Rayhan Sudah Punya Istri?

1340 Words
"Jadi kita lanjutin nih misi pendekatan kedua kita?" tanya Luna, dengan ekspresi wajah yang sengaja dibuat seserius mungkin. Padahal kalau Ana boleh jujur, wajah Luna tadi tidak ada ekspresi serius-seriusnya. Malahan lebih terlihat seperti orang yang melotot karena kaget. "Wkwk, lucu sekali Luna ini, ada-ada saja" ucap Ana dalam hati. "Misi pendekatan kedua? Maksudnya Lun?" tanya Ana heran, tak mengerti maksud perkataan Luna. Misi pendekatan kedua? Misi pendekatan pertama saja Ana tidak tahu, lha ini udah ada yang kedua saja. Ini si Luna gaya banget dah bahasanya, udah kayak lagi nyelidikin buronan aja, pake misi pendekatan segala. "Iya, aku namain misi pendekatan kamu ke Rayhan dengan sebutan misi pendekatan 2R. Rayana dan Rayhan . Kamu siap Na, untuk misi pendekatan kedua kamu?" ucap Luna seraya menatap Ana dengan tatapan menantang. "Siap, Lun. Aku siap," jawab Ana cepat, dan penuh dengan semangat, diiringi dengan gerakan tangannya yang seperti seorang prajurit yang sedang hormat kepada komandannya. "Bagus, Na. Memperjuangkan cinta memang harus semangat. Jadi gini misi pendekatan kedua kamu. Kamu harus bisa pulang bareng sama Rayhan. Nanti, ketika Rayhan pulang kampus, kamu harus minta Rayhan untuk anterin kamu pulang. Kan lumayan tuh, selalin kamu bisa satu mobil sama Rayhan, kamu juga bisa pdkt-an sama dia," ucap Luna menjelaskan dengan penuh antusias, seraya menatap Ana yang sangat serius menyimak ucapannya. guys wk wk> "Lah, kalau aku minta Rayhan untuk anterin aku pulang, mobil aku gimana, Lun? Aku kan juga bawa mobil. Lagian Rayhan kan juga tau, aku biasanya ke kampus bawa mobil sendiri, kalau Rayhan curiga dan mikir yang aneh-aneh tentang aku, gimana? Nanti Rayhan tau lagi kalau aku lagi modusin dia, lagi berusaha buat deket sama dia," ucap Ana heran, dengan ekspresi wajahnya yang sangat terlihat kebingungan. Membuat Luna yang mendengar ocehan heran Ana, juga melihat wajah kebingungannya yang sangat jelas, langsung menepuk jidat. "Aduh... Ana, Ana. Kamu tuh ya, kalau masalah pelajaran aja pinternya nggak ketulungan, kok masalah beginian aja nggak ngerti sih, Na. Heran deh Aku," ucap Luna yang sangat gemas terhadap sahabat ajaibnya itu, yang Ana balas dengan cengirannya yang menampakkan deretan giginya yang rapi. "Sorry Lun, kamu kan tau sendiri aku belum pernah ngedeketin laki-laki duluan. Biasanya mereka duluan yang pada antri buat bisa deket sama aku, ya wajar lah kalau masalah beginian aku nggak ngerti," ucap Ana dengan nada dan gaya sombongnya, kemudian mengibaskan rambut panjangnya ke arah Luna dan mengdipkan matanya berkali-kali seperti orang cacingan. "Ampun deh. Kepedean banget kamu, Na. Iya deh, iya. Yang most wanted di kampus mah beda ya. Aku mah apa atuh, cuma remahan rengginang," ucap Luna dramatis. "Hehe, tadi aku bercanda, Lun. Sorry, ya. Lagian kamu lebay deh, Lun. Suka merendah gitu jadi orang. Aku juga tau kali, banyak laki-laki yang suka masukin surat sama coklat ke loker kamu," ucap Ana yang geli mendengar nada dramatis Luna saat merendah tadi. "Oke, oke. Kok jadi kemana-mana sih obrolan kita. Sekarang kita lanjut ke misi kita tadi, misi pendekatan kedua, wkwk," ucap Luna yang jadi geli sendiri mengucapkan Misi Pendekatan Kedua "kayak apaan aja ya" pikir Luna. "Hmm. Soal takut Rayhan curiga, ya kamu harus bikin alasan yang bagus lah, Na, bilang mobil kamu mogok kek, rusak kek, kunci mobil ilang kek, beres deh. Nanti soal mobil kamu, tenang aja. Biar aku yang urus. Nanti aku telpon supir rumah buat bawa mobil kamu ke rumah," ucap Luna mengutarakan ide yang menurutnya cemerlang itu kepada Ana. Gadis cantik yang sangat pintar dalam hal pelajaran, tapi berbanding terbalik kalau berurusan dengan masalah asmara. Perlu kalian ketahui, Ana ini belum pernah pacaran lho sebelumnya. Padahal kalau di hitung-hitung, banyak sekali laki-laki yang datang mendekatinya sedari dulu. Mulai dari anak band, kapten basket, ketua BEM, anak-anak teman ayahnya yang bekerja sebagai CEO, sampai laki-laki yang biasa saja alias di bawah standar, datang mengajaknya untuk berpacaran. Bahkan ada juga yang datang untuk melamarnya, tapi semuanya Ana tolak. Entah kenapa hatinya sudah mentok dengan si manusia kutub yang bernama Rayhan itu. Laki-laki berwajah tampan, memiliki senyum yang sangat menawan, gayanya yang selalu cool, prilakunya yang selalu sopan, berprestasi, serta salah satu most wanted di kampusnya juga. Nyaris sempurna bukan??? Cuma satu sih kekurangannya saat ini menurut Ana, Rayhan orangnya cuek, datar dan dingin seperti manusia kutub. "Oke-oke aku setuju sama ide kamu. Terimakasih banyak ya Lun, kamu dan Clarissa memang sahabat terbaik aku dari dulu," ucap Ana seraya menatap haru ke arah sahabat terbaiknya itu, kemudian memeluknya dari samping. "Sama-sama, Ana sayang. kita ke kelas sekarang yuk, kayaknya Clarissa udah nungguin kita deh dari tadi di kelas," ucap Luna yang segera diangguki oleh Ana, kemudian berlalu meninggalkan kantin, menuju fakultas ekonomi, ruang kelasnya berada. Benar saja, sesampainya mereka di fakultas ekonomi, Clarissa ternyata sudah berada disana, celingukan ke sana ke mari mencari keberadaan mereka berdua. Setelah menghampiri Clarissa, mereka bertiga pun langsung bergegas menuju ruang kelas, karena sepertinya sang dosen sudah masuk ke dalam kelas mereka. "duh terancam di hukum lagi nih, kalau si dosen galak itu beneran udah ada di kelas" ucap ketiganya kompak, dalam hati. Tak ingin membuang-buang waktu, setelah sang dosen keluar dari kelas, karena jam mengajarnya telah selesai, Ana dan kedua sahabatnya pun langsung bergegas menuju parkiran untuk menunggu kemunculan Rayhan. Seperti yang dikatakan detiktif ala-ala suruhannya Luna tadi, kelas Rayhan sebentar lagi akan selesai. Tadi juga sebelum kelas selesai, Ana sempat menceritakan misi pendekatan keduanya terhadap Rayhan kepada Clarissa, namun entah kenapa sahabatnya itu hanya merespon seadanya saja. Berbeda dengan Luna yang sangat antusias dan bersemangat membahas misi pendekatan 2R (Rayana Rayhan) ini. Sungguh aneh sekali tingkah Clarissa hari ini. Tapi Ana tidak mau ambil pusing, mungkin Clarissa bersikap seperti itu karena gadis itu sedang pms, atau mungkin sedang banyak masalah. Entahlah. Sesampainya di parkiran, entah kebetulan atau memang keberuntungan bagi Ana, Rayhan sedang berjalan menuju mobilnya, dengan ransel yang ia sampirkan di salah satu pundaknya. Sontak mereka bertiga bergegas menyusulnya, sebelum Rayhan terlanjur masuk dan melajukan mobilnya, meninggalkan pelataran kampus. "Rayhan," ucap Ana memanggil Rayhan, ketika ketiganya berhasil mengejar langkah Rayhan. Kini posisi Ana dan kedua sahabatnya berada satu meter tepat di belakang Rayhan. "Ya?" Ucap Rayhan, seraya mengangkat satu alisnya. "Kamu mau pulang ya, Ray?" tanya Ana yang dibalas anggukkan oleh Rayhan. "emmm.. Kebetulan aku juga mau pulang Ray, tapi tadi mobilku mogok. Boleh nggak kalau aku ikut kamu? Kebetulan kan jalan ke rumah kita itu se arah," ucap Ana yang ia buat se-senatural mungkin, agar Rayhan tidak curiga kalau apa yang ia ucapkan tadi hanya akting. Hanya kebohongan belaka. "Lho, kenapa nggak bareng sama Luna atau Clarissa saja?" tanya Rayhan heran. "Eee.. Nggak bisa, Ray. Aku sama Clarissa harus pulang sekarang, kita berdua ada urusan mendadak, jadi kita berdua nggak ada yang bisa nganter Ana, iya kan Sa?" jawab Luna membantu Ana, agar Rayhan tidak curiga, kemudian menatap Clarissa, agar gadis cantik dengan hijabnya itu membantunya membuat Rayhan percaya. "Emm.. Iyaa. Kita berdua harus langsung pulang, ada urusan mendadak, jadi nggak bisa nganterin Ana pulang deh," jawab Clarissa dengan berat hati. Disambut helaan nafas lega dari kedua sahabatnya, Luna dan Ana. Untung saja Luna dan Clarissa ikut membantunya untuk meyakinkan Rayhan, kalau tidak, tak tau lah Ana harus memberi alasan apa agar Rayhan tidak curiga. "Oh gitu.. Ya sudah ayo," ucap Rayhan yang akhirnya setuju, kalau ia yang akan mengantarkan Ana pulang. Kemudian dilihatnya Ana yang tersenyum dan berjalan menuju kursi penumpang depan. "Mau kemana kamu, Na?" tanya Rayhan sambil menatap Ana sebentar, kemudian mengalihkan pandangannya lagi ke sembarang arah. "Ha? Ya naik ke mobil kamu lah, katanya kamu setuju mau nganterin aku?" Ucap Ana heran disertai ekspresi bingungnya. "Iya, saya setuju buat nganterin kamu pulang. Tapi kamu duduknya bukan di situ, tapi di belakang," jelas Rayhan yang dibalas Ana dengan tatapan yang sulit diartikan. "Kenapa? Kenapa aku harus duduk di belakang? Kamu gak sudi ya deket-deket sama aku?" ucap Ana marah, yang sepertinya tersinggung mendengar ucapan Rayhan tadi. Rayhan yang mendengar Ana berbicara seperti itu langsung menghela nafas panjang. "Bukan, bukan gitu maksud saya tadi. Jadi, kursi penumpang depan itu hanya khusus untuk tempat mahram saya duduk, dan juga istri saya. Selain itu duduknya ya di belakang," ucap Rayhan menjelaskan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD