3. PENGAKUAN KAKAK IPAR

1114 Words
Tak terasa malam pun menjelang. sudah pukul 9 malam, Dimas dan Herri pun tak juga pulang. karena sudah waktunya tidur,Kinan pun mengajak dua putrinya untuk tidur di kamar. "Lebih baik aku menidurkan Putri dan Nisa lebih dulu. Biar setelahnya, aku akan bertanya kepada mbak Erma. mungkin Mbak Erna tahu Heri dan Dimas kemana perginya,"ucap Kinan kemudian menidurkan dua putrinya itu. Setengah jam kemudian, Nisa dan Putri tertidur juga. Kinan segera berdiri dan mengunci pintu. Kinan bergegas kerumah kakak iparnya. Berharap ada kejelasan dimana suami dan anak sulungnya. Kiman pun segera melangkah menuju rumah Erma kakak iparnya. tidak dihiraukannya malam yang sudah mulai gelap itu. tidak ada sedikitpun rasa takut di hati Kinan. dirinya benar-benar ingin tahu keberadaan suami dan anak sulungnya berada di mana. " Assalamualaikum Kak Irma, Kakak masih tidur? "tanya kinan dari depan pintu rumah Kak Irma ya memang tidak Berapa jauh dari rumah Kinan sendiri. "Waalaikumsalam, siapa di depan? Apakah itu Kinan?" tanya suara dari dalam. tiba-tiba saja pintu terbuka dan nampaklah Erma yang sedang memakai daster tidur membukakan pintu dan menyuruh Kinan masuk. "Kau sama siapa sendirian?" tanya Erma menyuruh adik iparnya itu masuk. "iya kak aku sendirian. anak-anak sudah aku tidur kan. Putri dan Nisa sudah tidur dari tadi. kakak, Aku mau tanya, apakah kakak tahu di mana keberadaan Mas Dimas dan juga Heri kak? Mereka tidak ada dirumah. barang barangnya pun tak ada dirumah, apa Mas Dimas kerja keluar kota?"Kinan langsung bertanya kepada Kak Erma kakak iparnya itu. bukannya menjawab Erma malah ke belakang dengan mengambilkan minum untuk adik iparnya tersebut. "minum lah dulu Kinan agar kau tenang. Akan kakak katakan di mana suamimu," Erma berkata. " Setelah kalian bertengkar dan kau Kakak suruh pulang ke rumah ibumu, di mana pun masih marah dan membentak Kakak bahkan melempar semua perabotan mu. setelah itu dia bilang mau membunuhmu karena kau sudah berbohong kepadanya. Kakak Jujur saja langsung marah pada Dimas dan menamparnya. dia masih marah kepada kakak dan bersikeras mau menemuimu dan karena kau sudah menggelapkan uang darinya. Membuat Dimas malu jarena uanng itu enath kemana dan membuat dirinya malu di depan banyak orang.hem,"Erma menarik nafas lalu melanjutkan. "sepertinya Dimas akan bercerai dengan mu Kinan. Jadi kau tunggu sajalah. Tapi sebelum itu terjadi Kakak akan membujuk Dimas lagi. kau Bersabarlah untuk sementara waktu tinggal di rumah ibumu dahulu. kakak tidak tahu di mana Dimas pergi membawa Heri. Tapi Yang Kakak tahu dia bilang dia akan pergi.kan nanti kau bersabar saja. dimas hanya marah. kita tunggu saja sampai marahnya meredah. Kakak yakin dia tidak benar-benar berniat menceraikan mu Kinan. kau sabar saja dan tunggu di atas, dirumah ibumu. jangan ceritakan apapun kepada ibumu takut dia menjadi marah. Kau kan tahu sendiri bukan, ibunu suka darah tinggi. Dia yang suka marah-marah. jadi kakak mohon kau simpan saja sendiri dulu masalahmu ini ya," saran Kak Erma kemudian. "Huft jadi yang harus dilakukan aku lakukan hanya menunggu saja Kak? Bagaimana jika kita cari saja Mas Dimas kak? kira-kira ke mana mas Dimas? haruskah kucari dia ke tempat kerjanya?"tanya Kiran minta saran Kakak iparnya itu. "jangan dulu untuk saat ini kinan. Kurasa kau hanya perlu menunggu sebentar saja. Yah setidaknya seminggu. kakak pasti akan mencarinya. Tidak mungkin Kakak biarkan kalian seperti ini Terus. Jadi Bersabarlah kinan. jangan buru-buru mencarinya dan mengajak yang bicara. saat ini mungkin dia masih marah. jangan biarkan marahnya