ingat Mas aku bersamamu dari kamu masih nol,” cecar Linda. “Ya justru karena itu Linda, karena aku sudah bersama kamu dari sebelum aku menjadi apa-apa sampai sekarang aku sukses di karir tak sedikit pun aku berniat untuk menduakanmu,” ucap Renjana. Linda masih tidak percaya pada ucapan suaminya. Dia terus saja mencari-cari kata agar Renjana mengaku bahwa dia selingkuh dengan wanita lain di luar sana. Renjana sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Semakin dia membela diri maka semakin keras juga tuduhan Linda padanya. “Sudah pusing di kantor sekarang harus pusing juga di rumah. Lebih baik aku tidur, capek, ngantuk!” kata Renjana kemudian bergegas menuju kamarnya. “Mas aku belum selesai bicara, kamu mau kemana Mas? Mas ... Mas Renjana?” teriak Linda pada Renjana yang sudah menghilang di balik pintu. Linda kesal karena suaminya malah menghindar dan tidak mau membahas ini sampai tuntas. Karena Linda sering menuduh Renjana maka di otaknya hanya ada soal perselingkuhan saja. Linda kembali duduk sebelum akhirnya dia menyusul Renjana di kamar. Tak berselang lama terdengar suara pintu kamar itu terbuka. Linda berpikir bahwa Renjana keluar lagi dari kamar dan mengajak Linda untuk tidur. Atau dia kembali lagi ke ruang tamu untuk mengakui perbuatannya pada Linda. Namun dugaan Linda itu salah. Renjana keluar dengan membawa sebuah bantal, guling dan selimut. Linda yang melihat pemandangan itu langsung membelalakkan matanya tak percaya. “Mas mau kemana kamu?” tanya Linda sambil menghampiri Renjana. “Mau tidur di atas,” jawab Renjana ketus. “Loh kok malah tidur di atas?” tanya Linda. “Karena aku ingin menenangkan diriku sendiri saat ini,” ucap Renjana. “Kenapa harus di atas?” tanya Linda. Di atas itu adalah ruang kerja Renjana yang cukup luas. Karena di sana ada sebuah lemari buku yang besar yang di letakkan di ruang kerjanya. Selain itu di sana juga ada sebuah kamar yang mereka siapkan untuk calon anak mereka nanti. Lelah selalu dituduh selingkuh oleh Linda maka Renjana memilih untuk tidur di lantai dua, di ruang kerjanya. “Ya seperti yang aku bilang tadi aku ingin menenangkan pikiranku. Sama seperti halnya kamu, kamu juga harus menenangkan pikiranmu supaya tidak menuduhku yang macam-macam lagi,” kata Renjana. “Kenapa begitu? Kenapa harus pisah ranjang?” tanya Linda. “Ya karena kalau aku masih terus berada didekat kamu sudah pasti kamu selalu menanyakan soal perselingkuhan yang jelas-jelas tidak ada, Linda!” cetus Renjana. Linda tak bisa berkata apa-apa lagi selain melihat Renjana yang mulai menaiki anak tangga ke arah ruang kerjanya. Tak ingin berlama-lama di ruang tamu maka Linda juga segera masuk ke kamarnya dan tidur. Di ruang kerja Renjana tak bisa langsung tidur karena dia masih memikirkan tuduhan istrinya itu. Renjana pun tidka tahu mengapa Linda selalu menuduhnya berselingkuh. Padahal setiap ada kegiatan apapun itu dengan kantor maupun pribadi dia selalu membicarakannya pada Linda. "Mas, aku belum selesai bicara denganmu!" "Selesaikan saja dengan segala prasangka burukmu itu!" tukas Renjana murka.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
97.4K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.5K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.0K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook