Misi Pendekatan Kedua?

1335 Words
Pagi ini Ana memutuskan untuk pergi ke toko buku terlebih dahulu, karena jadwal kuliahnya masih sekitar tiga jam lagi. Setelah memarkirkan mobil mewahnya di basement mall, gadis cantik dengan gaya casual-nya berjalan ke dalam mall menuju toko buku langganannya. Ana pergi sendiri, karena kedua sahabatnya, Luna dan Clarissa, masih disibukkan dengan acara keluarga di rumahnya masing-masing. Mungkin mereka baru bisa bertemu ketika di kampus nanti. Ketika berjalan memasuki toko buku, Ana tak sengaja melihat seseorang yang sangat dihindarinya akhir-akhir ini, sedang berada tak jauh dari tempatnya berdiri, sedang asyik memilih buku. Dan betapa sialnya Ana, ketika seseorang itu melirik ke arahnya. Sontak saja Ana yang kaget melihat keberadaan dan lirikan itu langsung membalikkan tubuhnya untuk segera keluar dari toko buku itu, bertujuan untuk menghindari seseorang yang tak ingin dijumpainya. Entah kenapa hatinya belum siap untuk bertemu laki-laki itu sekarang. kejadian kemarin membuat Ana harus berfikir ulang. Apakah Rayhan memang pantas mendapatkan cintanya? Laki-laki itu menurutnya telah banyak berubah sekarang. Memang semua ini hanya spekulasinya saja, hasil prasangkanya atas apa yang dia lihat kemarin. Tapi tetap saja, semua itu membuat Ana kecewa. Ana pikir Rayhan yang sekarang sudah berubah. Rayhan yang dulu dan Rayhan yang dicintainya adalah laki-laki yang memiliki prinsip. Dan itulah yang membuat seorang Rayana Az-Zahra jatuh hati pada sosok Rayhan. Ana akui laki-laki seperti Rayhan ini jarang dan langka sekali di zaman milenial ini. Laki-laki yang berprinsip untuk menjaga diri dan pandangnya dari perempuan yang bukan mahramnya, yang selalu menghormati perempuan, yang taat dalam beribadah, dan laki-laki yang berpegang teguh pada norma-norma agama. Tapi mengingat apa yang dilihatnya kemarin, membuat Ana yang baru saja merasakan cinta, harus menelan pil pahit bahwa dirinya sudah patah hati sejak awal, sebelum merasakan manisnya rasa cinta. Ana pun dibuat heran dan bertanya-tanya mengenai sikap Rayhan kemarin. Kenapa Rayhan berubah? Kenapa laki-laki itu seakan lupa akan prinsip yang selalu dipegangnya erat? Apakah gadis berhijab merah itu yang membuat Rayhan menyerah pada prinsipnya selama ini? Entahlah, biarkan waktu saja yang menjawab. Patah hati yang Ana rasakan, membuatnya sadar bahwa di dunia ini memang tidak ada yang sempurna. Akan ada suka, duka, tangis, dan tawa yang menemani. Karena hidup tak melulu selalu dalam kebahagiaan, juga tak melulu selalu dalam kesedihan, semua rasa akan bergantian hadir mengisi hari-hari kita. Ana sadar bahwa perasaan sakit yang ia rasakan sekarang, menampilkan cacat dari kesempurnaan yang selalu ia bangga-banggakan selama ini, membuatnya yakin dan percaya bahwa kesempurnaan sejati hanya milik Allah subhanahu wata'ala, Sang Maha Sempurna. Walau merasakan sakit, Ana tetap berusaha untuk kembali berpositif thinking sekarang. Mungkin benar apa yang dikatakan Putra kemarin, ini ujian dari Allah dan mungkin teguran untuknya. Karena ia terlalu mencintai seseorang melebihi cinta-Nya kepada Allah, karena ia terlalu mengagung-agungkan kesempurnaan yang ia miliki. Ana pun menyadari bahwa dirinya masih jauh dari Allah. Shalat wajib saja masih bolong-bolong, apalagi yang sunnahnya. Ana jadi teringat apa yang didengarnya beberapa hari lalu, saat menemani Bundanya mendengarkan kajian pagi melalui televisi. "Bapak, Ibu, Aa, Teteh sadayana.. cinta itu fitrah. Tidak ada yang berhak untuk menghalau perasaan itu. Tapi harus diingat, kalau rasa cinta kita terhadap makhluk-Nya tidak boleh melebihi rasa cinta kita terhadap Allah swt. Nanti bisa-bisa Allah cemburu lho," ucap ustadz di salah satu stasiun tv nasional tersebut. Saat Ana baru beberapa langkah berjalan hendak pergi meninggalkan toko buku itu, tiba-tiba terdengar sebuah suara dari arah belakangnya. Mau tidak mau Ana pun menghentikan aksi melarikan dirinya, dan menoleh kebelakang. "Ana?" tanya Rayhan memastikan bahwa yang ada di depannya ini adalah Ana. Ya, laki-laki itu adalah Rayhan. Meski dia datar dan dingin terhadap perempuan, tapi dia tetap sopan jika bertemu dengan orang-orang yang bisa dibilang lumayan dekat dengannya. Salah satunya dengan menyapa orang tersebut. Walaupun hanya berbicara secukupnya dan masih irit ngomong seperti biasanya. "Ee-ehh.. Ii-yaa.. Hai Rayhan.. Kamu lagi nyari buku?" ucap Ana menjawab sapaan Rayhan dengan sedikit terbata. Awalnya Ana berniat untuk mengacuhkan sapaan Rayhan, dan tetap fokus kepada tujuannya untuk pergi meninggalkan toko buku. Tapi dia tak enak hati terhadap Rayhan, laki-laki itu orang yang sopan dan ramah. Dan Ana tidak memiliki hak untuk mendiamkan dan mengacuhkan Rayhan hanya karena kejadian kemarin. Jelas Rayhan berhak atas semua yang ingin dia lakukan bukan? Dan Ana? Siapanya Rayhan? Dia tidak berhak melakukan itu pada Rayhan. Mau tak mau Ana mengenyampingkan perasaan kesal dan cemburunya, dan tetap menjawab sapaan Rayhan. "Iya nih saya lagi nyari buku untuk tambahan materi kuliah. Kamu, kenapa sudah ingin pergi lagi?" tanya Rayhan bingung, yang sepertinya melihat Ana ketika gadis cantik itu baru saja memasuki toko buku, dan sekarang gadis itu sudah ingin pergi lagi. "Eh, enggak. Awalnya aku memang lagi mau nyari buku, tapi tiba-tiba Luna nge-chat aku. Dia ngajak ketemuan, ada sesuatu yang penting yang harus dibicarakan katanya. Ya sudah, ditunda dulu deh pilih-pilih bukunya, he he. Kalau gitu, aku duluan ya Ray, Kasihan si Luna udah nunggu dari tadi," ucap Ana bohong. Padahal dirinya memang sengaja ingin menghindar dari Rayhan. Ana pun langsung pamit ketika Rayhan menganggukkan kepalanya, mempersilakannya untuk pergi. Setelah berhasil lolos menghindar dari Rayhan, Ana pun memutuskan untuk langsung pergi saja menuju kampusnya. Siapa tahu kedua sahabatnya sudah menyelesaikan urusan mereka, dan sudah menunggunya di kampus. ********** Tidak sampai tiga puluh menit, mobil Ana pun sampai di pelataran kampus. Saat ia hendak menutup pintu mobilnya, Ana tak sengaja melihat seorang gadis berhijab tosca, baru saja turun dari sebuah mobil berwarna silver, tak jauh dari mobilnya. Gadis yang kemarin asyik mengobrol bahkan tertawa bersama Rayhan, sekaligus berhasil membuatnya patah hati. Ana berfikir untuk menemui gadis itu dan menanyakan secara langsung, ada hubungan spesial apa antara gadis itu dengan Rayhan. Ana pun mulai berjalan mendekati gadis itu, namun beberapa langkah kemudian, ketika Ana hampai sampai di hadapan gadis itu, ada seseorang yang menahan lengannya dan membuatnya mengurungkan aksi introgasinya tadi. "Kamu mau kemana, Na?" tanya Luna sambil memegang lengan Ana. Batal sudah aksi Ana untuk mengintrogasi gadis itu. "Ah, enggak. Aku tadi mau cari angin aja kesana. Ke kantin yuk, Lun," elak Ana sambil menghela nafas, karena aksi interogasinya gagal, kemudian menarik lengan sahabatnya menuju kantin. Sesampainya di kantin, yang Ana lakukan hanya mengaduk-aduk orange juice-nya tanpa berniat untuk meminumnya. Sontak hal itu membuat Luna penasaran. Apalagi dilihatnya Ana seperti sedang melamunkan sesuatu. "Kamu kenapa si, Na? Daritadi aku liatin kerjaaannya ngelamun terus," tanya Luna seraya menyenggol lengan Ana. "Ha? Kamu tadi bilang apa Lun? Sorry, sorry. Aku lagi nggak fokus," jawab Ana tak enak hati. "Yee, gimana kamu mau fokus, kalau kamu dari tadi cuma ngelamun mulu kerjaannya." "Sorry Lun, sorry. Kenapa, kenapa? Aku udah fokus sekarang, ada apa Luna sayang?" "Kamu yang kenapa? Ada masalah? Cerita Na sama aku, cerita. Kita kan udah sahabatan lama dari dulu. Berbagi sama aku, apa masalah kamu, siapa tau kan aku bisa bantu," ucap Luna yang gemas dengan tingkah sahabatnya itu. "Bukan apa-apa kok Lun, ini cuma soal Rayhan," jawab Ana datar dan lesu yang dibalas gelengan oleh Luna. "Ya ampun Ana, aku kira apa lho, jadi ini cuma soal kemarin?" tanya Luna yang hanya dibalas anggukkan oleh Ana. "Ana, Ana. Soal kemarin mah nggak usah dibawa perasaan kali. Siapa tau dia bukan siapa-siapanya Rayhan. Siapa tau dia juga sama kayak kamu yang berusaha ngedeketin Rayhan. masa gara-gara itu kamu udah mau mundur aja sih, kejar dong jangan nyerah. Katanya cinta, masa cuma lihat kayak gitu aja udah mundur sih, payah kamu," ucap Luna menasehati. "Iya, sih. Aku juga berharapnya gitu. Sebenernya tadi pas di parkiran aku ketemu sama gadis itu, dan niatnya aku mau nanya langsung sama dia apa hubungannya sama Rayhan biar semuanya jelas. cuma gak jadi deh gara-gara kamu datang, aku takut kamu nggak setuju sama aksiku tadi" Ana menatap Luna serius, kemudian meminta pendapatnya. "Terus sekarang aku harus gimana dong, Lun?" "Perjuangin cinta kamu, Na. Deketin Rayhan. Luluhin hatinya. Aku yakin lambat laun dia bakal luluh sama kamu. Secara, siapa sih yang nolak pesonanya seorang Rayana Az-Zahra? Most wanted girl di kampus ini, hehehe," ucap luna memberi semangat kepada Ana. "Jadi kita lanjutin nih, misi pendekatan kedua kita?" tanya luna sambil menaik turunkan kedua alisnya di hadapan Ana. "Misi pendekatan kedua?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD