bc

Loveliest Gift [INDONESIA]

book_age18+
2.4K
FOLLOW
13.6K
READ
possessive
love after marriage
fated
dominant
CEO
sweet
bxg
city
wife
husband
like
intro-logo
Blurb

Sequel of Stifling Marriage

Pengorbanan seorang Gracella Natasha Anthony dalam mempertahankan rumah tangganya dulu tidak sia-sia. Sosok suami yang dulu sangat membencinya dan tidak mengharapkan kehadirannya, kini telah berubah menjadi laki-laki paling menghargainya. Bahkan, sangat mencintainya.

Di tengah suka cita Cella dan Albert menjadi pasangan suami istri sekaligus orang tua bagi anak kembarnya, kebahagiaan mereka bertambah dengan hadirnya kembali dua sosok malaikat di dalam rahim sang istri.

Tingkah polah menggemaskan Double Ell semakin berhasil menampar seorang Albert Mario Anthony akan perbuatannya dulu yang hampir saja menuruti keegoisannya. Berkaca dari kesalahannya di masa lalu dan kini ingin menebus semua perbuatan buruknya tersebut, Albert pun mengukuhkan diri akan membahagiakan semua malaikatnya. Dia menjadikan mereka anugerah terindah yang dimiliki di dalam hidupnya, terutama sang istri.

Akankah Albert bisa menepati pengukuhan dirinya dalam memperlakukan sang istri yang kini tengah mengandung benihnya untuk kedua kali? Apakah keduanya mampu mengatasi kerikil yang kembali menguji kekuatan rumah tangga mereka?

Baca lebih dulu: Stifling Marriage

chap-preview
Free preview
LG 1
Albert tak pernah menyangka akan sebahagia sekarang, dirinya dikelilingi para malaikat yang melengkapi sekaligus menyempurnakan hidupnya, meski kesempurnaan tidak layak dimiliki oleh setiap insan di dunia. Namun, menurutnya pribadi, hadirnya sosok istri dan anak kembar yang sangat dia cintai, menjadikan dirinya manusia paling beruntung di dunia. Menilik perjalanan rumah tangganya bersama Cella ke belakang, Albert sangat menyesali semua perbuatan yang dulu secara sengaja dilakukan untuk menyakiti hati wanita tersebut. Kini Albert berjanji akan menebus semua perbuatannya hingga akhir hayatnya tiba. Apalagi saat ini dia dan istrinya kembali mendapat kepercayaan dari Yang Maha Kuasa untuk kedua kalinya. Mereka kembali dipercayakan sebuah anugerah yang kini sedang bergelung hangat di dalam rahim Cella. Albert tersenyum sambil memandang sepasang malaikat kecil yang hadir dalam hidupnya. Malaikat yang kini tengah terlelap di ranjang masing-masing. Albert memadamkan lampu di atas nakas yang menjadi pembatas antara dua ranjang bersebelahan tersebut. Secara bergantian dia merapikan selimut yang membalut tubuh mungil tersebut agar tetap dijaga oleh kehangatan. Dengan penuh kelembutan dia mendaratkan kecupan sayang pada kening masing-masing malaikatnya tersebut. “Selamat bermimpi indah, Ell,” Albert bergumam pelan. Albert kembali menatap para malaikatnya yang menggeliat sebelum keluar menuju sumber kebahagiaannya yang lain. Saat dia berbalik, dirinya tersentak melihat sosok wanita berjubah tidur sedang bersandar pada daun pintu sambil menatapnya. Albert menghampiri wanita yang kini menjadi pemilik hatinya sambil mengumbar senyum lebarnya. “Kenapa bangun lagi, hm?” Albert bertanya setelah berdiri di hadapan wanita yang kini sedang menatapnya dengan sorot sayu tersebut. “Mereka sudah tidur?” Cella tidak langsung menjawab, melainkan bertanya balik sambil menengok ke belakang tubuh sang suami. “Sudah, setelah aku membacakan tiga buah cerita,” jawab Albert sambil mengikuti arah pandang istrinya. “Maaf merepotkanmu. Belakangan ini aku sangat jarang bisa membacakan cerita untuk mereka.” Cella merasa bersalah kepada sepasang anak kembarnya yang kini telah mengarungi mimpi indah masing-masing. “Hei! Jika kamu berkata seperti itu, seolah hanya dirimu yang memiliki mereka. Ella dan Ello pasti maklum karena Mommy-nya sedang menyiapkan teman untuk mereka di dalam sini.” Albert mengelus perut Cella yang masih datar, kemudian membawa tubuh sang istri ke dalam pelukannya. “Al, apakah mereka tidak terlalu kecil untuk mempunyai adik? Aku tidak mau mereka kekurangan kasih sayang dari kita,” ucap Cella sambil menghirup aroma tubuh suaminya yang sangat dia sukai belakangan ini. “Tentu saja tidak, Honey. Buktinya Ella dan Ello sangat antusias saat aku memberitahukan bahwa mereka akan mempunyai teman bermain beberapa bulan ke depan,” Albert menjawab sambil memainkan rambut panjang istrinya. “Apalagi usia Ella dan Ello dua bulan lagi sudah empat tahun, jadi sekalian saja kehamilanmu ini menjadi hadiah istimewa untuk mereka dari kita,” imbuhnya sambil mengecup kepala Cella yang betah bersandar pada dadanya. “Hm,” Cella hanya menjawabnya dengan gumaman singkat. “Sebaiknya kita kembali ke kamar, kelihatannya kamu sangat lelah hari ini.” Albert menjauhkan tubuh Cella dari pelukannya. “Anak Daddy yang sedang ada di dalam sana, jangan nakal ya. Jangan sampai membuat Mommy sakit,” sambungnya sebelum mengecup perut istrinya. “Oke, Daddy!” Cella menjawabnya sambil menirukan suara anak kecil dan sedikit meninggikan nadanya. “Mom, jangan berteriak karena Daddy akan....” Tanpa melanjutkan ucapannya, Albert langsung membawa Cella ke dalam gendongannya dan membungkam bibir istrinya yang hendak memekik karena terkejut. Cella langsung melingkarkan kedua lengannya pada leher Albert agar tidak terjatuh. Cella sengaja tidak membalas kegiatan Albert yang membungkam bibirnya sambil berjalan menuju kamar mereka. Cella berusaha keras menahan senyumnya saat melihat ekspresi wajah Albert yang menuntut karena tindakan abainya. Albert yang merasa gemas karena diabaikan oleh Cella pun langsung menggigit ringan bibir istrinya tersebut. “Aw!” Cella mengaduh dan tangannya spontan menjambak rambut Albert. Bukannya marah karena tindakan spontan Cella, Albert malah menyeringai. Dia pun kembali mengecup bibir Cella. “Salah sendiri karena berani mengerjaiku,” ucapnya setelah menjauhkan bibirnya. Selanjutnya dia kembali mengecup bibir yang selama ini menjadi candunya tersebut. Tiba di depan kamar mereka, Albert membuka pintunya menggunakan sebelah kakinya. Tanpa menyudahi aktivitasnya mengecup bibir Cella, Albert membaringkan tubuh istrinya tersebut dengan sangat hati-hati di atas peraduan mereka. “Tidurlah, aku tidak mau kebablasan jika tetap melanjutkan kegiatan ini,” ucap Albert setelah memindahkan ciumannya pada kening Cella. Saat Albert ingin mencium pipinya, dengan cepat Cella menahan tengkuk sang suami dan mengarahkan pada bibirnya. Cella mulai melumat dan menggigit bibir suaminya tersebut. Mendengar erangan sang suami, Cella pun segera melepaskan gigitannya. “Cella!” ucap Albert tertahan karena tindakan Cella yang sesuka hati. Mendengar nada kesal Albert karena godaannya, Cella hanya tertawa renyah dan memasang ekspresi wajah tanpa dosanya. “Kali ini aku mengampunimu, Honey. Namun, tidak untuk lain kali,” Albert berbisik setengah mengancam istrinya. “Apakah kamu tega melihatku kelelahan setelahnya?” Cella membalas bisikan suaminya dengan pertanyaan. Albert mendesah karena tidak mempunyai pilihan jawaban selain kata tidak untuk pertanyaan Cella yang satu itu. “Aku tidak akan melakukan hal yang akibatnya bisa membahayakan kalian berdua,” jawabnya sambil membelai pipi Cella yang kembali tirus. Cella mengelus tangan Albert yang tengah membelai pipinya dengan lembut. “Apakah kamu kuat menahannya selama itu, Sayang?” Cella meresapi hangatnya telapak tangan suaminya. “Demi keselamatan kalian, aku rela menahannya,” Albert menjawabnya tanpa ragu. “Lagi pula setelah masa penantianku berakhir, aku bisa menyuruhmu membayarnya berlipat-lipat,” godanya sambil mengedipkan sebelah matanya. Cella mencubit keras paha Albert karena suaminya tersebut menggodanya. “Sudah kuduga, pasti kamu tidak mau merugi,” gerutunya dengan wajah kesal. Albert mengusap bekas cubitan Cella pada pahanya sambil tertawa mendengar gerutuan istrinya tersebut. “Aku bercanda, Honey. Jangan marah.” Albert kembali mengusap pipi Cella. “Honey, besok aku akan menitipkan Double Ell pada Mommy. Setelahnya aku akan mengantar sekaligus menemanimu ke rumah sakit. Aku tidak ingin terjadi apa-apa denganmu dan anak kita.” Albert khawatir melihat keadaan istrinya yang kesulitan memasukkan makanan ke dalam tubuhnya. Semenjak kehamilannya yang kedua, Cella selalu memuntahkan makanan yang masuk ke perutnya. Pernah dulu saat usia kehamilannya empat minggu, Cella sampai menangis karena saking sulitnya menelan makanan. Dia takut akan terjadi sesuatu yang buruk pada janinnya karena tidak mendapatkan asupan nutrisi yang cukup. Akhirnya Albert membawanya ke rumah sakit agar diinfus, supaya tubuhnya tidak kekurangan asupan gizi. Kini setelah usia kandungan Cella delapan minggu, dia masih juga mengalami hal itu meski tidak separah dulu. Padahal saat mengandung Double Ell, Cella tidak mengalami hal separah ini. Terlebih saat itu keadaannya dengan Albert tidak seperti sekarang. “Hei! Mengapa malah melamun? Kamu keberatan menitipkan Double Ell di rumah Mommy?” tanya Albert saat menyadari Cella melamun. Dengan cepat Cella menggelengkan kepalanya. “Tidak. Sama sekali aku tidak keberatan. Lagi pula Mommy pasti sangat senang dengan kedatangan cucu kembarnya,” tegasnya. “Baguslah kalau kamu setuju dengan ideku. Sebaiknya sekarang kita tidur, malam sudah kian larut.” Albert pun langsung memperbaiki posisi berbaring Cella. Saat Albert hendak beranjak dari sampingnya, Cella dengan cepat menahan gerakan suaminya tersebut. “Daddy, mau ke mana?” tanyanya dengan nada manja. “Daddy mau menyelesaikan sisa pekerjaan kantor yang tertunda tadi, Mom. Tidak banyak, tinggal sedikit lagi.” Albert gemas mendengar pertanyaan istrinya yang bernada manja. “Daddy tidak mau menemani Mommy?” Cella kembali bertanya dengan nada merajuk. Kini Albert tertawa mendengar rajukan Cella, apalagi saat melihat ekspresi wajah istrinya tersebut. Tanpa menjawab, Albert memindahkan tubuh Cella lebih ke tengah ranjang, kemudian dirinya ikut berbaring di samping sang istri. “Mau Daddy peluk seperti ini, Mom?” Albert memeluk Cella dari depan, sehingga wajah istrinya terbenam pada d**a bidangnya. Sebelah tangan Albert mengusap punggung Cella dengan lembut. “Mimpi yang indah, Honey. Jangan lupa mimpikan aku dalam tidurmu,” imbuhnya sambil mendaratkan kecupan ringan pada kepala Cella. “Hm,” Cella menanggapinya hanya dengan gumaman. Tak lama kemudian deru napasnya sudah berangsur teratur. Albert mengeratkan pelukannya pada tubuh Cella. Dia merasa sangat beruntung bisa memiliki wanita yang didekapnya kini dalam hidupnya. Untung saja Cella bermurah hati memberikan sebuah kesempatan padanya, sehingga dia bisa menebus semua perbuatan buruknya dulu. “Aku akan selalu berada di sampingmu dan menemanimu melewati masa-masa kehamilanmu ini, Honey, sebagai bentuk penebusanku terhadap Double Ell selama bergelung di dalam perutmu dulu,” ucap Albert pelan setelah yakin Cella terlelap.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
189.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.5K
bc

My Secret Little Wife

read
95.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook