bc

Son of The Darkness

book_age0+
674
FOLLOW
3.9K
READ
fated
second chance
arrogant
prince
like
intro-logo
Blurb

Dia memiliki segala hal yang diimpikan para laki-laki. Ketampanan, kekayaan, dan wanita-wanita cantik di sekelilingnya. Dia juga baik hati, penyayang, dan tidak suka mencari masalah. Apa yang dimilikinya membuatnya dicintai dan juga dibenci orang lain.

Dia adalah Axel Arisaka.

Terlahir dari pasangan Malaikat Penjaga dan Oracle, membuatnya menjadi pemuda yang sangat baik hati meski sulit untuk mencintai. Cinta yang dimilikinya kini hanyalah cinta antar keluarga, karena cinta sebagai bentuk romantisme sudah diberikannya pada seseorang pada masa lalunya.

Dia hidup sebagai manusia dan dikelilingi makhluk-makhluk dengan kekuatan besar. Kebaikannya membuat orang-orang yang mencintainya cemas dengan keselamatannya. Sebagai putera dari Cerubhim dan kesayangan para vampir membuatnya selalu berada dalam perlindungan.

Namun saat kekuatan kuno kegelapan bangkit dari tidurnya, hanya satu yang dia butuhkan. Kehidupan dari makhluk campuran terkuat yang pernah ada. Dan saat Axel yang diburu, para dewi takdir bertanya. Bagaimana mungkin putera dari pasangan malaikat menjadi persembahan kekuatan kuno kegelapan?

Dan saat kehidupan seseorang dipertaruhkan demi dirinya, Axel hanya punya dua pilihan. Kembali membiarkan dirinya mencintai seorang wanita atau membiarkan keabadiannya direnggut untuk selamanya.

chap-preview
Free preview
1
Seorang pemuda berambut pendek sewarna madu melangkah melintasi lorong kelas dengan langkah tenang penuh percaya diri. Seiring setiap langkahnya diikuti tatapan penuh kagum dari gadis-gadis belia yang masih berkeliaran di sekitar sekolah. Pemuda itu memiliki wajah yang bisa membuat malaikat menangis iri. Sepasang mata hijau kelabu dihiasi bercak keemasan membuatnya terlihat berbeda. Di belakangnya, jauh di tertinggal seorang gadis berambut pirang cerah berlari memperpendek jarak diantara mereka. Pemuda itu tahu kalau tidak sulit bagi si gadis untuk mengejarnya tidak peduli sejauh apa mereka terpisah, karena itulah dia terus melangkah tanpa berniat menunggu si gadis. Dan benar saja, hanya dalam beberapa detik, sepasang lengan merangkul erat leher pemuda itu dan sepasang kaki memeluk pinggangnya erat. Gadis yang tadi tertinggal jauh itu kini sudah bergantung di punggung si pemuda. “Kau meninggalkanku.”ucap gadis itu merajuk. Nafasnya sama sekali tidak terdengar terengah sedikitpun meski dia berlari untuk menghilangkan jarak diantara mereka dalam waktu singkat. Gadis itu juga tidak terlihat berkeringat setelah berlari hampir 100 meter. Saat bersama, keduanya terlihat bagaikan lukisan. Sepasang makhluk Tuhan dengan kesempurnaan mereka masing-masing. “Lihat tatapan para pemujamu dan katakan aku akan selamat kalau berada disana lebih dari lima menit.”gumam si pemuda ringan tanpa merasa kesusahan dengan beban baru di punggungnya. Dia bahkan tidak merasa perlu untuk mengulurkan tangan ke belakang agar si gadis tidak terjatuh. Lagipula tangan dan kaki gadis itu melingkar erat di tubuhnya. Pemuda itu terus melangkah tanpa kehilangan irama langkah kakinya. Bibir gadis manis itu mencebik saat meletakkan dagunya di bahu si pemuda. “Aku saja berani menunggumu di kampus, El. Pemujamu bahkan lebih menyeramkan daripada pemuda di kelasku. Pernah lihat tatapan mereka kalau melihat setiap perempuan yang dekat denganmu? Mereka seperti sanggup menelanku hidup-hidup.”gumamnya pelan. Pemuda bernama Axel itu terkekeh geli saat mengulurkan tangan untuk mengacak rambut gadis yang bergantung di punggungnya. Dia tahu kalau apa yang dikatakan gadis itu memang benar adanya. Meski tidak suka, Axel mengakui kalau dirinya memiliki cukup banyak pengagum di kampusnya. Hal yang akan dibanggakan oleh pemuda lain, tapi bukan hal membanggakan baginya. Sejujurnya Axel malah tidak menyukai kenyataan itu. “Bedanya adalah, aku tidak akan membiarkan mereka menyentuhmu, Kaly. Sedangkan kau pasti akan senang sekali kalau mereka berhasil menyentuhku. Kau memiliki kelainan karena selalu bahagia setiap kali aku mendapat kesulitan.”ucap Axel ringan tanpa sedikitpun kemarahan dalam suaranya. “Apa kau akan pulang ke apartemenku atau kuantar ke rumah Pa seperti biasa?” “Sepertinya sama saja.”gumam gadis bernama Kaly itu pelan. “Ke apartemenmu saja. Lagipula Papa tetap akan menjemputku tidak peduli aku di rumah Uncle atau dirumahmu.”gerutunya sedetik kemudian. “Kau manja sekali, little girl. Uncle hanya menyuruhmu pulang saat liburan panjang, selebihnya mereka yang akan mengunjungimu disini. Seharusnya kau bersyukur tidak harus pulang pergi hampir setiap minggu sepertiku. Aku bahkan sering lupa apakah aku pernah benar-benar liburan atau tidak.” “Tempatmu lebih mudah dicapai, El. Dan itu tidak memakan banyak waktu atau tenaga kalau kau mau menggunakan jalan yang mudah.”tukas Kaly cepat. Axel terkekeh pelan dan menghentikan langkahnya ketika mereka sampai di samping sebuah sedan perak mengkilat milik Axel. “Turunlah, Kaly. Aku tidak bisa menyetir kalau kau tetap menempel seperti ini.” “Papa selalu membawaku seperti ini.”ucap Kaly namun tetap melompat turun dengan lincah dari punggung Axel. “Dengan cara lain, ya, aku juga bisa membawamu seperti tadi. Tapi tidak saat menyetir. Lagipula ruangnya tidak cukup untukku tetap menggendongmu seperti itu. Kau bukan lagi gadis lima tahun yang bisa dipangku, Kaly.”balas Axel yang tidak terlihat kesal dengan kemanjaan Kaly, “Masuklah.”ucap Axel kemudian setelah membukakan pintu untuk Kaly dan menahannya hingga gadis itu duduk di dalam mobil. Sebenarnya itu hanya alasan Axel untuk tetap melatih kemampuannya menyetir manual saat segalanya sudah berbasis automatic system. Axel memutari mobil dan masuk ke kursi pengemudi. Deru lembut terdengar ketika mesin mobil menyala, dengan mudah Axel keluar dari tempat parkir dan meninggalkan gedung sekolah Kaly sesaat kemudian. Sedan perak itu bergabung dengan arus lalu lintas darat London yang padat sore itu. “El?”panggil Kaly pelan, nyaris terdengar ragu. Axel melirik Kaly sejenak, “Ya, Kaly?” “Tidak jadi.”gumamnya pelan. Axel hanya tersenyum sebelum kembali fokus pada lalu lintas padat di depannya. “El?”panggil Kaly lagi. “Ada apa, Kaly?” “Uhm...” “Kenapa? Tidak biasanya kau terdengar ragu saat ingin mengatakan sesuatu. Apa kau ingin mengaku dosa, Kalyca?” Kaly menatap Axel ragu lalu matanya berubah penuh binar permohonan. “Bisakah kita singgah untuk membeli makanan?” “Mak-apa?”tanya Axel tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya dari mulut Kaly. “Aku lapar.”bisik Kaly lirih. “Bukankah sebelum aku jemput tadi kau baru saja selesai makan siang? Kau sendiri yang menghubungiku dan meminta dijemput lebih lambat karena ingin makan lebih dulu.” Kaly mengangguk tanpa membantah. “Dan sekarang kau sudah lapar lagi?” Sekali lagi Kaly mengangguk. “Astaga!”seru Axel takjub sambil menggelengkan kepalanya tidak percaya dan beberapa saat kemudian tertawa lepas. “Aku tidak bisa membayangkan berapa banyak yang kau makan selama di rumah Pa. Mrs. Muller pasti masak banyak makanan untukmu.”tambah Axel kemudian sambil menyebutkan juru masak yang sudah mereka kenal sejak kecil itu. “Kata Mama aku memang sedang membutuhkan banyak asupan makanan. Aku sedang dalam masa pertumbuhan, El. Dan untuk mengingatkan, jangan terkejut saat kau merasa tertarik padaku dalam waktu dekat. Menurut Mama, aku mungkin akan menebar feromon yang berlebihan selama beberapa waktu tanpa kusadari.” Axel mengulurkan tangan kirinya untuk mengacak rambut Kaly geram, “Baiklah, princess. Kita akan membeli makanan untuk pertumbuhanmu agar kau bisa menebar feromonmu pada semua makhluk kecuali aku. Aku masih ingin menikmati waktuku tanpa harus disibukkan dengan kegiatan mengejar-ngejar anak gadis orang.”ujar Axel sebelum terkekeh pelan bersama Kaly.   Di sudut sekolah, sekelompok pemuda menatap kepergian Axel dan Kaly dengan pandangan penuh misteri. Tidak kurang dari tiga pemuda jangkung berkumpul disana. Penampilan mereka menunjukkan kalau mereka bertiga adalah para pembuat masalah di sekolah. “Sepertinya dia cukup kaya kalau melihat kendaraannya yang dipakainya.”ujar Bane sambil mengisap batang rokok yang terselip di jarinya. “Aku setuju. Itu seperti keluaran terbaru dari Hybrid series. Dan pastinya tidak murah.”sahut yang lainnya datar. Jam sekolah sudah usai sejak beberapa jam lalu, tidak ada Seksi Disiplin yang akan menegurnya saat ini karena merokok di pekarangan sekolah atau di tempat yang bukan smoking area dan patroli polisi lingkungan jarang ikut campur dalam masalah internal instansi pendidikan manapun. Seorang pemuda berambut pirang berantakan masih menatap arah kepergian Axel dan Kaly saat melemparkan sisa puntung rokoknya ke tanah lalu menginjaknya dengan kesal. Tidak peduli kalau hukuman untuk membuang puntung rokok sembarangan jauh lebih berat dibandingkan dengan merokok di tempat umum. Satu-satunya hal yang dipedulikannya saat ini adalah bagaimana cara mendapatkan Kaly. “Tidak peduli sekaya apa dia, yang jelas aku harus menjauhkannya dari Kaly. Manusia tidak akan bisa menghalangiku.” “Rencana apa yang kau pikirkan, Damon?”tanya pemuda lain dengan tiga anting di telinga kirinya. Pemuda pirang bernama Damon itu menyeringai licik. Sampai saat ini, dia selalu mendapatkan apapun yang diinginkannya. Dan dia tidak akan membiarkan masalah ini menjadi hal pertama yang membuatnya tidak mendapatkan apa yang dia mau. Damon akan melakukan segala cara untuk itu. “Mengumpulkan informasi tentangnya, tentu saja. Tidak ada yang tidak bisa kulakukan, Judd. Dan tidak ada yang tidak bisa ditemukan melalui internet saat ini. MainData memiliki semua informasi yang aku inginkan. Orang-orangku sangat ahli bekerja dalam bidang seperti ini. Memegang informasi tentang seseorang artinya kita memiliki kelemahannya.”ucapnya penuh percaya diri. “Bagaimana kalau Kaly mengadu pada ayahnya? Kau terlalu terang-terangan mengungkapkan ketidaksukaanmu pada pemuda itu. Dan Kaly sudah berulang kali menegaskan kalau dia tidak suka dengan semua yang kau lakukan padanya.”tanya Bane ringan, “Astaga, Kaly bahkan pernah menolakmu terang-terangan, man!” Damon tersenyum, sama sekali tidak terganggu dengan ucapan Bane tentang apa yang sebenarnya terjadi itu. “Lursa Co tidak pernah melebarkan bisnisnya sampai ke Inggris. Mereka hanya mementingkan pasar Amerika. Inggris adalah wilayah keluargaku. Aku bisa melakukan apapun disini.”ujar Damon penuh kebanggaan dan melupakan bahwa perusahaan yang baru saja disebutkannya itu adalah perusahaan raksasa yang mengontrol perekonomian Amerika. “Yeah, dan Pisaca Co hanyalah taman kanak-kanak.”gumam Bane sinis saat menyebutkan salah satu nama perusahaan lokal yang diketahui menjalin kerja sama dengan Lursa Co. Dengan satu gerakan cepat Damon merenggut kerah kemeja Bane dan mengangkat pemuda itu hingga uLiamg jarinya tidak menyentuh tanah, padahal tinggi tubuh mereka tidak jauh berbeda. “Kau pikir perusahan yang seumur jagung itu bisa membuat keluargaku takut? Ayah bahkan bisa membuat mereka memohon kalau perlu!”geram Damon dengan kemarahan mewarnai matanya. “Kalau memang begitu, kenapa kau marah kalau memang jaringan perusahaan milik ShadowNight sehebat itu?”tanya Bane balik sama sekali tidak terintimidasi dengan kemarahan temannya. “Pastinya, ayahmu tidak akan senang mengetahui kalau kau melakukan hal ini padaku.”tambah Bane kemudian yang disambut geraman kasar dari Damon sebelum pemuda itu melepaskan cengkramannya di kemeja Bane. “Aku tidak mengerti kenapa ayah begitu menjaga hubungan dengan keluargamu. Kalian bahkan bukan pengusaha yang sukses atau memiliki gedung sendiri. Dan aku tidak mengerti kenapa ayahku sering kali menemui ayahmu. Tidak ada gunanya.”gerutu Damon. Sebuah senyum geli muncul di wajah Bane yang kembali membuat Damon kesal. “Hapus senyum itu!”sergah Damon. “Astaga! Sekarang senyum saja dilarang.”ucap Bane pelan meski berusaha menahan senyum diwajahnya. “Aku pikir tidak ada lagi yang perlu kita tunggu, bukan? Aku akan pulang, ayah menyuruhku pulang cepat hari ini. Sampaikan salamku untuk ayahmu dan Uncle Nefen.”sambung Bane cepat sebelum meninggalkan teman-temannya untuk memenuhi janji pada ayahnya. Bane sama sekali tidak berniat mengatakan alasan kenapa keluarga Damon tetap berhubungan dengan keluarga mereka. Bane tahu kalau ayah Damon memang sengaja tidak memberitahukan hirarki dalam kelompok mereka kepada putranya meski Bane tidak tahu alasan dibalik semua itu. Sudah bertahun-tahun dia menikmati menjadi ‘anak buah’ Damon dan masih belum ingin mengubahnya. Lagipula Bane menemukan kesenangan tersendiri setiap kali mengancam Damon dengan hubungan diantara ayah mereka meski pemuda itu tidak mempunyai ide tentang hubungan apa yang mungkin terjalin diantara mereka. Pada akhirnya, dia yang akan berada di bawah perintahku. Jadi, tidak ada salahnya membiarkannya memuaskan diri lebih lama untuk memerintahku dan yang lain. Karena setelah itu, sepanjang sisa hidupnya, dia yang akan melayaniku.pikir Bane sambil melangkah ringan melintasi lapangan menuju parkiran tempat motorjet miliknya terparkir.   “Kenapa kau boleh mengendarai mobilmu sendiri dan aku tidak boleh?”tanya Kaly begitu turun dari mobil Axel tanpa menunggu pemuda itu membukakan pintu untuknya seperti biasa. Ditangannya terdapat sekantong makanan dari restoran tempat mereka makan beberapa saat lalu. Entah berapa kali Axel mendengar pertanyaan itu sejak Kaly kehilangan hak-nya untuk mengemudikan kendaraannya sendiri beberapa bulan yang lalu karena menabrak pagar sekolah. Sesuatu yang sebenarnya bisa dihindari kalau gadis itu mengaktifkan kendali otomatis dan bukannya nekad mengemudikan sendiri mobilnya dengan keahliannya yang sangat diragukan. Dan biasanya pertanyaan Kaly itu muncul disaat tak terduga seperti kali ini. Tidak ada satu situasi apapun sepanjang perjalanan menuju apartemennya yang bisa memunculkan pertanyaan seperti ini. “Karena kau sudah membuat Pa menyia-nyiakan dua mobilnya yang kau tabrakkan ke pagar sekolah. Pa bahkan memarahi Ma kalau ada satu goresan di mobilnya. Ma mungkin istri dan pasangan Pa, tapi otomotif jelas selingkuhan kesayangan Pa. Pa sangat menyayangi kendaraan miliknya. Dia tidak akan membiarkanmu menabrakkan mobilnya lagi. Kau bahkan tidak mencoba untuk menggunakan kendali otomatis, Kaly. Jadi, bagaimana bisa kau dipercaya lagi untuk mengendari mobilmu sendiri?”ucap Axel ringan lalu bergabung bersama Kaly dan berjalan memasuki lobby basement menuju deretan lift yang ada di sana sebelum memasuki salah satunya. Kaly merengut kesal mendengar ucapan Axel. Dia tahu kalau dia belum benar-benar mahir mengendarai mobil. Tapi tetap saja ada rasa iri saat Axel mendapatkan kendaraan barunya lagi setiap kali membuat prestasi dalam bidang apapun. Bahkan saat ini kendaraan pribadi Axel sudah berjumlah 5 unit. 3 unit mobil, 1 motor, dan yang terakhir adalah kendaraan yang membuat Kaly sempat merajuk seminggu penuh dan tidak bicara dengan siapapun, helijet. Kendaraan paling efisien untuk menempuh jarak jauh dalam waktu dekat dengan ukuran yang cukup mungil hingga bisa mendarat di sebuah lapangan basket. Axel mendapatkan helijetnya saat memenangkan penghargaan sebagai safety progammer paling muda setahun yang lalu di Athena. Tidak banyak orang di Inggris yang pernah menaiki helijet, dan Kaly yakin kalau lebih sedikit lagi warga London yang memiliki helijet pribadi. Selain karena harganya yang luar biasa mahal, helijet juga merupakan kendaraan keluaran terbaru tahun ini. Helijet hanya diproduksi 5 unit untuk Inggris dan total 99 unit untuk seluruh dunia. 3 diantara 5 kendaraan yang dimiliki Axel disimpan di rumah orangtuanya_termasuk helijet_dan dua di parkiran khusus apartemennya. “Uncle memang lebih menyayangimu daripada aku.”bisik Kaly lirih dan tiba-tiba memalingkan wajahnya dari Axel. Axel tidak membiarkan Kaly memalingkan wajahnya. Dengan cepat dia menahan dagu gadis itu dan membungkuk hingga matanya sejajar dengan Kaly. “Dan aku menyayangimu. Lagipula, darimana kau bisa mendapatkan pemikiran seperti itu? Mereka semua menyayangimu.”ucap Axel tulus lalu menambahkan dengan cepat, “Nanti, Kalyca, setelah kau kembali dari liburan dengan keluargamu, aku akan mengajarimu menyetir selama sisa liburanmu. Kalau kau memang sudah mahir, aku sendiri yang akan mengatakan pada Uncle kalau kau sudah bisa memiliki mobil lagi.” “Aku tidak ingin Papa yang membelikannya. Aku ingin Uncle yang memberikannya. Pilihan Papa tidak pernah sebaik pilihan Uncle.”gumam Kaly pelan sambil mengalungkan lengannya di leher Axel. “Baiklah. Aku akan membujuk Pa agar membelikanmu mobil dengan syarat kau benar-benar harus mahir mengendaRainhartya dengan atau tanpa kendali otomatis. Bahkan akupun akan digantung Pa di puncak Tower kalau kau kembali merusak mobil pemberiannya.”janji Axel saat melingkarkan kedua lengannya di pinggang Kaly dan menarik gadis itu ke pelukannya, erat. “Aku menyayangimu!”seru Kaly puas karena aksi merajuknya berhasil membuat Axel berjanji. Axel terkekeh pelan dan kembali mengacak rambut belakang Kaly. Gadis itu tidak pernah tahu kalau satu-satunya kendaraan yang diberikan pada Axel hanyalah sedan perak yang tadi mereka kendarai. Selain itu, Axel membayar setiap sen untuk harga kendaraan lain yang dimilikinya, termasuk untuk helijet mewah yang kini terparkir manis di rumah orangtuanya. Tapi Axel tidak ingin mengatakan semua itu pada Kaly. Axel suka kalau orang lain mengira dia hanyalah pemuda yang tidak bisa apa-apa dan hanya menerima pemberian orang lain, bahkan kalau orang itu adalah Kaly. Yah, setidaknya selain Pa dan Ma, tidak ada yang tahu masalah itu.pikir Axel tanpa merasa bersalah. “Aku juga, Kaly. Aku juga menyayangimu.”ucap Axel ringan tanpa melepas pelukannya di tubuh Kaly hingga lift berhenti di lantai 37. Pintu lift terbuka tepat saat keduanya saling melepas pelukan mereka. Namun sebelum Axel melangkah keluar dari lift, Kaly mencengkram pergelangan tangan Axel dengan kuat_yang pastinya membuat pemuda itu menatap Kaly bingung. Kaly menarik Axel kembali ke dalam lift. “Ada apa, Kaly?” “Ada bau anjing.”gumamnya tidak senang lalu mengulurkan tangan untuk menekan salah satu tombol untuk menutup pintu sebelum kembali menekan huruf B1 tempat dimana mobil Axel terparkir. Axel tahu kebencian Kaly pada segala jenis anjing. Dia tidak bisa menyalahkan gadis itu. Pengalamannya bersama mereka tidak ada yang menyenangkan. Karena itulah Kaly lebih bisa merasakan kehadiran para anjing lebih dari siapapun, termasuk Axel. Tapi satu hal dari Kaly yang sangat dikagumi Axel adalah kemampuan gadis itu untuk bertahan di sekolah saat ada banyak anjing berada di sekitarnya. “Ada banyak yang seperti itu di gedung ini, Kaly. Kau sudah lama tidak mampir makanya kau tidak tahu. Bahkan tetangga sebelahku adalah salah satunya, meski aku belum pernah bertemu dengan mereka secara langsung.” Kaly mendecak kesal, “Bisa-bisanya kau tinggal disini. Sudah cukup aku tidak bisa menghindari mereka di sekolah dan sekarang aku harus bertemu mereka di apartemen ini. Kau harus meminta Uncle untuk memindahkanmu ke apartemen baru. Aku tidak bisa mampir kalau masih ada anjing disana apalagi disebelah rumahmu. Aku tidak akan pernah datang kesana.” “Pa sudah mencarikan dan memberikan yang terbaik untukku, Kaly. Tidak ada tempat yang lebih baik dari gedung ini. Kalaupun ada, maka tempat itu adalah rumahku atau rumah Pa.” “Kalau begitu, kenapa kau tidak tinggal bersamaku di rumah Uncle saja, El? Kau dulu selalu suka berada disana.” “Sampai sekarang aku masih suka tinggal disana. Hanya saja dari Harrow ke kampusku sangat jauh, Kaly. Dan kau akan susah kalau orang-orang tahu kita tinggal serumah. Aku sudah cukup banyak dimusuhi karena selalu mengantar dan menjemputmu setiap hari.”ujar Axel cepat begitu denting lift kembali terdengar dan mereka sudah berada di basement kembali. “Tapi kaum wanita selalu memujamu, Axel.”ujar sebuah suara tepat saat pintu lift terbuka seutuhnya. Kaly tidak perlu memastikan siapa pemilik suara itu lebih dulu karena dia langsung menghambur keluar dan masuk dalam pelukan seorang wanita cantik yang berdiri di lobby basement. Meski lebih sering menghabiskan waktu di London daripada di rumahnya sendiri selama 15 tahun terakhir, Kaly tidak mungkin melupakan suara lembut itu. Axel tersenyum melihat Kaly memeluk ibunya erat. Dibelakang mereka seorang laki-laki bertubuh jangkung memperhatikan kedua perempuan itu dengan tatapan penuh cinta dan keposesifan mutlak sebelum mengalihkan perhatian untuk menatap Axel. Tidak ada yang berbahaya dari penampilan laki-laki jangkung itu. Dia hanya mengenakan kemeja putih dan celana denim hitam, lengkap dengan mantel hitam selutut. Tapi jangan pernah menyentuh apa yang dilindunginya kalau tidak ingin melihat murka dari seorang raja. “Cepat sekali kalian sampai, Uncle. Aku pikir kalian baru akan tiba nanti sore.”sapa Axel sambil menghampiri keluarga kecil yang bahagia itu. “Hanya tidak ingin membuang waktu lebih lama lagi. Terkadang kalian perlu diingatkan kalau kalian punya orangtua dan rumah sendiri.”gumam Zac sambil melirik putrinya yang masih memeluk ibunya. Axel terkekeh mendengar teguran samar itu. Dia tahu kalau teguran itu memang ditujukan untuknya dan Kaly. Dirinya dan Kaly memang lebih suka menghabiskan waktu di London daripada di rumah mereka masing-masing. Di London, mereka mendapatkan apa yang tidak mereka dapat setiap kali berada di rumah. Kebebasan. Mereka bisa pergi kemana saja tanpa pengawal. Tidak ada bayang-bayang yang mengikuti setiap jejak langkah mereka. Tidak ada tempat-tempat yang tidak boleh mereka datangi. Tidak ada orang-orang yang merasa terintimidasi oleh kehadiran mereka. Tidak ada orang yang takut untuk menyapa atau berdekatan dengan mereka. “Tentu saja kami ingat keduanya, Uncle.”sahut Axel cepat. “Ngomong-ngomong, kenapa kalian tahu kalau kami ada disini?”tanya Axel kemudian. “Harvey memberitahu kalau Kaly pulang bersamamu kesini.”sahut Zac datar. “Kenapa kalian tidak ke Acasa Manor saja?” Axel mengenal nama yang baru saja disebut oleh ayah Kaly itu. Harvey Salah seorang pengawal Kaly yang selalu mengikuti gadis itu kemanapun dia pergi meski Harvey tidak menunjukkan sosoknya dihadapan mereka selama ini. Setidaknya Axel bersyukur karena Harvey adalah pengawal Kaly, bukan dirinya. Axel akan mengalami gangguan jiwa lebih dulu sebelum sempat merasakan kebebasan kalau mendapatkan pengawalan dari Harvey. “Kaly ingin kesini. Tapi sepertinya tetangga baruku membuatnya tidak nyaman. Kami baru saja akan ke Acasa Manor.” “Tetangga baru?”ulang Gabby bingung sambil menatap Axel dan Kaly bergantian. Gabby mengenal Kaly dengan sangat baik. Putrinya sangat mudah bergaul dengan siapa saja kecuali satu kaum. Hanya ada satu kaum yang membuat putrinya sangat antipati hingga seperti saat ini dan itu semua karena neneknya yang memberikan kesan buruk setiap kali berkunjung ke rumah mereka. Tapi mengingat gedung ini dimiliki oleh musuh kaum itu, rasanya aneh kalau ada kaum itu yang tinggal di gedung ini. Apalagi mengingat kebiasaan mereka yang lebih suka tinggal di rumah-rumah dengan halaman luas yang menyatu dengan alam, bukan unit apartemen mandiri.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Romantic Ghost

read
162.5K
bc

Mrs. Rivera

read
45.5K
bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
60.7K
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
76.1K
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
76.1K
bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.2K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook