Diantar Pulang Rayhan

1294 Words
"Istri? Kamu udah punya istri?" tanya Ana, Luna, dan Clarissa secara bersamaan, dengan semua tangannya yang refleks menutupi mulut mereka yang terbuka lebar. Mereka bertiga sangat terkejut ketika mendengar Rayhan mengatakan perihal istri. "Ya Allah.. Baru saja aku merasakan apa yang namanya jatuh cinta, apa secepat ini aku harus merasakan putus cinta?" ucap lirih Ana dalam hati, seraya menatap Rayhan dengan pandangan terluka. "Ya Allah.. Fakta apa ini? Kenapa sejak dulu aku mengenalnya aku baru mengetahui fakta besar ini. Apakah Rayhan sudah menikah secara diam-diam? Hingga tak ada seorang pun yang tahu soal Fakta ini, kalau sedari dulu aku sudah mengetahui hal ini, mungkin rasa ini tidak akan tumbuh sebegitu dalamnya. Sungguh beruntung orang yang menjadi istri Rayhan itu," ucap lirih Clarissa dalam hati, yang kecewa atas apa yang baru saja ia dengar. "What the? Nggak nyangka sih aku, Rayhan menyimpan fakta besar ini dari dulu? Kapan sih dia menikah, sampai-sampai salah satu dari kita pun tidak ada yang tahu. Sungguh kasihan Ana, baru saja aku menyemangatinya untuk tak pantang menyerah dalam memperjuangkan cinta, tapi baru juga satu dua langkah, langkahnya harus terhenti setelah mendengarkan fakta yang sangat mencengangkan ini. Rayhan ini benar-benar yaa, pengen aku tenggelamin di rawa-rawa deh rasanya," ucap Luna dalam hati, seraya menatap Rayhan dengan pandangan kesal yang sangat kentara. Ketiga gadis cantik yang sama-sama terkejut itu terus fokus menatap Rayhan tajam. Menunggu jawaban yang akan terlontar dari mulut laki-laki yang sering dijuluki manusia kutub itu oleh Ana. Ketiga gadis cantik itu tidak ada yang sanggup dan berani untuk berbicara lagi setelah aksi tercengang mereka. Kecuali pertanyaan reflek ketiganya tadi, yang secara kebetulan diucapkan secara bersamaan. Semua kata-kata yang ingin dilontarkan oleh mereka bertiga tertahan begitu saja hingga hanya berhasil terlontarkan di hati mereka masing-masing, tanpa ada seorang pun yang dapat mendengarkan lirihan hati mereka, kecuali Allah SWT tentunya. "Aduh, ribet banget ya ngomong sama kalian bertiga, ribet pake banget! Iya, yang boleh duduk di situ cuma istri saya nantinya, sama mahram saya, kok jadi pada nanya yang aneh-aneh gitu.sih?" ucap Rayhan, yang mulai risih mendapat tatapan tajam dan menusuk dari ketiga gadis cantik di depannya, seakan ia adalah seorang penjahat. "Tadi kalian bilang saya sudah punya istri? Ha.. ha.. ha.. Kalian ini ada-ada saja, memangnya kalian sudah pernah dapat undangan nikah dari saya?" ucap Rayhan melanjutkan perkataannya tadi, dengan sesekali tertawa melihat ekspresi terkejut yang diperlihatkan oleh ketiga gadis cantik berbeda karakter di depannya itu. "Kok kamu malah ketawa-ketawa sih, nggak lucu tau ga! Tinggal jawab aja pertanyaan kita tadi, apa bener kamu udah punya istri? Soal undangan nikah memang kita nggak ada yang dapet, tapi bisa aja kan kamu sengaja nyembunyiin fakta besar ini dari teman-teman kampus? Supaya lebih bebas mungkin, atau apalah terserah. Jadi gimana, kamu udah punya istri atau belum sih?" ucap Ana sebal karena sekian lama menunggu jawaban dari Rayhan disertai perasaannya yang dag dig dug campur aduk karena cemas, tapi manusia kutub itu malah asyik terkekeh dan malah balik bertanya. Seriously? Ceritanya dia mau ngelawak? nggak lucu tau ga! "Oke-oke. Saya minta maaf. Tadi saya ketawa, karena ekspresi kalian bertiga lucu banget tadi. Saya belum menikah. Kalaupun mau, pasti saya akan umumkan kok. Nggak akan saya tutup-tutupi. Lagi pula ada hadist yang mengatakan bahwa rahasiakanlah khitbah atau lamaran, dan umumkanlah pernikahan. jadi in syaa Allah kalian bertiga akan saya kasih tahu kalau saya mau menikah nanti," jelas Rayhan panjang lebar, yang dibalas ketiga gadis cantik di depannya itu dengan helaan nafas lega, dan senyuman merekah dari ketiganya. "Syukurlah kalau begitu. Aku kira kamu udah punya istri lho Ray," ucap Ana dengan cengirannya yang menampakkan deretan giginya yang rapi. berbeda dengan Rayhan yang menanggapinya dengan menggeleng-gelengkan kepalanya. Ada-ada saja pikir Rayhan. "Ya udah ayo. Katanya mau saya antar? Keburu sore nanti," ucap Rayhan. Lalu masuk dan menghidupkan mesin mobilnya, bersiap meninggalkan area parkiran kampus. Ana yang mendengar Rayhan mengucapkan itu pun lantas menganggukkan kepalanya, kemudian tersenyum manis dan berlalu membuka pintu mobil penumpang bagian belakang. Tak lupa Ana pun melirik kedua sahabatnya sambil tersenyum lebar, menggambarkan bahwa dirinya sangat bahagia sekarang. "Good luck, dear," seru Luna tanpa suara kepada Ana, seraya mengedipkan sebelah matanya. Ana pun membalasnya dengan anggukkan sambil menggumamkan kalimat thanks you kepada kedua sahabat terbaiknya itu. Setelah itu, yang terdengar hanyalah suara deru mobil yang bergerak pergi meninggalkan area parkiran kampus. Selama perjalanan, tidak ada yang berani bersuara dan memecahkan benteng kesunyian dan kecanggungan di antara keduanya. Mereka berdua asyik dengan dunianya masing-masing. Ana yang terus fokus melihat keluar jendela mobil dengan sesekali mencuri pandang ke arah Rayhan, dan Rayhan yang terus fokus melihat ke depan sambil mengemudikan mobilnya. Sebenarnya Ana sebelumnya sudah mempersiapkan apa saja yang akan dia bahas di dalam mobil itu bersama Rayhan, agar ia dan Rayhan memiliki bahan obrolan, tapi entah kenapa kini dirinya mendadak lupa harus membahas apa saja bersama si manusia kutub itu, laki-laki yang diam-diam ia sukai. Semua topik yang akan ia bahas seakan menguar entah kemana. Dirinya sudah dilingkupi rasa gugup sedari tadi, karena hanya berduaan saja dengan Rayhan di dalam mobil. Rayhan yang memang pada dasarnya seorang yang cuek pun entah kenapa kini menjadi gugup ketika berduaan saja dengan Ana seperti itu. Lantas dia membunyikan radio mobilnya, berharap suara yang keluar dari Radio mobilnya itu, bisa memecahkan kesunyian di antara mereka. Rayhan mengakui bahwa Ana ini gadis yang cantik dan pintar, namun sayangnya gadis cantik dan pintar itu belum berhijab. Ya, gadis berhijab merupakan salah satu tipe calon istri idaman bagi Rayhan. Karena selain memang sebuah kewajiban setiap perempuan muslimah yang sudah baligh, dirinya juga berpendapat kalau perempuan berhijab itu punya aura tersendiri yang terpancar dari wajahnya, yang membuat seorang perempuan terlihat lebih cantik dan menawan dari yang lainnya yang tidak memakai hijab. Dia juga setuju kalau rambut seorang perempuan, hanya untuk suaminya kelak. Ada satu fakta penting yang perlu kalian ketahui juga, yaitu hampir seluruh anggota keluarga besar Rayhan yang perempuan, juga memakai hijab. Maka tidak salah kalau Rayhan mempunyai kriteria calon istri, seorang muslimah yang berhijab. Tak terasa perjalanan yang membutuhkan waktu kurang lebih setengah jam itu terasa begitu singkat dan cepat. Sampai-sampai Ana tidak menyadari bahwa perjalanan mereka ke rumahnya sudah hampir sampai. "Yang ini kan rumah kamu?" tanya Rayhan seraya menghentikan mobilnya di halaman rumah mewah Ana. "Eh iya. Udah nyampe ya" tanya Ana yang lebih terdengar seperti pernyataan ketika menyadari bahwa mereka berdua sudah sampai di depan rumahnya. Yang hanya dibalas anggukkan oleh Rayhan. Ana yang melihat respon anggukkan dari Rayhan, kemudian tersenyum manis dan bergerak membuka pintu mobil Rayhan. "Thanks banget ya, Ray, udah mau nganterin aku. Kamu mau mampir dulu ke dalam?" ucap Ana menawarkan Rayhan untuk masuk ke dalam rumahnya, seraya menatap Rayhan dari jendela mobil penumpang depan. "Iya sama-sama. Saya langsung pulang saja ya, keburu maghrib," tolak Rayhan dengan halus dan sopan. Setelah mobil Rayhan melaju meninggalkan halaman rumahnya, Ana bergegas memasuki rumah mewahnya itu dengan wajah gembira sambil sesekali menyenandungkan lirik sebuah lagu cinta. "Baby take my hand, i want you to be my husband, cause you my iron man and i love you 3000" Senandung Ana dengan wajah dan gayanya yang sangat terlihat riang dan gembira. "Du du du, anak Bunda lagi seneng banget nih kayaknya. Cerita dong sama Bunda, ada apa gerangan sampai muka anak kesayangannya bunda ini berseri-seri gitu," goda sang Bunda seraya mencolek dagu sang putri. "Bunda kepo deh, he.. he.. he.." jawab Ana malu-malu disertai semburat merah di pipinya. "Ana ke kamar dulu ya Bun, mau mandi, lengket, " ucap Ana melanjutkan perkataannya, setelah berhasil mencium pipi putih nan halus sang Bunda. "Ih, kamu. Belum mandi udah berani nyium-nyium Bunda ya, awas lho, nanti Bunda bales. Jangan lupa shalat asharnya sayang," ucap sang Bunda seraya berteriak kencang karena Ana sudah menaiki tangga menuju ke kamarnya. Yang kemudian terdengar suara teriakan dari lantai atas yang terdengar "iya bundaku sayang..."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD