Zeva keluar dari ruang kerja sang Kakek. Ruangan yang selalu menyesakkan d**a. "Ternyata Kakek mengawasi ku, itu artinya keberadaan Ammar juga akan segera dia ketahui, Selina akan dalam bahaya," batin Zeva mengepalkan kedua tangannya. "Zeva," Tiba-tiba suara parau memanggilnya. Suara lembut yang selalu ia nantikan dan suara orang yang selalu ia harapkan saat datang ke rumah mewah ini. "Mama... " panggil Zeva. Ia memeluk wanita paruh baya itu, wanita yang hanya mengenakan pakaian sederhana, rambut yang setengah telah memutih tergerai begitu saja. "Apa kabar Mama?" tanya Zeva. "Mama baik Nak," Zeva melepaskan pelukannya "Astaga Zeva! pipimu kenapa merah? apa Kakek memukul mu lagi Nak," lirih sang Mama. Mata wanita paruh baya itu berkaca-kaca. "Tidak apa-apa Ma, Kakek hanya s

