* Annastasya Marves *
SUARA musik yang keras memenuhi ruangan dengan bola lampu berwarna-warni. Bir ringan, Vodka, Tequila dan Whiskey adalah beberapa minuman yang akan menemani para penikmat dunia malam di Emerald Club.
Para bartender yang sibuk dengan shot tamu-tamu di meja bar sangatlah menarik perhatian para gadis malam ini. Termasuk Annastasya dan kedua temannya -Jane serta Claire- yang baru saja tiba di sana.
Emerald Club dikenal sebagai klub malam non-stop yang siap menemani para pelanggannya dua puluh empat jam penuh. Dengan musik-musik terbaru, sajian alkohol dan makanan mewah juga para penari erotis yang siap menghibur semua orang di dalamnya.
Orang-orang berkata tempat ini adalah surga terbaik di dunia. Hanya mereka yang memiliki black card -kartu istimewa milik pelanggan VIP- yang dapat masuk dan bergabung. Ruangan dengan lantai disko yang sangat luas ini memang hanya diperuntukkan bagi kalangan menengah ke atas. Mereka bahkan menyediakan keamanan yang cukup ketat di pintu depan hanya untuk menyeleksi satu persatu tamu yang akan masuk ke dalam.
Emerald menjanjikan keamanan dan kenyamanan untuk setiap tamu yang datang.
Hal inilah yang kemudian membuat Annastasya Marves, salah satu cucu dari presiden direktur MV Media, Tony Hollow Marves, mengajak teman-temannya untuk menikmati akhir pekan di tempat ini.
Sebagai cucu dari salah satu orang terkaya di kota New York, Annastasya membutuhkan tempat yang aman.
Nama Annastasya disebut-sebut sebagai calon penerus utama MV Media jika ayahnya pensiun nanti. Karena beberapa perusahaan yang dimiliki oleh Tony kini telah dipercayakan kepada putra pertamanya, Greg McWill Marves, atau ayah kandung Annastasya.
Dan hal ini kemudian yang menyebabkan keselamatan Annastasya dijadikan prioritas utama oleh keluarganya.
Sayang, gadis 18 tahun itu hanyalah seorang remaja biasa. Ia tidak suka terlibat dengan politik bisnis milik keluarganya dan hanya memikirkan cara untuk bersenang-senang di akhir pekan.
"Kau bekerja sendirian hari ini, Jill?"
Jill sang bartender pun mendongak, memberi jeda dari pekerjaannya yang tengah sibuk di jam-jam ini. Ia tersenyum miring saat menemukan sosok Annastasya duduk di meja bar. Senyuman yang sangat digilai para tamu wanita di sana itu dapat dengan mudah didapatkan oleh Annastasya.
Karena Jill berpikir Annastasya adalah gadis yang menarik. Dan pria itu memang sempat menyukai Annastasya pada awalnya, tentu sebelum Jill mengetahui bahwa wanita yang kini duduk di barnya adalah salah satu anak dari orang terkaya di kota. Jill segera menarik perasaan itu dan menyembunyikannya dalam-dalam.
Jelas perasaan itu hanya akan bisa berhenti di tahap kekaguman saja. Tidak bisa lebih dari itu. Karena selain alasan yang pertama, Annastasya sudah memiliki pacar dan hubungan mereka baik-baik saja selama lebih dari setahun ini.
"Bean dan El sedang beristirahat di belakang. Hanya beberapa menit saja, mereka akan segera kembali," kata Jill.
Annastasya mengangguk mengiyakan. "Bisakah kau memberi dua mojito lemon dan margarita untuk kami?"
Jill melihat Annastasya, Jane lalu Claire bergantian sebelum kemudian mengedipkan satu matanya seraya berkata. "Tentu."
Dan pria itu kembali sibuk dengan pekerjaannya.
Suara musik yang keras tampaknya tidak bisa dijadikan latar untuk sekadar berbasa-basi. Annastasya pun dari kursi tinggi yang dapat diputar sejauh seratus delapan puluh derajat. Ia bersama Jane dan Claire bersiap untuk bergabung di lantai disko.
"Apa menurutmu kita akan baik-baik saja di sini?" tanya Jane ragu.
Sejak awal, gadis berambut ikal kecokelatan itu memang tampak tak nyaman dengan situasi di dalam Emerald. Beberapa orang mabuk yang menyenggolnya saat berjalan, wanita-wanita bertubuh seksi dengan pakaian yang minim serta dentuman musik yang memekakkan telinga, Jane tak terbiasa dengan itu.
Semua orang mengenalnya sebagai si kutu buku yang beruntung karena dapat berteman baik dengan Annastasya.
"Kau tidak perlu khawatir. Mereka memiliki keamanan yang ketat di sini, kita akan aman, Jane."
"Maksudku, ada kau di sini. Mungkinkah aku dan Claire akan baik-baik saja, sementara kami pergi dengan salah satu cucu orang paling kaya di kota ini?"
Claire hanya mendengarkan percakapan kedua teman di sebelahnya samar-samar. Sesekali matanya berkeliling. Berharap menemukan pria tampan dengan tubuh berotot adalah salah satu tujuannya mau ikut dengan Annastasya. Ia butuh teman kencan dan Emerald mungkin adalah tempat yang cocok baginya agar bisa menemukan pasangan cinta satu malam, sesuai ekspektasinya.
"Ayolah, Jane. Kita sudah di sini," kata Annastasya. Ia kemudian menarik tangan gadis yang tak lebih tinggi darinya itu dan mulai mengajaknya menari. "Yeah. Ini menyenangkan, bukan?"
Kali pertama memang selalu menjadi yang paling mendebarkan. Kira-kira itulah yang dirasakan oleh Jane saat menari di bawah bola lampu yang terus berganti-ganti warna. Setelah beberapa menit, tubuhnya mulai menyatu dengan lagu. Jane tampak lebih tenang dan membuat Annastasya lega.
Annastasya kemudian mendekati Jane dan berteriak di dekat telinganya karena suara musik yang terlalu keras. "Kau menari lah di sini, aku akan kembali untuk minum sebentar. Okay?"
Dan Jane balas berteriak. "Ya."
Gadis dengan gaun hitam di atas pahanya itu pun berjalan menjauh dari lantai disko. Ia kembali ke meja bar dan mulai mengaduk-ngaduk mojito di dalam gelas dengan sedotan. Matanya berpendar ke sekeliling. Dilihatnya Jane mulai asyik dengan tariannya, sedangkan Claire berbincang-bincang dengan seorang pria di sudut ruangan. Annastasya merasa senang karena bisa mengajak kedua teman dekatnya itu bersenang-senang.
Namun ... kesenangan itu tak berlangsung lama.
Sekitar beberapa menit setelah Annastasya duduk di meja bar, menikmati campuran soda dan lemon dalam minumannya, sebuah getaran keras yang berasal dari ponselnya pun berhasil mendistraksi perhatian.
Ada panggilan masuk dari Mr. Joe. Asisten pribadi kakeknya.
Kedua alis Annastasya pun mengerut dalam saat manik biru itu menatap layar. Ia mulai bertanya-tanya tujuan dari orang kepercayaan sang kakek menghubunginya. Karena hal ini bukanlah sesuatu yang biasa bagi mereka berdua.
Merasa khawatir sang kakek tahu bahwa dirinya sedang berada di klub malam, Annastasya pun memutuskan untuk berpindah dari meja bar. Ia pun berjalan dengan cepat menuju pintu belakang Emerald. Dimana musik dari disk jockey yang baru saja berganti mungkin tak akan terdengar dari sambungan telpon.
Gadis itu menarik napas lalu membuangnya. Berusaha menstabilkan diri sebelum kemudian menekan ikon terima pada ponsel layar sentuh miliknya tersebut dan berkata, "Ya, Mr. Joe? Ada apa kau menghubungiku malam-malam begini?"
Panggilan telpon ini jelas bukan untuk sekadar basa-basi. Karena Mr. Joe akhirnya menyampaikan sebuah berita buruk dengan nada yang serius dari seberang sana. "Nona Annastasya, kau sebaiknya kembali ke rumah malam ini. Karena ... Mr. Marves baru saja meninggal dunia."
"A-apa?"