Adisa, Haga, Stacy dan Benjamin sudah sampai di Perth Airport setelah menjalani kurang lebih tujuh jam perjalanan dari Indonesia ke Australia. Sekarang mereka sedang dalam perjalanan menuju ke hotel yang telah Stacy pesan saat ia berada di Indonesia.
"Kalian emang mau nonton konser apa dan kapan?" tanya Benjamin yang sedang mengendarai mobil Range Rover milik temannya itu.
"Besok malem Dad, dan paginya kita langsung ke Canada untuk dua minggu ke depan,"
"Lama juga ya kita di Canada, apa kita sekalian jalan-jalan keliling Eropa? Tenang, Dica Daddy bayarin semuanya,"
Haga, Adisa dan Stacy langsung membelalakkan matanya tak percaya dengan omongan dari Benjamin barusan.
"Dad, are you kidding me?"
"Kenapa harus bercanda? Daddy bisa kok bayarin kalian semua untuk keliling Eropa. Tapi kalian semua setuju nggak?"
"YES!" jawab mereka bertiga dengan bersamaan yang membuat Benjamin memberhentikan mobilnya seketika.
"Oh Gosh," gumam Benjamin dengan menutup kupingnya.
"Okey Mom you can buy that tickets for us," sambung laki-laki yang sudah berkepala empat itu dan ia kembali menjalankan mobilnya
Setelah Benjamin mengendarai mobil selama kurang lebih dua puluh menitan, akhirnya mereka berempat sampai di Crown Towers Perth dan mereka langsung melakukan check-in.
"Kalian ke restoran aja dulu untuk makan, you are hungry right?" tanya Benjamin lalu Adisa dan Haga menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Okey, go to restaurant now, Dad and Mom will come to you after finish the check in,"
"Okey Dad, semua barang-barang Haga letakkan disini yah. See you Dad!" balas Haga kemudian ia menggandeng tangan Adisa dan mereka berdua berjalan menuju ke restoran yang berada di lantai paling atas sambil melihat matahari yang beberapa saat lagi akan kembali terbenam dan digantikan oleh purnama yang akan menemani waktu mereka.
Mereka berdua berjalan menaiki lift dan memencet tombol bertuliskan 'rooftop' yang akan membawa mereka ke restaurant hotel tersebut. Selama di perjalanan menuju ke rooftop, tangan Haga tak lekas melepaskan tangan Adisa, ia terus menggenggam tangan mungil wanita itu, yang membuat Adisa sedikit bingung.
"Ga?" panggil Adisa namun jawaban laki-laki itu hanya mengangkat kedua alisnya.
"Lo kenapa?"
Haga dengan secepat kilat langsung membelalakkan matanya. "Ih!"
"Hah? Kenapa?"
"Nggak suka di panggil kayak gitu Ca," ketus Haga dengan wajah yang langsung muram.
"Ih? Kenapa deh? Kan lo udah jadian juga sama Xia,"
"Ih Dica!" seru Haga dan Adisa langsung menutup mulut laki-laki itu.
Ting!
Pintu lift terbuka dan langsung memperlihatkan meja-meja makan serta langit orange yang sangat indah untuk di lihat tersebut. Haga dan Adisa kemudian berjalan keluar dari lift tersebut dan duduk di kursi yang menghadap langsung ke arah jalanan salah satu kota terbesar di Australia, Perth. Mereka berdua duduk bersebelahan dan fokus membaca buku menu yang di sediakan oleh restaurant tersebut.
"Kamu mau pesen apa Ca?" tanya Haga yang masih membaca buku menu tersebut.
"Wagyu Cheseeburger, sama mango juice,"
"One wagyu cheseeburger, two glass of mango juice, and one sliced chicken asparagus, please,"
"Okey, please wait and I will come back at least fifeteen minutes again,"
"Thanks,"
Adisa tersenyum sambil memperhatikan jalanan di kota tersebut, tidak ada jalanan macet yang nampak disana, tak ada bunyi bising dari klakson kendaraan, semuanya terlihat sangat damai yang membuat Adisa nyaman walau baru beberapa menit ia disana.
"Ca, kenapa?"
"Enak ya disini, nggak bising kayak di Jogja,"
"Dulu aku pernah tinggal disini setahun, tapi itu waktu umur aku empat tahunan kayaknya,"
"Iya disini enak, tapi lebih enak di Jogja karena kalau nggak ke Jogja, aku nggak akan ketemu sama kamu Ca,"
"Bohong, buktinya kamu pacaran sama Xia," ketus Adisa lalu ia memalingkan wajahnya dari Haga.
"Kamu perlu ngaca nggak?"
"Ih tapi itukan cuma bercanda, lagian kamu juga bilang kan nggak begitu suka sama Xia, kenapa sekarang pacaran?"
"Okey let me ask a question for you, kenapa kamu jadian sama Fattah? Kenapa kamu terus ngejekin Xia sama aku seakan-akan kamu beneran dukung aku? Kenapa kamu dulu selalu suruh aku buat deket sama siapa? Sekarang giliran udah pacaran baru ngomel, what should I do, then?" jelas Haga namun Adisa masih memalingkan wajahnya dari laki-laki itu.
"Nggak tau, but I feel I lost you Ga, I dont know how to say, but I hate this situation Ga. I know I'm selfish, I'm so sorry," lirih Adisa lalu Haga dengan lantang memegang wajah perempuan itu dan mata mereka saling bertemu di satu titik selama beberapa detik.
Laki-laki itu mendekatkan bibirnya, dan cup. Satu kecupan mendarat dengan sempurna di dahi kecil perempuan itu yang membuat sang empu tak bisa menyembunyikan senyum bahagianya. Senyum kecil dan detak jantung yang menggebu itu tak bisa berbohong, bahwa Adisa merasa sangat senang dengan perlakuan Haga barusan.
"Ca, I'm here, I'll never leave you alone, Adisa Fyneen Sarwapalaka. Walaupun sekarang aku pacaran sama Xia, but you are always be my priority Ca. I love love love you with all my heart, bahkan aku siap mati buat kamu Ca, yang terpenting kamu nggak sedih dan tersakiti. Karena kamu udah terlalu banyak nangis buat kepergian orang tua kamu, sikap nenek dan kakek kamu, dan aku nggak mau menambah beban pikiran kamu," jelas Haga kemudian laki-laki itu merentangkan tangannya dan Adisa langsung memeluk Haga dengan sangat erat yang membuat air matanya menetes di baju laki-laki itu.
"Ca, I love you, always love and I'll never ever leave you," gumam Haga sambil mencium puncak rambut Adisa yang membuat Adisa memejamkan matanya.
Adisa memejamkan matanya, dirinya merasa sangat bahagia mendengar ucapan dari Haga tersebut. Adisa tak tau lagi harus melakukan apa, tapi jauh di lubuk hatinya, ia tak ingin Haga melanjutkan hubungannya dengan wanita keturunan Chinesse tersebut, namun ia juga tak bisa menyalahkan Haga sepenuhnya.
"Ga, I dont know what should I do and what should I say. But, I'm so lucky to have a best boyfriend like you, love you too Haga Griffin Kendrick Tyaga," balas Adisa yang masih memeluk Adisa erat dengan mata terpejam merasakan kenyamanan yang di berikan oleh sahabatnya itu.
"Hey, have you ordered some food?" tanya Stacy yang baru saja datang dari belakang mereka lalu di susul oleh Benjamin di belakangnya.
"Yeah, how about you Mom?" balas Haga dan kemudian mereka melepaskan pelukannya.
"I will order a food now with your Dad. By the way buddy, Mommy and Daddy not sitting with you guys. Because Mommy and Daddy dont wanna disturb you, I'm gone, have your time honey," jelas Stacy kemudian ia mengusap puncak kepala Adisa dan Haga secara bergantian dan pergi meninggalkan mereka berdua disana.
"Ga, boleh lihat chatan kamu sama Xia?" tanya Adisa dan Haga langsung memberikan ponselnya kepada Adisa.
Adisa kemudian langsung membuka semua obrolan sahabatnya dengan kekasihnya yang baru berpacaran kurang lebih enam harian itu. Membaca semua obrolan dari pertama kali mereka berpacaran, Adisa kemudian menyunggingkan senyumnya.
"Balesnya kayak gini aja ya, singkat. Aku nggak mau kamu suka beneran sama dia," gumam Adisa yang masih fokus membaca obrolan tersebut.
"Tapi janji," kata Haga lalu mengambil ponselnya dari Adisa.
"Janji apa?"
"Janji kamu sama Fattah juga kayak gitu, no more feeling about you and Fattah, and no more feeling about me and Xia. Deal?" ucap Haga lalu mengajak Adisa untuk berjabat tangan.