Adisa 2

1038 Words
Enam tahun kemudian... Seiring berjalannya waktu, Haga dan Adisa tumbuh menjadi remaja yang cantik parasnya. Berbeda tingkat satu tahun, membuat mereka berdua terlihat seperti sepasang kekasih yang sangat romantis oleh orang lain. Hari ini adalah hari pertama Adisa memasuki Sekolah Menengah Pertama nya. Belajar terus-menerus tiada henti adalah kebiasaannya selama satu tahun terakhir, agar ia bisa satu sekolah dengan Haga. Dan harapan serta kerja kerasnya itu tak sia-sia, karena hari ini adalah hari pertama Adisa bersekolah di The Hotchkiss Middle School, salah satu sekolah internasional terfavorit di Jogja. Pagi ini, mereka semua berkumpul di lapangan yang super luas itu. Berkumpul menjadi satu, dari kelas Sembilan, delapan dan tujuh. Sedangkan Haga, daritadi ia terus bersama dengan Adisa sambil membawakan balon milik sahabatnya itu. "Nggak dicariin sama temen kamu?" tanya Adisa dengan wajah cantiknya yang terkena sinar matahari. "Nggak kok, hari ini aku lagi izin," "Izin? Kok masuk?" tanya Adisa tak mengerti. "Iya izin, mau jagain kamu soalnya. Canda Ca, jangan baper," Adisa tersenyum malu lalu memukul pundak Haga. "Haha apaan sih!" "Ini kalau aku tinggal nggak apa-apa?" tanya Haga. "Iya nggak papa, tapi nanti pulangnya bareng ya," jawab Adisa. "Iya Ca, yaudah aku ke depan dulu ya. Aku jadi petugas, kamu baris di depan ya," "Iya? Okey!" jawab Adisa kemudian Haga langsung pergi dari sana. Tiba-tiba saja ada beberapa perempuan yang langsung mendekatinya. "Hah? Lo pacarnya Haga si ketos itu?" tanya seorang perempuan dengan rambut lurus dengan bandana warna lilac yang mengikat kepalanya. "Siapa? Kak Haga?" tanya Adisa dan perempuan tersebut mengangguk. "Eh? Nggak kok," jawab Adisa, kemudian beberapa perempuan tersebut langsung pergi meninggalkan Adisa yang berdiri disana dengan beberapa pertanyaan mengenai perempuan tadi. *** Haga : Ca, makan yuk? Adisa : Yuk, jemput ya. Read. Tak lama setelah mereka berdua bertukar pesan tersebut, Haga sudah sampai didepan kelas Adisa yang membuat beberapa anak murid lainnya ribut. Haga yang cuek, tak memperdulikan perempuan-perempuan tersebut dan ia langsung berjalan mendekati Adisa lalu membawanya pergi dari kelas itu. "Mau makan apa?" tanya Haga yang sedang berjalan disebelah Adisa. "Terserah," "Mommy sebenarnya bawain roti bakar sih, mau makan itu aja?" "Eum, boleh. Makan dimana?" tanya Adisa. "Gampang itu mah, yaudah kita ambil rotinya di kelas aku dulu ya?" ajak Haga lalu menarik tangan Adisa berjalan menuju ke kelasnya. Setelah sampai didepan kelas Haga, Adisa menolak untuk masuk ke dalam dan meminta untuk menunggu diluar saja. "Okay, tunggu sini dulu ya. Aku cuman sebentar kok," Saat sedang asik menunggu, tiba-tiba perempuan-perempuan saat ia upacara datang lagi di hadapannya. "Eh lo lagi, lagi nunggu siapa? Haga ya?" ketus perempuan tadi dengan bertuliskan nama Angel di nametag nya. "Ca, yuk," ajak Haga, sambil melirik kearah para perempuan tadi dengan tajam. Adisa lalu pergi mengikuti Haga dan terpampang raut wajah kesal dari perempuan tadi. "Ah, kenapa sih. Padahal kan cantikan gue!" ketus Angel lalu menendang pintu kelas Haga dan melenggang pergi dari sana. "Kamu nggak di apa-apain kan sama mereka?" tanya Haga sambil melihat setiap inchi tubu Adisa. "Nggak kok, tapi kayaknya mereka suka sama kamu," jawab Adisa sambil memasukkan sepotong roti bakar ke dalam mulutnya. "Iya, banyak yang bilang," balas Haga dengan nada percaya diri kemudian mengedipkan sebelah matanya kepada Adisa. "Idih. Kenapa ya mereka bisa suka sama kakak, padahal ganteng juga nggak," celetuk Adisa dan Haga langsung membulatkan matanya. "Bisa-bisanya lo bilang gue nggak cakep? Open your eyes Ca, open!" seru Haga lalu Adisa langsung membuka matanya dengan kedua tangannya. "Mana ganteng? Hah? Mana ganteng?" ejek Adisa hingga membuat Haga kesal. "Awas aja ya lo!" ketus Haga lalu ia focus memakan roti yang dibawakan oleh Stacy dan berusaha tak menghiraukan Adisa. *** "Ca, hari ini ternyata aku ada kerja kelompok. Kamu pulang sendiri nggak papa kan?" tanya Haga yang sedang berjalan bersama dengan Adisa. "Naik apa?" "Oh nanti Pak Tono jemput kok, tapi antar aku dulu ke rumah temanku," "Okay. Temen-temen kamu yang lain udah pada pulang?" "Udah, aku nanti nyusul. Mau nunggu kamu dulu, Ca," "Ish! Kebiasaan!" ketus Adisa, kemudian mereka berdua duduk di halte depan sekolah untuk menunggu Pak Tono datang menjemput mereka. "Ca," panggil Haga. Adisa lalu menengok sambil mengangkat sebelah alisnya. "Eh—nggak jadi deh haha malu," jawab Haga dengan sedikit terkekeh lalu memalingkan wajahnya dari Adisa. "Dasar nggak jelas!" "Itu Pak Tono, yuk Ca," ajak Haga lalu memberikan tangannya agar Adisa pegang. "Eh?" tanya Adisa. "Eh? Please jangan baper deh, aku cuman mau bantuin kamu turun. Jalanannya licin ini," jawab Haga dengan wajah malas. "Haha kirain kayak yang di film-film itu," celetuk Adisa lalu membalas pegangan tangan Haga. Mereka berdua kemudian berjalan menaiki mobil dan mobil tersebut langsung berjalan menuju ke rumah tempat Haga mengerjakan tugas kelompoknya. "Ca, nanti malem kalau aku udah pulang, main ya ke rumah aku," ucap Haga sebelum turun dari mobil. "Oki doki!" jawab Adisa dengan wajah imut yang membuat Haga ingin mencubitnya. "Yaudah Pak, nanti Haga pulangnya naik ojek online aja. Nggak usah jemput ya," "Siap Mas," jawab Pak Tono kemudian ia menjalankan mobilnya menuju ke kediaman Adisa dan juga Haga. Setelah beberapa lama Adisa di perjalanan, akhirnya ia sampai juga di dalam kamarnya yang bernuansa serba lilac itu. Merebahkan tubuhnya sambil membaca buku diary miliknya, membaca ulang lembar demi lembar buku tersebut. Membuatnya kembali teringat semua kenangan-kenangan yang tertulis didalam buku tersebut yang tak bisa ia ulangi lagi. Buna It's been a long time ya Bun. Apakabar Buna sama Ayah disana? Apa Buna sama Ayah nggak kangen sama Dica, sama Alex? Bun, datanglah sekali-sekali ke mimpi Dica. Dica kangen Buna sama Ayah. Bahagia terus ya kalian berdua disana. - With Love, Adisa – Tak terasa air matanya menetes lagi dan lagi. Mengingat wajah kedua orang tuanya yang sudah lama pergi meninggalkannya sendiri. Memang begitu sulit rasanya merindukan seseorang yang tak akan pernah kembali. "Buna, Dica kangen. Mau peluk Buna, mau jalan-jalan sama Buna, mau cerita-cerita sama Buna. Bun, tapi Dica lupa gimana rasanya punya orang tua," gumam Adisa sambil melihat foto kedua orang tuanya. "KAK?!" panggil Alex yang dengan tiba-tiba membuka paksa pintu kamar Adisa yang membuat perempuan tersebut terkejut-kejut. "Ih! Kan udah aku bilang jangan kayak gitu lagi," ketus Adisa lalu menghapus air matanya. "Kak, aku kan mau jalan-jalan sama Oma," "Wah bagus, kapan? Aku ikut kan?" tanya Adisa dengan semangat. "Hah? Nggak, cuman aku, Oma sama Eyang," jawab Alex. "Hah?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD