LG 3

1892 Words
Kegaduhan di pagi hari sudah bukan hal asing lagi didengar oleh Albert dan Cella ketika baru membuka mata. Hal seperti inilah yang selalu mampu mengundang senyum merekah keduanya sebelum menjalani aktivitas. Cella yang masih bersandar pada kepala ranjang hanya menghela napas sambil menggelengkan kepala ketika melihat Double Ell menolak dibawa ke kamar mandi oleh Albert. Seperti kebiasaannya beberapa minggu ini, Cella selalu merasakan pusing di pagi hari, sehinggga membuatnya tidak bisa maksimal dalam mengurus Double Ell. Meskipun Amanda selalu membantu Cella dalam mengasuh Double Ell, tapi dia tidak sepenuhnya menyerahkan begitu saja hal-hal sepele yang berhubungan dengan anak kembarnya tersebut. Biasanya Cella yang selalu memandikan Double Ell dan menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya nikmati. Dia hanya meminta Amanda untuk ikut mendampingi dan menjaga Double Ell ketika sedang berpergian. “Mommy, tolong Ella! Ella mau mandi bersama Mommy!” Ella menjerit dan kembali memberontak dalam gendongan Albert. ”Ello juga ingin dimandikan oleh Mommy,” Ello tak mau kalah menjerit seperti kembarannya ketika Albert mulai menggendongnya. “Mandi bersama Daddy tidak kalah seru dengan Mommy. Hei! Kalian diamlah! Nanti kalian bisa jatuh jika terus memberontak seperti sekarang.” Albert mulai kesusahan menggendong Double Ell yang tetap memberontak dalam gendongannya. Kasihan melihat Albert yang kesusahan menggendong Double Ell, Cella pun akhirnya menuruni ranjang secara pelan-pelan. Cella menarik kedua sudut bibirnya melihat Double Ell tersenyum ketika dia berjalan menghampiri mereka. “Daddy, Ello mau turun,” pinta Ello saat melihat Cella melangkahkan kakinya dengan pelan. Albert tidak menyadari bahwa Cella sudah turun dari ranjang karena posisinya yang membelakangi istrinya tersebut. Albert akhirnya menurunkan Ello begitu saja, karena dia takut jika pemberontakan putranya tersebut akan membuat Ella terjatuh. Melihat Ello sudah diturunkan, Ella juga meminta hal yang sama kepada sang ayah, “Dad, Ella juga mau turun.” Albert pun menyerah dengan sikap keras kepala kedua anaknya. “Mommy!” teriak Double Ell sambil berlari menghampiri Cella yang sudah mendekati tempat Albert berdiri. Albert berbalik ketika mendengar teriakan kedua anaknya. Takut aksi Double Ell membahayakan Cella, Albert pun tanpa sadar berseru keras, “Ell! Hati-hati dengan langkah kalian!” Mendengar seruan Albert membuat Double Ell menoleh ketakutan. Mereka langsung memeluk kaki Cella dengan posesif. “Mom, Daddy marah?” tanya mereka bersamaan kepada Cella. Sebelum menjawab pertanyaan Double Ell, Cella bisa menangkap raut bersalah Albert yang kini berjalan menghampiri mereka. “Daddy tidak marah, Sayang. Daddy hanya takut kalian terjatuh karena berlari,” jawabnya menenangkan Double Ell yang dilanda ketakutan. “Benarkah, Mom?” tanya Double Ell kompak sambil mendongakkan kepalanya mencari kesungguhan atas ucapan ibunya. Cella gemas melihat ekspresi wajah Double Ell yang sedang menatapnya. Tangannya mengusap sebelah pipi masing-masing Double Ell secara bersamaan. “Benar, Sayang. Daddy sangat menyayangi kalian, jadi mana mungkin Daddy marah,” Cella membenarkan. Albert kini sudah berdiri di hadapan Cella dan Double Ell. “Yang dikatakan Mommy benar, Daddy tidak marah pada kalian,” Albert menegaskan. “Sebaiknya sekarang kalian mandi, karena Daddy akan mengajak kalian berkunjung ke rumah Nenek,” beri tahunya. “Mommy juga ikut mandi bersama kami?” Ello memperjelas. “Iya, Mommy akan ikut mandi bersama kalian. Ayo kita ke kamar mandi. Jangan berlari lagi.” Cella akhirnya mengikuti keinginan Double Ell. “Bagaimana keadaanmu, Sayang?” Albert mencium bibir Cella ketika Double Ell sudah memasuki kamar mandi. “Seperti biasa. Pusing,” Cella menjawabnya dengan jujur setelah membalas ciuman suaminya. “Maafkan aku tadi. Aku tidak bermaksud berteriak ataupun berbicara dengan nada keras kepada mereka,” pinta Albert merasa bersalah sambil membelai pipi tirus istrinya. “Aku mengerti kekhawatiranmu padaku, tapi kamu juga harus mengingat bahwa mereka itu sangat sensitif dengan nada keras.” Cella menumpukan tangannya di atas tangan Albert yang sedang membelai pipinya. “Yang di sini tidak disapa?” Cella membawa tangan Albert ke perutnya. Albert meringis. “Maaf,” ucapnya. “Morning, anak Daddy,” sapa Albert lembut setelah membungkukkan badannya agar sejajar dengan perut Cella. Usai menyapa sang anak, dia mengecup perut Cella. “Kamu duduk saja, Honey, biar aku yang memandikan mereka,” pintanya pada Cella. Cella menggeleng. “Tidak. Aku akan menemani kalian di kamar mandi sebelum ....” Kalimat Cella terputus karena mendengar panggilan Ello. “Mommy, Daddy, kenapa kalian sangat lama?” panggil Ello setengah menjerit. “Sebelum mereka membuat kegaduhan lagi,” Albert melanjutkan kalimat Cella yang tadi terputus. Dia langsung menggendong Cella agar cepat sampai di kamar mandi. *** “Mom, Rald nanti ada di rumah Nenek juga?” Ello menghentikan permainan rubik di tangannya ketika dalam perjalanan menuju mansion Christopher. “Mommy kurang tahu, Sayang. Memangnya kenapa?” Cella menjawab tanpa mengalihkan tatapannya. Jika dia menoleh ke belakang, perutnya langsung mual. Ella yang juga memainkan rubik tidak menghiraukan percakapan kembarannya dengan ibu mereka. Namun, ketika mendengar pertanyaan khawatir Ello, baru dia mengalihkan perhatiannya dari rubik di tangannya. “Mom, kenapa dengan adik kami?” tanya Ello ketika melihat sebelah tangan ayahnya mengusap perut sang ibu. “Mommy kenapa, Dad?” Ella ikut bertanya dengan nada tak kalah khawatir. “Tidak apa-apa, Sayang. Sepertinya adik kalian ingin dibelai oleh Daddy,” jawab Albert yang masih setia mengelus perut Cella. “Benarkah, Mom?” Ello memastikan. “Hm,” Cella hanya bergumam karena matanya mulai memberat. “Ell, apakah kalian mau tinggal di rumah Nenek untuk sementara waktu?” Merasa ada kesempatan membicarakan keinginannya untuk melakukan perjalanan babymoon kepada Double Ell, Albert pun langsung menanyakannya. “Dad, jangan membahas hal tersebut dulu.” Cella yang sudah memejamkan matanya, mengingatkan suaminya. “Memangnya kenapa, Dad?” Ella menanggapi pertanyaan ayahnya. “Daddy ingin mengajak Mommy berlibur agar adik kalian senang. Bagaimana? Apakah kalian setuju?” Albert mengabaikan ucapan istrinya. “Berarti kami tidak diajak? Apakah setelah Mommy dan Daddy pulang, adik kami langsung bisa diajak bermain? Tidak harus menunggu tujuh bulan lagi seperti yang Mommy katakan kemarin? Kalau bisa, kami menyetujuinya,” Ella langsung menyetujui tanpa merembugkannya dulu bersama kembarannya. “Dad, jangan asal bicara. Ingat! Mereka itu kritis dan menuntut.” Cella yang dari tadi mendengarkan kini sudah membuka mata dan menatap tajam suaminya. Albert membalas tatapan tajam Cella dengan rasa bersalah. Dia melupakan sifat Double Ell tersebut yang selalu berhasil membuat pikirannya terkuras. “Ella mau adik perempuan agar bisa diajak bermain boneka dan puzzle,” ucap Ella antusias. “Ello mau adik laki-laki agar bisa diajak bermain bola dan berenang,” ujar Ello tidak mau kalah. Albert merinding mendengar ucapan anak-anaknya di bangku penumpang belakang. ”Jika seperti itu, berarti Cella harus hamil anak kembar lagi,” ucapnya dalam hati. “Mom, apakah adik kami nanti ada dua?” celetuk Ella dari kursi penumpang belakang. Cella bingung harus menjawab apa, karena dia sendiri pun belum tahu. Sewaktu pertama periksa, dokter tidak mengatakan kejanggalan pada rahimnya yang mengindikasikan bahwa dia kembali mengandung anak kembar. “Kami belum tahu, Sayang. Kalian tunggu saja nanti,” jawabnya gamang. “Semoga saja dua ya, Mom. Agar kami masing-masing mempunyai satu,” ucap polos Ella. “Ello setuju, Mom,” Ello menimpali ucapan sang kakak. “Mom, kenapa pemikiran mereka sejauh itu?” tanya Albert pelan setelah dia melihat Double Ell kembali asyik dengan rubiknya masing-masing. “Mana aku tahu, Dad,” jawab Cella asal. “Masih mualnya?” Albert melirik Cella sambil menatap jalan di depannya. “Sedikit,” jawab Cella sambil mengikuti tangan Albert yang mengelus perutnya dari luar. “Sepertinya kita benar-benar memerlukan babymoon, Honey,” ujar Albert kembali. “Nanti kita bahas lagi setelah pulang dari rumah sakit, Sayang,” balas Cella. “Anak-anak tidur?” Cella baru menyadari bahwa suara kedua anaknya tidak terdengar lagi. “Tidak. Kamu seperti tidak tahu mereka saja. Jika sudah serius dan asyik dengan sesuatu, mereka pasti lupa terhadap keadaan di sekitarnya,” jawab Albert. “Mereka melanjutkan kesibukannya dengan rubik masing-masing,” imbuhnya. Cella terkekeh saat Albert mengingatkan sifat kedua anak kembarnya. *** Ella dan Ello terlalu asyik sekaligus serius memainkan rubiknya, sehingga keduanya tidak menyadari bahwa mereka sudah tiba di kediaman Christopher. Albert yang melihat keasyikan kedua anaknya dari bangku kemudinya pun hanya tersenyum. “Ell, kalian tidak mau turun?” tanyanya. “Yee! Ello menang,” Ello bersorak saat berhasil mengalahkan Ella. “Ini semua gara-gara Daddy, jadinya Ello yang menang lagi,” ucap Ella dengan nada kesal. “Kenapa malah Daddy yang disalahkan?” Albert tak terima dengan ucapan Ella. “Karena suara Daddy membuat konsentrasi Ella buyar,” jawab Ella yang masih kesal. “Ella, tidak baik menyalahkan orang lain untuk menutupi kekalahanmu,” tegur Albert dengan nada serius. Dari nadanya sangat jelas bahwa Albert tidak menyukai sikap Ella yang seenaknya melampiaskan kekesalannya kepada orang lain. Wajah Ella memerah dan matanya berkaca-kaca mendengar teguran sang ayah, sedangkan Ello hanya memerhatikan. Tidak bisa melihat kembarannya hampir menangis, Ello pun langsung memeluknya. “Jangan marah pada Ella, Dad,” pinta Ello dengan nada serak sambil memeluk erat Ella. “Mengapa kalian lama sekali keluarnya?” Cella membuka pintu penumpang belakang dari luar ketika anak dan suaminya belum juga keluar. “Ada apa ini? Kenapa kalian menangis? Dad?” tuntut Cella kepada suaminya. “Jangan menangis, Daddy tidak memarahi kalian. Sekarang ayo turun.” Albert membuka pintunya keluar tanpa menanggapi pertanyaan Cella. Dia langsung membuka pintu penumpang belakang setelah berada di luar mobil. “Sudah, sudah, Daddy tidak marah.” Albert memisahkan Ella dan Ello yang  masih berpelukan. “Benarkah Daddy tidak marah?” tanya Ella memastikan yang telah berurai air mata. “Tidak, Sayang,” jawab Albert singkat. Dia mengecup mata basah Ella setelah putrinya tersebut berada dalam gendongannya. “Ello, kamu bisa keluar sendiri, Sayang?” Albert bertanya pada Ello yang masih berada di dalam mobil. “Ada apa dengan mereka?” Cella sudah berdiri di samping Albert yang tengah menggendong Ella. Melihat Ello masih di dalam mobil, dia pun langsung membantu sang anak. “Tidak ada apa-apa. Hanya salah paham, Mom,” Albert menenangkan Cella yang wajahnya sudah memperlihatkan ekspresi cemas. “Hapus air mata kalian, Sayang. Wajah kalian terlihat jelek jika menangis seperti ini,” pinta Cella kepada kedua anak kembarnya. Double Ell pun dengan cepat menuruti perintah ibunya. “Dad, Ella mau turun. Kami akan menghampiri Nenek,” pinta Ella ketika melihat Sandra melambaikan tangannya ke arah mereka. “Jangan berlari, berjalanlah.” Cella bisa membaca keinginan Double Ell yang hendak berlomba menghampiri sang nenek. Double Ell hanya mengangguk. Mereka bergandengan tangan menuju tempat Sandra berdiri. “Mereka sangat patuh padamu, Honey. Apa yang kamu katakan mereka pasti selalu mematuhinya, padahal mereka juga anakku,” ucap Albert lirih. “Apa mungkin ini balasan atas perbuatanku dulu pada mereka saat masih berada di dalam kandunganmu?” tebaknya sambil memerhatikan Double Ell yang sudah menjauh. “Jangan berbicara seperti itu, Sayang. Perkataanmu itu seolah aku yang sengaja menyuruh mereka untuk menjauh darimu. Mereka sangat manja padamu dan menyayangimu, terutama Ella. Hilangkan pikiranmu yang terus menyalahkan diri sendiri, Sayang.” Cella mengusap wajah suaminya yang tampak sedih. Albert tersenyum. “Terima kasih karena kamu selalu bisa menenangkan kegundahan hatiku saat aku mengingat perilaku burukku padamu.” Albert mengecup kening istrinya. “Sebaiknya kita menyusul mereka dan menemui Mommy, agar secepatnya kita bisa ke rumah sakit.” Albert mengaitkan tangan Cella pada lengannya saat berjalan menyusul Double Ell.   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD