bc

My f*****g Senior

book_age18+
4.0K
FOLLOW
48.3K
READ
love-triangle
sex
one-night stand
escape while being pregnant
dare to love and hate
comedy
icy
enimies to lovers
multiple personality
Writing Academy
like
intro-logo
Blurb

"Kalau seandainya santet itu tindakan mulia, udah gue bikin Kak Suga enggak bisa kentut sebulan!" - Shanie.

"Andai otak monyet itu beneran bisa bikin kamu cerdas, sudah saya cekokin sampe muntah-muntah." – Suga.

Shanie akhirnya memasuki dunia kerja setelah dua tahun berprofesi sebagai pengangguran abadi. Namun, ternyata perjuangannya tidak mudah. Betapa nelangsa ia saat teori kampus vs fakta yang terjadi di lapangan kerja bagai langit dan bumi. Belum lagi ada Suga, senior jutek super galak yang tak pernah bosan menyumpah serapah padanya. Duh, rasanya mau mati saja!

Perasaan Suga segalau karyawan yang mau di-PHK. Baru kemarin berniat melamar pacar, tapi hubungan mereka malah kandas. Belum selesai menata hati, lelaki itu lantas diberikan sebuah tugas menjengkelkan: membimbing anak magang yang otaknya cuma seperempat! Bunuh saja dia sekalian, Pak Bos!

chap-preview
Free preview
Prolog
My f*****g Senior   "Kalau seandainya santet itu tindakan mulia, udah gue bikin Kak Suga enggak bisa kentut sebulan!" – Shanie.  "Andai otak monyet itu beneran bisa bikin lo cerdas, udah gue cekokin sampe muntah-muntah." – Suga.  Shanie akhirnya memasuki dunia kerja setelah dua tahun berprofesi sebagai pengangguran abadi. Namun, ternyata perjuangannya tidak mudah. Betapa nelangsa ia saat teori kampus vs fakta yang terjadi di lapangan kerja bagai langit dan bumi. Belum lagi ada Suga, senior jutek super galak yang tak pernah bosan menyumpah serapah padanya. Duh, rasanya mau mati saja!  Perasaan Suga segalau karyawan yang mau di-PHK. Baru kemarin berniat melamar pacar, tapi hubungan mereka malah kandas. Belum selesai menata hati, lelaki itu lantas diberikan sebuah tugas menjengkelkan: membimbing anak magang yang otaknya cuma seperempat! Bunuh saja dia sekalian, Pak Bos!      * * * * * Prolog   Dear mantan jodoh,  Enggak terasa akhirnya hari ini datang juga.  Pelarian dua tahun ini rasanya awkward banget.  Mau enggak mau, suka atau pun enggak, hari ini aku harus kirim surat ini.  Surat yang mungkin kamu tunggu-tunggu.  Pembebasan untuk Soehardjo Galang, yeay!  Kusandarkan punggung pada kursi. Tanpa sadar sudut bibirku tertarik sedikit. Jam baru menunjukkan pukul sembilan pagi, saat seorang pengantar surat menekan bel apartemen. Sebenarnya Jakarta tidak terlalu buruk. Pemandangan kesibukan kota berlatar gedung-gedung tinggi ini menjadi penghiburan yang lumayan. Meskipun tampak padat, netraku masih bisa menangkap beberapa hal menarik. Misalnya orang-orang yang berlalu lalang, atau sekadar tumpukan awan mendung yang berkumpul di langit. Tertiup angin hingga menggumpal menutupi matahari.  Gimana kabarmu, Sugar? Semoga baik.  Aku jauh lebih baik, minimal untuk sekarang.  Tadinya kelihatan sulit, apalagi waktu kamu lepasin tanganku.  London enggak seburuk yang aku kira.   Gaya sok bule yang sering kamu bilang itu bisa dipakai ternyata.  Ada banyak bule ganteng di sini, jangan khawatir.  Aku menghabiskan waktu dengan cara terbaik.  Sebuah kenangan yang sudah terlewat itu tiba-tiba kembali memenuhi kepalaku. Bak gulungan film dokumenter yang diputar otomatis, tanpa tombol untuk mematikannya. Entah mengapa sudut bibirku lagi-lagi tertarik sedikit, membentuk sebuah senyum tipis. Refleks aku menarik napas panjang, kemudian mengembuskannya cepat-cepat. Masih tersisa segelintir rasa bersalah sekaligus lega. Saat bola mataku membaca kalimat demi kalimat yang tertera di surat, rasanya aku seperti terseret kembali ke hari itu. Membawa satu momen yang cukup membekas dalam ingatan Soehardjo Galang.  Aku sudah memutus rantai masalah ini sejak dua tahun yang lalu. Karena satu dan lain hal yang terlampau rumit, kami berpisah dan mengakhiri segalanya. Setelah hujan deras yang mengguyur Jakarta semalaman, langkahnya tertatih melewati pintu masuk Bandara Soetta. Perempuan itu berdiri kaku, sambil menatapku dengan mata sendu yang berkaca-kaca. Sebuah koper besar baru saja diproses ke bagasi, sementara pemiliknya bersiap memberikan boarding pass pada petugas. Pagi itu adalah terakhir kali aku melihat wajah perempuan yang telah lama kucintai. Aneh, tetapi aku tidak merasa benar-benar sedih atas kepergiannya. Bahkan setelah langkah mungil yang dibalut sepatu berpita putih itu  menghampiriku.  “Kamu datang juga!” Senyumnya merekah, bersamaan dengan mata yang menyipit bak bulan sabit. “Aku pergi, ya. Baik-baik di Jakarta, nitip Papa sama Mama.”  Responku cuma mengangguk, lalu berucap pelan setelahnya, “Hati-hati, Sunny. Aku berharap kamu akan balik lagi ke sini suatu saat nanti. Kalau marah dan kecewamu sudah hilang.”  “Buat apa aku balik?” Wanita yang kupanggil Sunny itu kehilangan senyum. “Kamu enggak akan ada lagi untukku. Kenapa aku harus kembali ke tempat yang bahkan kamu pun sudah punya orang lain, Suga?”  Aku menarik napas, bersamaan dengan Sunny yang tiba-tiba mengambil tanganku, saat tadinya berada di saku.  “This is really end of us?” Sunny berucap pelan, hampir berbisik. Suaranya bergetar.  Satu-satunya hal yang bisa kulakukan adalah menepuk pelan pundak Sunny, lalu menarik sebelah tanganku dalam genggaman wanita itu. Tidak ada lagi kata yang bisa aku jelaskan, dan tidak juga satu kalimat pun yang mau terucap. Perpisahan adalah perpisahan. Bagiku, diam cukup emas untuk memperlakukan perpisahan dengan cara terbaik. Dari dulu, hingga sekarang.  Kutarik napas dalam-dalam. Sial, kenapa juga aku harus mengingat kenangan semacam itu? Kami sudah berakhir, dan sekarang semuanya akan kembali pada tempatnya masing-masing. Aku tahu ini sangat terlambat, tapi tak mengapa. Kepergian Sunny memang bukan salahku sepenuhnya, tetapi kalau bukan akibat dari keputusanku hari ini pasti tidak pernah ada. Atensiku kembali pada surat itu.  Maaf, ya, aku bukan teman yang baik.  Malah jadi penghalang selama dua tahun.  Aku harap kita bisa bertemu dalam kondisi seperti sebelumnya.  Meskipun aku tahu itu pasti enggak mungkin.  Titip salam untuk dia yang berhasil merebut kamu dari aku.  Semoga kalian bahagia.  Dari Sunny—yang bukan lagi matahari.  Tanpa sadar aku mengulum senyum. Ternyata Sunny masih belum berubah, dan itu membuatku bisa sedikit bernapas lega. Bersamaan dengan surat itu, ada sebuah dokumen yang dibungkus dengan map coklat besar. Di bagian luarnya terdapat stempel bertuliskan confidential, sementara isinya merupakan surat gugatan cerai yang sudah ditandatangani oleh Sunny.  “Semoga semua ini menjadi keputusan terbaik kita.”—ucapan Sunny terngiang tiba-tiba.  Tak perlu waktu lama untuk menandatangani surat permohonan cerai tersebut. Pasalnya bukan Sunny yang menghendaki perceraian ini. Ah, setelah ini aku juga harus menghubungi pengacara untuk mengajukan gugatan cerai calon mantan istri ke Pengadilan Negeri.  “Shanie, sepertinya aku masih berharap kalau kita bisa bersama setelah ini.” Aku menarik napas lagi, entah sudah keberapa kali.[]    * * * * *   Bersambung, dulu ya gengs, haha.  Gimana, gimana? Apakah kalian sudah mulai terpanah dengan prolog-nya? Ini pertama kali aku mencoba menulis romance comedy, semoga 22nya dapat feeling yes. Haha. Tokoh kali ini ada Shanie, Suga, dan Sunny. Ho ho ho, ada triple S yang akan menemani kalian selama bulan Juni, yeaaahh~  Yuk, jangan lupa untuk dukung triple S menyelesaikan misi cinta mereka #uhuk. Berikan dukunganmu dengan cara TAP LOVE atau klik IKUTI. Kalau kalian sudah TAP LOVE atau klik IKUTI, maka secara otomatis cerita ini akan bertengger di library kalian. Sehingga setiap kali aku update, kalian akan dapat deh notifnya. Kuy, cepat-cepat TAP LOVE atau klik IKUTI sekarang juga!  WARNING!!  Cerita ini aku tulis dengan 2 POV ya, yaitu POV Shanie dan Suga secara bergantian. Jadi BAB GANJIL MILIK SHANIE (Bab 1,3,5,7,9, dst), sementara BAB GENAP MILIK SUGA (Bab 2,4,6,8,10, dst).  See you in the next chapter, ya~!   

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Living with sexy CEO

read
277.8K
bc

LEO'S EX-SECRETARY

read
121.2K
bc

CEO Pengganti

read
71.2K
bc

MANTAN TERINDAH

read
7.0K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.4K
bc

Broken

read
6.4K
bc

Beautiful Madness (Indonesia)

read
220.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook