Adisa 36

1143 Words
Malam ini Adisa dan Haga sudah berada di dalam kamar hotelnya yang berada di lantai sembilan dengan pemandangan yang memperlihatkan sebuah danau dengan lampu-lampu dari rumah warga dan kendaraan-kendaraan yang berlalu lalang. Adisa sedang berkutat dengan laptopnya mencari-cari sesuatu yang ada disana sedangkan Haga tiduran di kasur sambil memperhatikan Adisa dari belakang dan sesekali menarik rambut Adisa agar perempuan itu memperhatikannya. "Udah malem ini Ca, lagi nyari apa sih emang?" "Ih ini masih sore tau di Jogja, di Jogja masih jam sembilan," jawab Adisa lalu Haga memutarkan matanya. "Ca, ih kita lagi di Perth bukan di Jogja. Sekarang udah malem, aku nggak mau kamu begadang, sekarang tidur because besok kita nonton konser. Kamu nggak mau kan mata kamu menghitam kayak panda?" ucap Haga kemudian ia bangun dari tidurnya dan mengambil alih laptop tersebut dari Adisa. Adisa mengangguk. "Yaudah besok lagi ya cantik, sekarang tidur dulu, jangan lupa cuci muka dan baca doa sebelum tidur," jelas Haga dan laki-laki itu mematikan laptop milik Adisa sedangkan Adisa berjalan menuju ke kamar mandi dengan membawa pouch berwarna biru laut yang berisikan skincare-skincare miliknya. Setelah selesai membereskan laptop Adisa, Haga berdiri untuk meletakkan laptop tersebut di atas meja yang tersedia di kamar itu. Saat Haga sedang terdiam sambil memperhatikan city light di kota Perth, tiba-tiba ponsel Adisa berdenting dan Haga langsung mengambil ponsel milik sahabatnya tersebut. "Fattah nih ganggu mulu, nggak tau Adisa lagi healing apa ya," gumam Haga kemudian ia membuka pesan tersebut dan membacanya. Boy friend! Heyyy! Udah tidur ya sayangnya aku? Kamu gimana di Australia? Miss you so badly Ca, mau pelukkkk :( Haga lalu memasang wajah jijik setelah membaca chat tersebut, dirinya langsung berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan semuanya. "Caaaa! Fattah menggelikan banget ih jijik!" seru Haga yang langsung berjongkok di closet untuk memuntahkan semua isi perutnya. "Hah? Kenapa?" "Baca aja deh chat dari Fattah, nggak kuat bacanya aku makannya muntah," balas Haga dan masih berusaha mengeluarkan semua isi perutnya. Adisa terkekeh lalu melemparkan sebuah permen yupi ke kepala Haga. "Lucu kan?" Haga langsung berdiri dan berjalan kearah Adisa. "Ca, kita kan janji no more feeling for our boyfriend." "Iya, tapi lucu aja, kamu juga kalo kayak gitu lucu kok," Haga tersenyum dan langsung menubruk tubuh Adisa memeluk perempuan itu hingga mereka tertidur diatas kasur. "Caaaa, do you wanna be my girlfriend? Gemes banget sama kamuuu!" ucap Haga yang masih memeluk Adisa hingga perempuan itu kesulitan bernapas. "Haga ih berat!" seru Adisa kemudian laki-laki itu langsung bangun dan mereka berdua duduk bersebelahan. Mereka berdua sama-sama terdiam dan saling menatap kaca besar yang ada di hadapan mereka. Saat Adisa sedang terdiam melihat dirinya dan Haga di dalam kaca, tiba-tiba Haga tertawa sangat kencang yang membuat perempuan di sebelahnya kaget bukan main dan langsung mencubit lengan laki-laki itu. "Haga ih! Aku kira kamu kesurupan!" seru Adisa dan laki-laki masih tertawa yang tak tahu karena apa. "Haha sorry, tapi lucu aja kita diem-dieman kayak tadi. By the way maskerin muka aku dong," ucap Haga. "Pake ini," sambung laki-laki itu sambil memegang clay mask dari Innisfree. "Udah mau jam satu malem tapi," "Nggak papa, kan maskeran cuman sebentar sekalian healing ngeliat city light yang bikin tenang," Adisa memutarkan matanya malas lalu mengambil masker tersebut dari tangan Haga. "Tadi aja bilangnya biar nggak ada mata panda, tapi sekarang malah ngajakin bikin mata panda," gumam Adisa lalu ia membuka tutup masker tersebut dan mulai memakaikannya ke wajah putih milik Haga. Haga yang senang karena akhirnya Adisa menuruti permintaannya itu terus mengembangkan senyumnya dan terus menatap ke wajah Adisa yang berada di atasnya, cantik. "Cantik banget jodoh aku," celetuk Haga yang membuat Adisa langsung menatap ke wajah laki-laki itu. "Iihhh gombal," "Tapi emang cantik. By the way kemarin aku baca, kecantikan itu keturunan dari ayahnya, berarti Ayah Tama ganteng banget ya, sampai bisa menghasilkan anak kayak kamu dan Alex," jelas Haga dan Adisa tersenyum malu. "Nanti juga anak kamu cakep kok, kan Ayahnya juga cakep," balas Adisa. "Iya anak kita nanti cakep kok, kan ada campuran dari kamu," gumam Haga yang membuat Adisa tak bisa menahan senyumnya. "Haga, by the way kita jahat nggak sih sama Xia dan Fattah?" "Jahat kenapa? Toh kita dari dulu juga udah deket kayak gini, dari sebelum kita kenal mereka juga kita udah dikira pacaran, apanya yang salah? Kita nggak selingkuh Ca," jelas Haga lalu Adisa menganggukkan kepalanya. "Iya sih, tapi takut aja gitu kalo mereka sakit hati and do something dangerous to me or you, Ga," "Selagi ada aku, kamu aman Ca. No one can hurt you, babe," balas Haga sedangkan Adisa mendengar itu tepat di hadapannya merasa sedikit getaran yang membuta hatinya tenang. "Thanks because you come to my life Mr. Griffin," ucap Adisa kemudian ia merapihkan maskernya dan barang-barang lainnya. "Udah, kedepan yuk?" ajak Adisa dan laki-laki itu mengangguk sambil membawa pouch skincare milik Adisa. Mereka berdua lalu berjalan menuju ke kamar tidur dan bergegas menaiki kasur king size dengan sprei warna putih lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur tersebut untuk mengistirahatkan tubuhnya. "Bagus," gumam Adisa yang masih melihat lurus kedepan yang memperlihatkan pemandangan city light di kota Perth itu. "Iya kan aku bilang," "Ga, kamu kan bilang pernah tinggal di Australia, kamu tinggal dimana? Perth juga?" "Nggak, waktu itu aku tinggal di Gold Coast. Pinggir laut Ca, bagus pemandangannya kalau pagi setengah enam dan sore jam setengah lima," "Masih inget kah nama-nama temen kamu?" "Lupa, aku tinggal disana waktu umur empat tahun Ca dan aku juga jarang keluar rumah karena nggak boleh sama Mommy," "Hmm," "Eh Ca, aku udah nggak sabar mau pergi ke konser Harry Styles, kamu juga kan?" "Sekarang kok biasa aja ya, by the way di umur dia yang ke empat puluh tujuh tahun tapi Harry Styles masih tetep ganteng ya. The real definition of makin tua makin ganteng," jawab Adisa kemudian ia memiringkan tubuhnya ke arah Haga. "Ga, kalau kita nggak bisa sama-sama pas tua gimana ya? Kan kamu selalu bilang nggak mau pacaran sama aku, but sometimes I think like this, Haga aja pacaran sama aku nggak mau apalagi nikah dan tua bersama ya," gumam Adisa dan Haga langsung memiringkan tubuhnya menjadi berhadapan dengan Adisa. "Ca, jangan overthinking kayak gitu. Kan dulu udah aku jelasin kenapa aku nggak mau pacaran sama kamu, aku mending pacaran sama banyak cewek daripada sama kamu. I dont wanna ruin you, I dont wanna hurt you. Kamu terlalu istimewa untuk aku jadikan bahan mainan Ca, and because that I just wanna make you my wife and my life partner," jawab Haga sambil memegang wajah tenang milik Adisa. "Kalau ternyata kita nggak jadi pasangan hidup?" "Aku bakal bunuh diri kalau kamu nggak jadi istri aku Ca," balas Haga dan Adisa langsung memeluk laki-laki yang ada di hadapannya itu. Memeluknya dengan erat dan meletakkan telinganya di d**a milik Haga, mendengarkan detak jantung dari laki-laki itu yang membuat Adisa merasa sangat nyaman. "Ca, I love you," bisik Haga di telinga milik perempuan itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD