bc

Keping-Keping Rindu

book_age16+
807
FOLLOW
4.0K
READ
possessive
goodgirl
dare to love and hate
student
sweet
no-couple
highschool
first love
like
intro-logo
Blurb

Kiara Aleta sadar bahwa mengingat masa lalu akan membuatnya larut dalam kesedihan, dia juga sadar membangkitkan masa lalu, hanya akan membuatnya dipeluk oleh kerinduan yang menggila. Semakin ia mengingat, keeping demi keping rindu itu menyatu, sampai membuat air matanya menetes. Kiara hanya tidak ingin masa lalunya yang indah ia lupakan begitu saja, Kiara merasa perlu menulisnya dan membuatnya menjadi buku. Selama ini ia hanya menuliskan kisah orang lain dan ekspetasi-ekspetasi yang ia ciptakan sendiri. Kali ini Kiara tidak akan membuang kesempatan, ia akan menuliskan kisah masa lalunya dengan cowok itu. Siapapun itu yang terlibat dalam cerita Kiara, kiara akan meminta maaf nantinya.

chap-preview
Free preview
prolog
Sebelum aku menulis cerita ini, aku ingin minta maaf untuk kalian yang masuk ataupun terlibat dalam ceritaku, aku tidak bermaksud mengumbar-umbar masa lalu ataupun membuat kalian tenggelam dengan hayalan kisah yang sudah terkubur dalam-dalam. Aku hanya ingin mengenang kembali masa-masa itu. Masa-masa yang indah penuh dengan cerita suka maupun duka. Masa-masa bagaimana merasakan perihnya perpisahan. Kemarin saat melihat adikku memakai seragam SMA untuk pertama kalinya, entah mengapa aku merasa iri, aku seperti ingin kembali ke masa itu, lebih tepatnya aku membayangkan sedang berdiri di depan cermin sambil mengepang rambut panjangku. Lantas Aku tersenyum membayangkan betapa lucunya dulu saat memakai seragam SMA, dengan tas ransel yang selalu menggantung di punggung, rambut yang selalu di kepang ataupun dibiarkan terurai begitu saja. Polesan liblam rasa anggur dan juga bedak baby aroma bunga. Aku sangat ingat dengan itu, sekarang kulihat kembali tubuhku yang sudah tak pantas mengenakan seragam yang sangat kusukai itu, tubuhnku sudah tak ramping seperti dulu, aku juga tak bisa memakai lipbalm rasa anggur dan bedak baby aroma bunga. Semua sudah ku ganti dengan kosmetik yang di gunakan kebanyakan wanita kantoran sepertiku. "Boom!!!!" Aku tertegun sesaat, memandangi letak kecantikan dari wajah adikku. Ku sadari bahwa di depanku bukan aku, tapi adikku Afifah. "Kenapa ngehayal mba?" tanyanya. Aku tiba-tiba tersenyum menyadari kebodohanku, "Oh...gak papa, mau berangkat sekarang?" tanyaku pura-pura dongkol. Afifa langsung mengibas tangan di depanku, "Ya iyalah mbak, masa besok?" katanya bercanda. Adikku itu terlihat ceria, wajahnya berseri dan wangi parfumnya menyerbak, iya terlihat fresh. "Ya sapa tau, " jawabku terkekeh. "Hahaha! Mbak bisa aja, kayak gak tau jaman SMA aja, " katanya sembari mengedipkan mata, "Udah jam setengah tujuh nih, Afifah berangkat ya, si Cahyo udh diluar tuh." katanya buru-buru meraih gelas s**u di atas meja lalu meneguknya sampai setengah. Anak itu memandang jamnya sebentar, kemudian menarik tanganku untuk melakukan cipika-cipiki. Setelah itu ia berlalu dari ruang tamu. Anak itu berlari membuka pintu utama. Saat pintu itu terbuka, aku bisa melihat seorang cowok berdiri di depan pintu dengan cengiran Khas anak SMA. Anak lelaki itu terlihat rapi mengenakan seragam SMAnya. Ia mengenakan jaket merah tapi tak membawa tas dan sekarang anak itu sedang menyentil kening Afifah. "Aduh sakit!" Kudengar Afifah mengaduh dengan kesal, tapi cowok itu hanya tertawa. Dia Cahyo tetangga sebelah, dia memang selalu mengantar jemput kemana saja Afifah pergi. Anak ganteng itu memang sahabat Afifah dari kecil. Jadi tak heran kalau cahyo selalu menempel dengan Afifah. Aku masih ingat ketika dua anak itu kudapati sedang membuat rumah-rumahan di halaman belakang rumah. Waktu itu mereka masih 6 tahun dan aku berumur 17 tahun aku tidak sengaja memergoki Cahyo mencium pipi Afifah dan Afifah langsung menangis kencang. Aku sampai tertawa terpingkal-pingkal. Lalu Cahyo ikut menangis karena aku tidak sengaja melihatnya. Dia pikir aku akan memukulnya karena membuat Afifah menangis hihihi... "Itu Mbak Ara kenapa senyum-senyum lihat kita?" tanya Cahyo pada Afifah. kulihat Cahyo memandangku dari pintu dan karena itu Afifah langsung berbalik menatapku. "Kenapa mbak?" teriak Afifah. Bodoh! Aku lagi-lagi menghayalkan masa lalu, aku langsung melambaikan tangan "Gak ada apa-apa Fa, kalian berangkat sekolahnya kapan? udah siang loh, " Afifa menepuk jidat, "iya Yo, cepet cepet! Ini kan hari pertama sekolah! " Afifah langsung membalikkan tubuh Cahyo, mendorong cowok itu agar berjalan. "Ayo cepetan! " "Iya fa, ini udah cepat, bawel ah!" Selanjutnya aku tak tau apa yang mereka lakukan di luar sana karena Bi Weru langsung menutup pintu takut masuk ayam katanya. Terdengar suara motor Cahyo yang perlahan sudah menjauh. Aku hanya tertawa kemudian beranjak dari sofa, aku akan menolfon Faga pacarku yang sedang kerja di Makassar. Mengingat namanya saja sudah membuatku rindu. Aku langsung masuk ke kamarku dan mencari ponsel. Aku langsung girang ketika menemukan ponsel itu menyala di atas kasur. Aku langsung mengambilnya tapi belum sempat menekan tombol hijau ponsel itu mati karena lupa aku cas semalam. Gagal deh menelfon kekasihku yang tersayang. Dengan berat hati aku mengambil charger dan mengisi batrai ponselku yang sudah lobet total. Setelah itu Aku berbalik, menghempas kembali tubuhku di atas springbet yang empuk. Berkali-kali aku mencari bahan imajinasi untuk menulis, tapi tak menemukan ide sama sekali. Aku merasa bosan jika hari libur seperti ini. Jika di kantor aku pasti tidak sebosan ini. Mungkin pekerjaanku sebagai penulis membuatku jarang untuk bersantai di rumah apalagi berdiam diri di kamar seperti ini. Biasanya jika bukan di kantor aku selalu mencaro tempat untuk mencari ide dari lanjutan novel yang kini aku selesaikan. Tapi sejak aku dinyatakan harus libur dari pekerjaanku sebagai editor terpaksa kegiatan menulisku aku stop. Aku ingin istrahat penuh di rumah, tapi entah kenapa dengan isengnya sekarang aku membuka lemari lamaku, lemari yang dulu aku isi dengan kenangan-kenangan masa lalu. Tak sengaja aku membongkar isi lemari itu. Sebuah sepatu sneaker, jaket sekolah, seragam SMA ku, jam tangan hitam, buku-buku tulis bekas, yang sengaja aku simpan di dalam kardus. boneka bebek berwarna kuning dari sahabatku Selin dan juga berbagai aksesoris yang sering aku gunakan ke sekolah. Semuanya masih tersusun rapi di rak lemari. Aku memang sengaja menyimpannya. Sampai Afifah adikku, selalu memaksa untuk membuka lemari itu karena ingin melihat apa yang aku sembunyikan di lemari itu. tapi aku membuatnya mengerti dengan mengatakan itu pakaian lamaku. Semua barang-barang itu sekarang ada di lantai kamarku. Dari semuah barang-barang itu entah mengapa mataku begitu tertarik dengan jam tangan hitam di kotak merah. Saat ku ambil aku tiba-tiba teringat dengan siapa pemilik jam tangan ini. "Titip dulu, mau main bola. Jangan di lepas ya Ra, " itu katanya dulu. Bibirku langsung tersenyum, saat teringat wajah sipemilik jam ini. "Apa kabar kamu Mu'?" lirihku menatap jam. Sedih jika aku kembali membayangkan bagaimana sikap aku dulu ke kamu. Aku egois, gengsi sampai tidak mau mengakui perasaanku sesungguhnya ke kamu. Tapi sudahlah mungkin dulu kita hanya anak SMA yang belum mengerti arti Cinta. Ku letakkan kembali jam itu ke tempatnya lalu menoleh melihat semua barang-barangku, mata jelalatku langsung menagkap boneka bebek berukuran besar dari Selin. Oh iya! Ini adalah boneka kesayangan Selin yang aku ambil di kamarnya saat menginap satu malam karena les sekolah. Awalnya ia gak mau, tapi karena aku memaksa akhirnya dengan berat hati antara ikhlas dan tidak ikhlas, Selin dengan matanya yang sipit, memberiku boneka lucu ini. "Di jagain ya Ra, Dedel suka rewel kalo malam, " namanya dedel, ku elus dengan sayang kepala boneka ini "Del, kira-kira Selin di mana ya?" tanyaku seolah berbicara dengan dedel. Dedel diam saja tak menjawabku, ku pikir aku memang bodoh tengah berbicara dengan benda mati. Selin, kamu pernah bilang kita sudah berpisah jarak jangan ernah lupa kita pernah mejadi sahabt yang tak bisa di pisahkan. Sedangkan kamu Mu, kamu pernah hadir dalam hidupku, kamu pernah mengisi hari-hariku dengan cinta dan bodohnya aku tak menyadari semua itu, bukan lebih tepatnya aku tak mau menyadari itu semua. Aku memang bersalah Mu' dan Sampai sekarang aku sama sekali tidak bisa lupa dengan kejadian dulu aku pantas mendapatkan Rasa ini. Aku pantas merasakan perih, sakit hati dan juga Rasa rindu. Aku sungguh bersalah pada kalian berdua dan sekarang aku bertekat cerita tentang kita pantas di tuliskan dalam sebuah buku tapi Jika kalian mengizinkan, aku mau cerita kita kembali terulang tanpa jeda. Kalian mau kan jika aku menuliskan cerita kita? Ku harap kalian mengangguk sekarang, karena aku tidak ingin cerita ini hanya tersimpan dalam ingatan kita. Aku tidak ingin kenangan selalu menghantui kita Jadi Sel, dan Kamu Muzaki aku mau minta maaf sebelum nulis cerita ini.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Married With My Childhood Friend

read
44.0K
bc

See Me!!

read
87.9K
bc

MANTAN TERINDAH

read
7.0K
bc

DIA UNTUK KAMU

read
35.3K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.4K
bc

GAIRAH CEO KEJAM

read
2.3M
bc

PLAYDATE

read
118.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook