SELURUH keluarga besar Marves pun berkumpul di ruang tamu. Sofa panjang berwarna hitam mengkilap diduduki oleh Annastasya, Jose dan Maribeth. Sementara di seberang ada Alan chou dan Emma.
Greg duduk pada sofa tunggal di antara keduanya. Dan sekertaris pribadi Adrian Marves, Joe, berdiri di belakang sofa Greg.
Suasana mendadak menjadi tegang karena Annastasya terus meminta penjelasan atas perkataan Kevin di acara pemakaman kakeknya.
Greg bersikap tegas dan lantas mengumpulkan mereka semua di ruangan ini begitu semua agenda acara selesai.
"Mr. Joe akan menjelaskannya," kata Greg diplomatis. Ia kemudian melihat pria itu dan mengangguk penuh arti. Memberi sinyal kepadanya untuk segera maju dan melakukan perintahnya. Sebelum kemudian mata cokelatnya melihat satu persatu keluarga di hadapannya. "Kuharap kalian semua mendengarkan surat yang ditinggalkan ayah dengan baik. Silakan, Mr. Joe."
Pria dengan kemeja dan jas hitam putih yang rapi itupun maju satu langkah dari posisinya berdiri sebelumnya. Ia kemudian tersenyum kecil dan berkata, "Berikut adalah isi dari surat wasiat Mr. Marves yang juga sudah diketahui oleh pengacara dan notaris pribadinya."
Semua orang melihat Mr. Joe dengan antusias dan penasaran. Sementara Annastasya hanya memijit pelipisnya yang mendadak pening sejak bertemu dengan pria di pemakaman. Ia sama sekali tidak tertarik dengan harta yang ditinggalkan sang kakek untuknya, tapi pernikahan yang diungkit oleh Mr. Blake membuatnya mau tak mau duduk dan berurusan dengan semua hal ini.
"Greg Marves dan Emma Parker akan memimpin seluruh perusahaan di bawah naungan MV Group. Greg dan Emma juga bertanggung jawab untuk pergerakan saham milik MV Group di beberapa bank dan perusahaan mitra. Maribeth Marves akan menjadi pemimpin di beberapa yayasan yang dibangun oleh Adrian Hollow Marves. Maribeth beserta suaminya, Alan Chou, juga bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pemberian beasiswa di sekolah-sekolah tempat Adrian Hollow Marves menjadi donatur resmi. Sementara Annastasya Marves sebagai cucu pertama mendapatkan harta kekayaan dan aset peninggalan Mr. Marves sebesar 35 persen dan Jose sebagai cucu kedua mendapatkan 20 persen harta kekayaan dan aset."
Semua orang di ruangan itu tampak menerima dengan baik pembagian warisan yang ditulis sendiri oleh Adrian Hollow Marves. Sampai kemudian, Mr. Joe kembali melanjutkan, "Dan untuk Annastasya Marves, Adrian Hollow Marves secara terhormat memintamu untuk menikah dengan salah satu kolega bisnis dan teman baiknya, Kevin Blake."
"Menikah?" Annastasya mendengus geli dan menatap Mr. Joe tak suka seolah-olah pria itu mewakili kehadiran sang kakek di sana. "Kau pasti bercanda, Kek."
"Ini adalah permintaan terakhir Mr. Marves, Nona," kata Mr. Joe dengan sopan.
Greg kemudian mengangkat satu jarinya di udara, bermaksud untuk mencegah Mr. Joe beradu pendapat dengan putrinya yang keras kepala. Dan pria yang sudah bertahun-tahun bekerja untuk orang terkaya di New York itu pun mengangguk patuh serta memundurkan langkah untuk kembali ke tempatnya.
Sang kepala keluarga yang kini memimpin sebagian besar harta peninggalan ayahnya pun dengan bijaksana berkata, "Annastasya, kakek tak mungkin memilihkan pria yang buruk kepadamu. Ia pasti menginginkan yang terbaik untukmu, tidak ada salahnya menikah dengan pria pilihan kakek."
Maribeth kemudian menimpali. "Greg benar. Semua orang tahu kau adalah cucu kesayangan ayah. Kau akan sangat menyakiti hatinya jika menolak permintaan itu."
"Ayolah, Ayah. Usiaku masih delapan belas tahun," timpal Annastasya kesal. "Aku masih sangat muda, bukan?"
Greg melihat Emma, mereka beradu pandang untuk beberapa waktu. Sebelum akhirnya Greg kembali menjelaskan, "Kakek sangat menyayangimu, Annastasya. Ini adalah permintaan terakhirnya sebelum dia meninggalkan dunia ini. Bisakah kau mempertimbangkan keputusan ini sampai pekan depan?"
Emma pun menambahkan, "Tidak perlu terburu-buru. Kau bisa memikirkan semuanya mulai malam ini."
Maribeth mengibas-ngibaskan tangannya di udara seolah sedang kegerahan. "Jika aku jadi kau, aku tak akan berpikir panjang. Kudengar pria bernama Kevin itu sangat kaya dan lagipula, kau melihatnya sendiri di pemakaman, bukan? Dia memiliki wajah yang tampan."
Ucapan Maribeth yang justru terdengar mengompor-ngompori, membuat Annastasya jengah. Gadis itu pun memutar kedua bola matanya malas seraya beranjak dari sofa. "Bibi Maribeth, hentikan itu. Aku tidak peduli apakah dia tampan dan kaya atau bahkan jika dia memiliki segalanya, aku benar-benar tidak tertarik. Siapapun boleh menggantikan posisiku di sini."
"Annastasya, duduklah," titah Greg. "Kita belum selesai membicarakan ini."
Namun gadis itu sudah terlanjur malas untuk kembali bergabung dalam acara keluarga tersebut. Kakeknya baru saja dimakamkan, tetapi orang-orang ini memilih untuk langsung membicarakan harta dan kekayaan. Bukankah itu hanya menunjukkan sifat asli mereka yang sama sekali tak bersimpati dengan kepergian sang kakek?
"Bagiku, semua sudah selesai. Aku tak mau menikah dengan siapapun yang bahkan tak kukenali. Aku akan hidup bebas karena usiaku masih sangat muda. Okay, Ayah?"
Gadis itu melenggang pergi, meninggalkan semua orang yang menatapnya dengan tak habis pikir.
"Bagaimana jika dia sungguh tak mau menikah dengan Mr. Blake?" tanya Maribeth khawatir. "Bukankah surat wasiat itu akan dibacakan secara resmi di depan media?"
Greg terdiam. Ia menimbang-nimbang perkataan sang adik sebelum kemudian berkata, "Secara pribadi, aku tak ingin memaksanya."
"Dia akan mempermalukan kita, Greg," tandas Maribeth. "Bagaimana bisa seorang cucu kesayangan dari orang terkaya di kota ini ternyata adalah seorang pembangkang? Namaku dan Alan yang memegang tanggung jawab yayasan untuk para anak-anak tentu akan dipertanyakan kredibilitasnya. Mereka akan menganggap kita tak mampu mendidik Annastasya. Kau setuju denganku bukan, Alan?"
Alan yang sejak tadi hanya diam dan mendengarkan karena posisinya di keluarga ini hanyalah sebagai seorang menantu pun terpaksa memberi suara kali ini. Ia mengangguk setuju dan menambahkan, "Apa yang dikatakan oleh istriku memang ada benarnya."
Jose tiba-tiba mengernyitkan kening dan ikut berkomentar. "Tapi bukankah perjodohan di era sekarang itu sudah ketinggalan zaman?
Maribeth segera menyela, "Kau hanya anak-anak, Jose. Suaramu tidak dihitung dalam pembicaraan kita hari ini."
Yang hanya membuat laki-laki muda itu mendengus sebal di tempatnya. Sang bibi memang selalu menjadi orang yang menyebalkan dan Jose sudah tak menyukainya sejak lama. Cukup aneh melihat wanita itu mau menerima surat wasiat itu dengan damai mengingat sebagian besar kekayaan justru jatuh ke tangan ayahnya.
"Emma, kau adalah ibunya. Lakukanlah sesuatu agar putrimu mau menurut, ini mulai membuat kepalaku pusing," suruh Maribeth. "Jika kau berhasil, kau akan dianggap sukses sebagai ibu. Tapi jika kau gagal-"
"Maribeth," potong Emma dengan nada lembut. Ia kemudian tersenyum kecil dan berkata, "aku tak akan pernah memaksa Annastasya untuk melakukan sesuatu. Terutama untuk menikah dengan seseorang yang tidak dia cintai."