She Is My Man

WARNING!!! Cerita ini mengandung muatan dewasa(bahasa kasar dan sensual). Bagi pembaca yang BELUM CUKUP UMUR atau tidak nyaman dengan konten tersebut, DIANJURKAN UNTUK TIDAK MEMBACANYA.   Fiona adalah seorang gadis berusia 20 tahun yang hidup sebatang kara. Ayah dan ibu Fiona meninggal karena kecelakaan, saat Fiona berusia 17 tahun. Sebelum ayah dan ibunya Fiona meninggal, mereka hidup di sebuah desa yang jauh dari perkotaan. Di lihat dari luar, Fiona adalah anak yang mudah bergaul. Namun sebenarnya Fiona adalah seorang gadis yang lebih suka menyendiri. Fiona sering bersikap ceria di depan orang lain untuk menutupi dirinya yang sebenarnya. Semenjak orang tuanya meninggal, Fiona yang tidak punya sanak saudara memutuskan untuk pindah ke kota setelah lulus SMA. Fiona meninggalkan rumah peninggalan orang tuanya dengan terbengkalai, tanpa menyewakan atau menjualnya. Semenjak lulus SMA, Fiona pernah bekerja sebagai seorang pelayan restoran, dan kini ia bekerja sebagai pegawai toko. Saat ini Fiona berpacaran dengan seorang manajer toko tersebut, yang bernama Aldi. Fiona tidak mengetahui jika Aldi sudah bertunangan dengan anak pemilik toko tersebut, yaitu Mawar. Aldi membohongi Fiona. Suatu hari Mawar memergoki Fiona dan Aldi yang berciuman di toko miliknya. Aldi malah memfitnah Fiona yang telah menggodanya terlebih dulu, dan menyalahkan Fiona. Mawar yang lebih mempercayai Aldi akhirnya menampar dan mengusir Fiona yang kebingungan. Fiona akhirnya tahu, jika Mawar adalah tunangannya Aldi pacarnya. Sudah sebulan Fiona menganggur dan dia belum mendapatkan pekerjaan baru, sampai tidak sanggup membayar kamar kost dan biaya hidupnya. Belum lagi Fiona merasa di khianati dan merasa bersalah, karena dirinya merasa telah merusak juga mengganggu hubungan orang lain. Fiona yang perasaannya kacau balau saat itu, memutuskan untuk pulang kembali ke rumah peninggalan orang tuanya di sebuah desa. *** Setelah membersihkan rumah peninggalan orang tuanya, Fiona beristirahat sejenak di kursi. Rumahnya saat itu sangat berdebu, banyak sarang laba-laba dan atap yang berlubang  karena lama tak berpenghuni. Hal itu membuat Fiona kelelahan untuk membereskan rumah di hari itu. Fiona melanjutkan pekerjaannya yang sempat terhenti, sampai saat ia membersihkan kolong meja yang terletak di sudut rumah. Fiona menemukan sebuah kalung, dulu ibunya sebelum meninggal pernah menunjukkan kalung itu kepada Fiona. Kalung liontin itu, peninggalan kakek dari ayah  Fiona. Ibunya pernah memperlihatkan kalung liontin itu kepada Fiona sebelum kalung itu akhirnya menghilang. Liontin yang kini menjadi miliknya itu berbentuk bulat, seperti bola kaca kecil yang di dalamnya terdapat batu permata berwarna merah. "Wah„ Di sini kamu rupanya? Masih cantik, seperti dulu." Fiona tersenyum dan mengambil kalung itu. Fiona kembali membersihkan rumah. Terakhir kali Fiona melihat kalung liontinnya, saat ia berusia 15 tahun. Setelah membersihkan rumah, Fiona masuk ke kamarnya dan mencoba memakai kalung tadi. Fiona memakai kalung liontin itu sambil memandang cermin. Fiona terkejut saat kalung itu bersinar setelah ia lingkarkan di lehernya. "Hah?!! Apa ini? Kenapa bisa nyala? Perasaan, ga pake baterai." Fiona yang kaget, mencoba melepaskan kembali liontin itu namun tidak bisa di lepasnya. "Ko ngga bisa, sih?!" Fiona kaget karena kalung itu semakin tidak bisa di lepaskan, namun kini kalungnya sudah tidak mengeluarkan sinar. "Kayaknya aku kelelahan, deh. Jadi salah lihat. Lebih baik tidur aja, deh." Fiona akhirnya pergi berbaring di tempat tidur dengan tetap memakai kalung liontinnya. Liontin itu memang di wariskan untuk Fiona dari kakeknya. Kakek Fiona berpesan kepada kedua orang tua Fiona, agar kalung itu di berikan kepada Fiona saat berusia 17 tahun. Namun sebelum Fiona berusia 17 tahun kalung itu hilang, dan orang tuanya meninggal tanpa memberitahukan kepada Fiona mengenai cerita dibalik kalung itu. *** Saat Fiona terbangun dari tidurnya. Fiona mendengar suara tangisan, jeritan dan  langkah kaki yang bergerombol. "Suara apa itu?? Aduh,, Apa ini? Kenapa sakit banget badan aku, perasaan aku tidur di kasur yang empuk." Fiona benar-benar terkejut saat membuka matanya. Fiona sekarang berbaring di atas rumput ilalang di dekat sungai, Fiona melirik di samping kanannya terdapat sungai. Saat itu langitnya sangat gelap, dan hanya terlihat bulan yang bersinar terang. "Mimpi, ya? Ko kayak nyata, ya? Itu suara-suara dari mana, sih? Ko gelap banget?!" Fiona mencoba untuk duduk, namun seseorang tiba-tiba datang dan mendorongnya sampai kembali berbaring di atas rumput. Itu adalah seorang pria, pria tampan. Fiona masih bisa melihat wajah pria itu karena sinar rembulan. Pria asing yang kini duduk di atas tubuh Fiona, langsung membuka baju Fiona dengan paksa. "Heh, kamu siapa?! Maen buka-buka, aja?! Salah orang, mas!!" Teriak Fiona yang pakaiannya terus di tarik pria asing tersebut. ~Gila apa?!! Aku mau di perkosa, di tempat kayak gini? Ini dimana? Jangan-jangan aku ngga lagi mimpi. Tapi aku di culik dan di bawa ke sini! Gimana ini, harus minta tolong! Jangan-jangan penculikan  masal??!~ Fiona hendak berteriak. Fiona mendengar suara-suara tangisan dan jeritan wanita-wanita dan pria-pria yang tertawa sambil berteriak-teriak. "Aammmhh!!" Fiona yang hendak berteriak, dibekap oleh tangan besar pria asing itu. "Angela, diamlah! Jika ingin selamat, maka diamlah!" Bisik pria asing itu kepada Fiona. ~Ya Tuhan, nasibku ko gini amat! Salah orang! Aku bukan Angela. Ini 'samurai' nyasar dari mana, sih?! Tolong lah kalau ini mimpi, aku mau cepet bangun….~ Fiona terdiam, karena pria itu mendekatkan pedangnya di d**a Fiona. Pria itu menyibakkan pakaian Fiona dengan menggunakan pedangnya. Fiona segera menutupi tubuhnya dengan menyilangkan lengan di dadanya. Pria asing itu kini menyingkapkan pakaian bawah Fiona dan membukanya. ~Lah? Sejak kapan, aku pake gaun?~ Selain sangat terkejut dengan apa yang terjadi pada dirinya saat ini, Fiona keheranan sendiri melihat pakaian yang ia kenakan. Sebelum tidur, Fiona yakin ia memakai celana dan baju tidur biasa. Fiona melakukan perlawanan kecil, namun dirinya tetap takut karena pria itu memiliki senjata tajam yang sewaktu-waktu bisa saja menebas kepalanya hingga putus. ~Mimpi yang seperti nyata! Aku ingin cepat terbangun!~ Fiona yang ketakutan melihat pria asing yang membuka celananya. Tanpa berlama-lama lagi, pria itu langsung melakukan hal tidak senonoh kepada Fiona dengan paksa. "Aaaarrrggghhh!!!" Fiona langsung menjerit kesakitan. ~Ko sakit banget?!! Ini mimpi bukan, sih?!! Datang-datang main tusuk aja, nih orang!! Sial, sakit banget!!~ Fiona sambil menangis kesakitan. "Maaf Angela, aku harus melakukannya…." Pria asing yang berbisik di telinga Fiona. Tak lama datang segerombolan pria dan berteriak, mendekat ke arah Fiona. "Hei, biarkan wanita itu milik jenderal. Ayo, kita ke sebelah sana!" Beberapa pria bergerombol itu pergi melewati Fiona dan seseorang yang mereka panggil jenderal. ~Malu banget! Dasar cowok-cowok b***t, sinting!~ Fiona masih meneteskan air mata menahan rasa sakit, karena apa yang dilakukan jenderal itu kepadanya. Setelah selesai melakukan perbuatan tidak senonohnya kepada Fiona, jenderal tadi langsung menutupi kembali tubuh Fiona dengan jubahnya. Tak lama jenderal itu di panggil oleh segerombol pria tadi. "Angela„ Tetaplah di sini,, Aku janji, akan segera kembali." Kata pria yang di sebut jenderal itu, yang menatap wajah Fiona dengan serius. Jenderal itu pun berlalu meninggalkan Fiona yang sedang memalingkan wajah kepadanya. Fiona tidak ingin melihat pria tampan itu kembali, itu membuatnya ketakutan dan sangat membenci pria asing tadi. Fiona bangun untuk mencari bantuan, ia kini sadar bahwa saat ini Fiona tidak sedang bermimpi. Dengan gaun yang tercompang-camping beserta jubah pemberian jenderal tampan tadi dan rasa sakit di daerah sensitifnya, Fiona berjalan untuk mencari bantuan. Fiona hendak melaporkannya ke polisi. Namun betapa kagetnya Fiona, setelah melihat mayat-mayat wanita dan pria sudah tergeletak penuh darah di mana-mana. Fiona membekap mulutnya sendiri yang ketakutan setengah mati, Fiona juga takut para pria tadi datang kembali. "Ya Tuhan„ Ada apa ini? Apa yang sudah terjadi? Sebenarnya aku di mana? Kenapa pakaian mereka dan pakaianku saat ini, tidak seperti biasanya?" Fiona yang berjalan sempoyongan sambil mencari bantuan. Namun ia sadar banyak hal yang janggal terjadi pada Fiona saat ini. Sampai Fiona bersandar di suatu jembatan yang terbuat dari kayu. Kepala Fiona mendadak sangat pusing dan tubuhnya lemas. Fiona yang tidak bisa menahan keseimbangannya akhirnya jatuh terpeleset ke sungai. ~Gini amat nasib, aku… Apa aku akan mati di sini, seperti ini? Tolong beri aku kesempatan untuk menjalani kehidupan ini, Tuhan….~ Fiona terjatuh tenggelam di sungai sungai. Fiona tidak berdaya dan mulai tak sadarkan diri. Dengan pakaian yang compang-camping, Fiona terhanyut dan terbawa oleh aliran sungai yang cukup deras.