masih ada dan kau sudah berada di depannya. kau harus membuat marahnya reda dulu baru mengajaknya bicara. Kau hanya perlu menunggu adikku," sarana Irma lagi. "Baiklah kalau begitu kak aku pulang dulu saja. takut anak-anak malah bangun nanti. Tolong aku kak. dan kabari aku apa saja ya Kak. Apa lagi masalah Heri. Aku tadi dari marah kepada Heri takutnya Heri berkecil hati karena dia sekarang bersama ayahnya. kakak tahu sendiri Heri mudah sekali berkecil hati atas sesuatu. aku tadi sedang kesal dan Heri berada di dekatku. takut sekali aku jika Heri malah membenciku dan sekarang malah terpisah dari ku. Terima kasih banyak ya Kak Aku pamit pulang dulu, "Kinan kemudian pamit dari rumah kakak iparnya itu. Sepanjang jalan pulang, Kinan melamun. "Benarkah Mas Dimas mau menceraikan aku? Ah dia biasanya tak pernah marah soal uang. Kenapa sekarang semarah itu? sudah sering aku menghabiskan uangnya. Kenapa juga dia malah marah marah?"Kinan kesal sendiri. "Tapi bagaimana sekarang? Aku dirumah saja apa dirumah ibu? Ah Tuhan, bagaimana ini? Mas Dimas kau pengecut sekali. Dimana kamu mas? Harusnya kamu mendatangi aku bukan malah pergi begini? Ah kau mengecewakan aku. Huh,"Kinan makin kesal. "Ya sudahlah aku tunggu saja berapa hari ini dikontrakkan kami. kalau mas Dimas tidak juga datang kerumah, lebih bAik aku kerumah ibu saja. Mana mungkin aku mampu membayar uang kontrakkan. Aku juga tidak mau kalau si tukang dealer itu datang dan menagih aku. Aku mana ada uang untuk membayar nya. Kemarin aku mengatakan janji padanya karena yakin mas Dimas akan memberikan aku uang. Sekarang bagaimana jika dia datang? mau ngomong apa aku? ah mas Dimas bikin repot saja,"kata Kinan lagi. Bicara sendiri sambil berjalan, tak terasa kakinya sudah ada didepan pintu. Nampak rumah Kinan sedikit terbuka. Kinan langsung tersenyum. Berharap yang membuka pintu adalah Dimas, suaminya. "Mas kamu sudah pulang?"tanya Kinan senang. "Lo Ibu... kok disini?"tanya Kinan heran melihat ibunya dusuk diruang tamu. "Lah iya ibu. kenapa? kamu nggak suka aku kemari?" ibu Kinan sinis. "Bukan begitu bu,"kata Kinan tersenyum mengelus punggung tangan sang ibu yang mulai keriput dimakan waktu. "Mana Dimas? Kata tetanggamu sore tadi, kau habis bertengkar dengan Dimas. Lalu dimas pergi. benar begitu?"selidik sang ibu. "Kata siapa bu? aku memang ribut sedikit kok. Mas Dimas pergi kerja ke luar kota bu. Ah tetangga hanya sok tau. jangan ibu pikirkan, mereka suka mengurusi rumah tangga orang lain. Jangan ibu ambil hati,"Kinan berusaha menenangkan sang ibu. "Ibu harap benar begitu adaanya Kinan. Tak perlu kau tutup tutupi keburukan suamimu itu. kau tahu sendiri bu sudah lama tidak suka dengan Dimas kan? sejak dulu. saat kau masih berpacaran dengan Dimas.kau tau, ibu mu sudah tidak suka dengannya. Eh kau malah ngeyel mau nikah sama Dimas. tapi ya karena kau sudah menikah dengannya dan sudah memiliki anak, yaa mau bagaimana lagi. Mana mungkin Ibu membuang anak dan cucuku itu sendiri. tapi kalau Dimas punya salah katakan kepada ibu. biar ibu yang memarahi Dimas. ibumu sudah kesal kepada dia. biar mudah untuk ibu memarahi Dimas dan punya alibi, Kenapa harus marah dan kesal kepadanya. huh. Ya sudahlah. sudah sudah malam kau Tidur sana! Besok apa kamu jualan? Ibu mau pulang dulu. hati-hati di rumah sendirian, "ujar sang ibu kemudian pamit dan pulang. "Iya, Ibu juga hati-hati jalan pulangnya. Insya Allah besok Kinan mau jualan Tapi ya lihat besok. Apakah bangun kesiangan atau tidak. hati-hati Bu! Kinan Tutup pintunya,"ujar Kinan mengantar sang Ibu sampai ke tepi jalan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD