2

3414 Words
“Ya, Aunty. Memang mereka. Meski banyak yang bisa membuat Kaly kesal, tapi hanya mereka yang bisa membuat Kaly memilih untuk menghindar daripada harus membangkitkan kekesalannya. Keluarga yang baru datang dari Korea kalau mendengar cerita tetangga. Dan aku juga cukup heran dengan pilihan mereka untuk tinggal di apartemen. Sangat jarang sekali kaum mereka mau menetap di tempat yang tidak memiliki halaman sendiri.”sahut Axel cepat. “Astaga. Pasti mereka tidak tahu siapa pemilik gedung ini. Kalau mereka tahu mereka pasti akan berpikir ribuan kali sebelum membeli salah satu unit disini. Setidaknya, selama ini aku belum pernah melihat kelompok yang mau tinggal di properti musuhnya.”seru Gabby tidak percaya. “Aku juga tidak percaya, Ma. Tapi aku belum pernah salah mengenali bau mereka.”gumam Kaly tanpa menyembunyikan kekesalannya. Gabby tersenyum maklum pada melihat putrinya sebelum kembali menatap Axel. “Apalagi yang akan kau lakukan, Axel? Apa kau tidak mendapat panggilan pulang seperti biasanya?” Axel tersenyum mendengar pertanyaan itu. Siapapun yang mengenalnya dengan sangat baik seperti mereka pasti tahu kalau Axel diperintahkan untuk pulang minimal seminggu sekali. Dan hari ini sudah menjadi hari ke-20 bagi Axel di London tanpa sekalipun pulang ke rumahnya. Situasi yang cukup ajaib. “Sebenarnya Dad menyuruhku pulang, Aunty. Tapi kali ini aku memilih untuk liburan disini saja. Dan Dad bilang kalau dia akan mengusahakan untuk datang bersama Mom begitu situasi memungkinkan. Lagipula, Kaly sudah menyelesaikan sekolahnya, dan kalian hanya akan jarang berkunjung ke sini seperti sebelumnya.” “Ayahmu itu sekarang jarang muncul disini. Hanya anak buahnya yang sering berhubungan dengan kami disini. Padahal dulu dia bahkan tidak pernah meninggalkan London lebih dari dua hari.”gumam Zac datar tanpa mengomentari ucapan terakhir Axel. “Rasanya Dad memang sudah lama tidak berkunjung kemari, Uncle. Tapi Dad memiliki banyak masalah disana, Uncle, walau menurutku tidak ada yang terlalu mendesak. Dad selalu meluangkan waktunya untuk keluarga dan orang-orang yang dipedulikannya meski tidak bisa datang kesini.”sahut Axel yang semakin lama semakin mengerti akan besarnya tanggung jawab yang ada di bahu Navaro dan merasa bersalah karena dulu terlalu sering bersikap egois dengan menyita banyak waktu milik ayahnya. “Ya. Dia harus menjaga kedamaian dunia, bukan?”tanya Zac ambigu. “Berarti kau akan pulang ke Acasa Manor, Kid?” Axel mengangguk singkat. “Kita bisa pergi bersama. Ada beberapa hal yang harus kukatakan pada Wren sebelum kami pergi.” “Tapi aku harus mengambil beberapa barang dulu, Uncle. Kalian bisa pergi duluan kalau mau. Aku akan menyusul sebentar lagi.”tolak Axel halus. “Kenapa kau tidak ikut dengan kami saja, Axel? Kita bisa pergi bersama ke Acasa Manor.”tanya Kaly cepat. Axel tersenyum, “Aku harus kembali ke atas dulu, Kaly. Kau, aunty, dan uncle bisa pergi lebih dulu.” “Kami akan menunggumu di mobil, Axel. Kaly pasti tidak ingin kembali ke atas, tapi aku juga yakin kalau dia tidak akan bersedia kalau kami meninggalkanmu dan berangkat lebih dulu. Apalagi setelah ini kalian akan jarang bertemu. Jadi, sudah diputuskan kalau kita akan pergi bersama ke Acasa Manor.”putus Gabby cepat sebelum ada yang bicara lagi. “Baiklah. Tunggu sebentar. Aku tidak akan lama.”pamit Axel yang langsung berbalik dan masuk kembali ke dalam lift untuk naik ke unit apartemennya. Gabriella Hudson mungkin terlihat lembut dan lemah. Siapapun tidak akan pernah menyangka kalau wanita bertubuh mungil itu bisa melakukan hal-hal yang sanggup membuat para pengawal suaminya memohon ampun sambil berlutut. Karena itulah di sepanjang usianya, Axel tidak pernah berani mencari masalah dengan ibu Kaly itu. Axel tidak ingin menguji keberuntungannya. Jadi, kali ini pun Axel memilih untuk mematuhi Gabby daripada mencari masalah dengan wanita itu. Lagipula, Axel memang lemah terhadap wanita-wanita yang disayanginya. Dia tidak pernah bisa membantah mereka. Apalagi untuk dua wanita paling penting dalam hidupnya. Mom dan Ma-nya. ***  “Ada lagi?”tanya Navaro ketika Javas selesai memberikan laporannya. Javas tidak langsung menjawab pertanyaan Navaro. Bahkan setelah beberapa dekade berlalu sejak El Rey pindah ke curia orangtuanya, Javas masih merasa tidak nyaman dengan tempat itu. Tidak hanya Javas yang merasa seperti itu tapi seluruh anggota Cadre 7 tidak nyaman saat berada di curia orangtua Navaro. Curia orangtua Navaro terdapat di sebuah pulau kecil di selatan daratan utama Regnum Angelorum yang dinamakan Calluella Isle sesuai dengan nama ibu Navaro, Cerubhim sebelumnya. Tidak banyak pulau-pulau yang terdapat di Regnum Angelorum apalagi yang dimiliki secara pribadi. Calluella Isle memang merupakan pulau yang diakui seluruh penghuni Regnum Angelorum sebagai milik pasangan Cerubhim tersebut. Tidak pernah ada yang tahu sejak kapan Calluella dan Dragunov sudah menempati pulau itu. Di tengah pulau itulah berdiri sebuah curia megah dan indah yang dulu dimiliki oleh pasangan Cerubhim terkuat itu, Calluella dan Dragunov. Sampai empat dekade lalu, Navaro masih tinggal di curianya sendiri di tengah daratan utama Regnum Angelorum berdampingan dengan curia-curia milik malaikat lainnya. Curia Navaro sendiri merupakan bangunan megah yang sangat indah dengan desain yang menyerupai bangunan-bangunan di bumi. Navaro juga sering menerima kunjungan dari malaikat lain yang berusaha mendekatinya atau memang sudah menjadi bagian dari teman-temannya. Tapi setelah memiliki keluarga dan keturunan, sejak mulai mengemban tanggung jawabnya atas keamanan dunia para makhluk ciptaan-Nya, Navaro pindah ke curia orangtuanya. Sejak saat itulah Javas dan anggota Cadre 7 lainnya merasa terintimidasi bahkan hanya dengan menginjakkan kaki di Calluella Isle. Sejak saat itu juga Navaro tidak pernah mendapat kunjungan dari malaikat lain selain anggota Cadre 7. Palacio de Luz_nama yang diberikan Navaro untuk curia orangtuanya­_merupakan bangunan yang sangat indah. Dinding-dindingnya berwarna putih dengan bercak biru lembut yang nyaris tak terlihat. Ruangan-ruangannya sangat luas dan banyak. Cahaya lembut kekuningan menerangi setiap sudut curia tanpa terkecuali seolah setiap inci dari curia itulah yang memancarkan cahaya. Palacio de Luz terbentuk dari banyak dinding kaca dibandingkan bahan lainnya sehingga bila dilihat dari luar, curia itu akan terlihat seperti kristal kuning bening bercahaya di tengah rerumputan hijau yang mengelilinginya. Tidak sampai 100m dari Palacio de Luz terdapat perairan yang mengelilingi Calluella Isle yang sekaligus berfungsi sebagai benteng pertahanan Palacio de Luz. Tidak ada yang tahu bagaimana bisa perairan itu menjadi benteng untuk Calluella Isle. Tapi kalau mengingat pemilik pulau itu adalah pasangan Cerubhim terdahulu, maka tidak akan ada yang meragukannya fungsi perairan tersebut. Keindahan itu mungkin akan mempesona siapa saja yang mengunjungi Calluella Isle jika gaung kekuatan yang mengelilingi Calluella Isle tidak begitu mengintimidasi dan mengeluarkan ketakutan terdalam seseorang, siapapun mereka. Gaung kekuatan itu bahkan sudah terasa sebelum melintasi perairan yang mengelilingi Calluella Isle. Javas sama sekali tidak tahu bagaimana El Rey mereka bisa bertahan ditengah pusat gaung kekuatan dahsyat yang begitu mengintimidasi itu dan merasa nyaman dengan semua itu hingga tidak berniat pindah ke curia miliknya sendiri di daratan Regnum Angelorum. “Javas?”panggil Navaro lagi saat anggota Cadre-nya itu tidak juga menjawab pertanyaannya. Javas tersentak dan langsung menatap Navaro menyesal. “Maaf, El Rey. Saya masih belum terbiasa dengan suasana disini.”sahut Javas jujur karena bagaimanapun juga Navaro pasti akan tahu isi pikirannya. Navaro tidak membantah kenyataan itu. Hanya sedikit sekali yang bisa bertahan di tengah tekanan kekuatan Calluella Isle. Bahkan setelah 4 dekade tinggal di Palacio de Luz, Navaro masih belum tahu bagaimana orangtuanya bisa meninggalkan jejak kekuatan yang begitu besar seperti ini bahkan setelah dua milenia berlalu sejak eksekusi mereka. Navaro ingin sekali mengetahui rahasia itu agar bisa melindungi curianya sendiri ataupun rumahnya di bumi. Karena itu Navaro tidak bisa menyalahkan satupun anggota Cadre-nya yang selalu gelisah seperti rusa di dalam sarang macan setiap kali berkunjung ke Calluella Isle. Dan entah kenapa Navaro tahu kalau archangel sekalipun akan merasa tidak nyaman berada di Calluella Isle sama seperti anggota Cadre-nya. “Memang tidak mudah. Tapi berusahalah. Anggap saja ini latihan untuk menambah kekuatanmu.”gumam Navaro, “Apa ada lagi yang kau temukan?” Javas berusaha memusatkan perhatiannya pada sosok Navaro yang duduk di balik meja kayu tua di ruang kerjanya. Selain fakta kalau sayapnya yang berwarna biru dan kemampuannya bertahan di tengah gaung kekuatan kuno, tidak ada bukti yang menunjukkan kalau Navaro de El Rey adalah Cerubhim. Navaro lebih terlihat seperti remaja alih-alih seorang kepala keluarga dengan satu putera. Dan dia lebih terlihat seperti manusia daripada seorang malaikat. “Satu anak lagi menghilang, El Rey. Kali ini kejadiannya di Indonesia. Kami masih berusaha menyelidiki garis keturunannya, tapi sampai saat ini, dari 5 anak yang menghilang, baru satu yang bisa kami dapatkan. Kuriko Yamamoto, gadis 17 tahun yang menghilang dari sekolahnya di Osaka, memiliki seorang shaman dari garis keturunan ibunya. Shaman kuno yang disebut ‘Raja Bintang’.” “Shaman...”gumam Navaro pelan, “Tidak ada lagi istilah itu saat ini dimanapun. Raja Bintang adalah shaman yang hidup saat aku masih menjadi malaikat muda. Dia sangat kuat dan sangat berkuasa, nyaris seperti memiliki kekuatan setara malaikat. Shaman Mirip sekali dengan Oracle, walau kekuatan mereka jauh lebih hebat mengingat mereka bisa menggunakan spirit alam. Waktu tidak akan mengikis habis kekuatan yang diwariskannya melalui ikatan darah karena kekuatan shaman berasal dari alam. Meski sampai sekarang aku tidak tahu siapa yang memberi kekuatan sebesar itu pada manusia.” “Si. Setelah ‘Raja Bintang’ meninggal, kekuatan baru muncul setelah beberapa generasi kemudian. Kuriko Yamamoto diketahui bisa meramal masa depan dan sudah bekerja untuk menghidupi keluarganya selama 2 tahun dari hasil meramal orang lain. Sampai keluarganya kehilangan gadis itu, tidak satupun ramalan Kuriko Yamamoto yang tidak terjadi.”sahut Javas setuju. Navaro mengangguk paham. “Selidiki yang lain, Javas. Entah kenapa aku memiliki firasat buruk tentang masalah ini. Penculikan manusia tidak seharusnya menjadi urusan kita. Ada banyak manusia yang menghilang setiap harinya baik itu diinginkan atau tidak, tapi kalau firasatku dan Eliza sudah mengatakan hal yang sama, kita harus bersiap untuk segala kemungkinan.”ucap Navaro datar. “Si. Apa Oidhre tidak pulang kali ini, El Rey?” “Tidak, Javas. Axel tidak pulang. Kami yang akan mengunjunginya di Acasa Manor. Axel protes kalau kami sudah lama tidak mengunjunginya disana. Lagipula aku ingin melihat sendiri bagaimana keadaan disana setelah sekian lama.”sahut Navaro tanpa sadar tersenyum saat mengucapkan nama puteranya. “Saya mengerti. Kalau begitu saya kembali bertugas, El Rey. Sampaikan salam hormat saya untuk Oidhre dan Mistress.”ujar Javas sebelum membungkuk singkat lalu keluar dari ruang yang diklaim Navaro sebagai ruang kerjanya. Navaro menatap keluar dari jendela ruang kerjanya. Di arah yang sama, diuLiamg lain Regnum Angelorum, terdapat curia Seraphim. Navaro harus mengabarkan kepergiannya pada Seraphim lebih dulu. Tapi bila mengingat apa yang dilakukan Seraphim selama beberapa waktu belakangan, maka akan sia-sia saja mendatangi curianya. Aku akan turun ke bumi, Seraphim. Hening. Namun, hembusan angin yang menggerakan dahan pepohonan di luar sudah menjawab ucapan Navaro. Sejak Navaro mengambil alih tanggung jawabnya di Regnum Angelorum, Seraphim mulai mengurangi campur tangannya terhadap segala hal di dunia. Dia bahkan tidak mengizinkan siapapun mendatangi curianya termasuk Cadre 10. Interaksi Navaro dengan Seraphim selama 4 dekade terakhir lebih berupa interaksi telepati dan respon alam. Seraphim tidak membalas telepati Navaro secara langsung, dia menjawabnya melalui alam. Setidaknya Navaro tahu kalau Seraphim belum berevolusi. Karena kalau seorang malaikat berevolusi, dia akan memutus hubungannya dengan apapun selain dirinya sendiri dan Sang Pencipta. “Berangkat sekarang?”tanya sebuah suara feminin dari arah pintu ruang kerja Navaro. Eliza berdiri disana menatap Navaro sambil tersenyum. Eliza memilih untuk menjauh setiap kali Navaro kedatangan anggota Cadre-nya walaupun Navaro tidak pernah merahasiakan apapun dari Eliza dan pasti akan menceritakannya kembali saat mereka sedang berdua. Eliza lebih suka mendengar dari Navaro tentang pekerjaannya karena dengan begitu dia akan memiliki banyak waktu untuk memanjakan pasangannya mengingat Eliza terkadang juga sering meninggalkan Navaro saat para Oracle membutuhkannya. Selain Navaro, hanya Eliza dan Axel-lah yang sama sekali tidak terpengaruh dengan gaung kekuatan di Calluella Isle. Navaro mengulurkan tangannya ke arah Eliza tanpa bicara. Mereka tidak perlu bicara untuk berinteraksi. Eliza tahu segalanya tentang suaminya, begitu juga sebaliknya. Masih dengan senyum lembut di wajahnya, Eliza melangkah mendekati Navaro hingga dia bisa meraih tangan Navaro dan duduk di pangkuan sang malaikat biru. “Rasanya aku sudah tidak sabar untuk pergi ke Acasa Manor, Navaro.”ucap Eliza lembut. “Aku juga merindukan putera kita, Sayang.”bisik Navaro serak saat menempelkan bibirnya di bibir Eliza sebelum cahaya lembut mengelilingi tubuh keduanya dan melebur menjadi butiran cahaya saat keduanya berteleportasi. *** Kaly menutup mulutnya saat menahan kantuk yang sejak tadi ditahannya. Walau mengantuk adalah hal yang aneh jika melihat siapa orangtuanya, tapi bagi Kaly itu bukan hal yang aneh karena dia memang dibesarkan dengan cara manusia. Perlahan tubuhnya mulai bersandar ke satu-satunya tubuh terdekat yang duduk di sebelah kirinya. Sudah lebih dari dua jam ayah dan pamannya berdebat entah tentang apa dan sama sekali tidak terlihat ingin mengakhiri debat itu dengan segera. Bahkan tidak satupun dari keduanya terlihat lelah akibat berdiri dan berdebat selama beberapa jam. “Berbaring disini saja, Sayang.”ucap Lily sambil menarik merebahkan kepala Kaly di pangkuannya dan mengelus lembut rambut pirang halus milik gadis itu. “Tidak tahu kenapa mereka berdua bisa berdebat selama itu dan kenapa Mama bisa bertahan di dapur sampai saat ini.”ucap Kaly pelan. Lily terkekeh mendengar ucapan Kaly. “Tidurlah. Jangan pikirkan apa yang mereka lakukan saat ini.”ucap Lily lembut. “Kau juga, Ace. Kau sudah sangat besar sekarang, aku tidak bisa lagi membiarkanmu tidur bersandar padaku.”tambah Lily pada Axel yang juga menyandarkan tubuhnya di sisi tubuh Lily sebelah kiri. “Belum mengantuk, Ma. Aku hanya sedang berpikir kalau Pa dan Uncle Zac ternyata tahan untuk saling menyanggah selama ini.”ucap Axel benar-benar kagum karena dua dari sedikit orang yang dikaguminya berdebat selama 2 jam penuh di hadapannya tanpa berpindah posisi sedikitpun. “Jangankan untuk bicara, Wren bahkan bisa duduk diam berjam-jam tanpa menggerakkan satupun anggota tubuhnya.”ujar sebuah suara dari belakang sofa tempat ketiganya duduk. “Dia pernah melakukan hal itu selama 7 jam penuh dan tidak mengubah posisi tubuhnya sedikitpun.”tambah suara baru itu. Tidak hanya Lily, Kaly, dan Axel yang langsung menoleh ke arah sumber suara, tapi Wren dan Zac juga melakukan yang sama hingga menghentikan perdebatan mereka. Meski tahu kalau hanya beberapa orang yang bisa berteleportasi masuk ke dalam Acasa Manor, mereka tetap saja terkejut melihat Navaro dan Eliza muncul di ruangan itu sambil berpelukan mesra. Senyum bahagia mengembang di wajah Axel saat melihat siapa yang berdiri di sana. Dalam sekejap Axel sudah memeluk Eliza dengan erat. “I miss you, Mom.”seru Axel polos. Eliza menepuk punggung Axel pelan lalu membalas pelukan puteranya. “Mom juga, Sayang.”ucap Eliza sebelum mendorong tubuh Axel agar melepaskan pelukannya. “Berikan juga pelukan untuk ayahmu, Nak.” Axel menyeringai lebar sebelum berputar dan memeluk ayahnya erat. Tidak ada kata-kata diantara mereka. Hanya ada tepukan lembut di punggung Axel oleh Navaro sebelum sama-sama melepaskan pelukan mereka. Meski mereka berdua adalah ayah dan anak, tapi tidak ada satupun ciri fisik Navaro yang diikuti oleh Axel. Pemuda itu bahkan memiliki tubuh yang lebih tinggi dan besar dari ayahnya serta wajah khas keturunan barat seperti ibunya, bukan wajah khas asia seperti Navaro. Kalau dulu Navaro sering tidak dianggap sebagai malaikat karena sikapnya yang terlalu masa bodoh terhadap apapun, maka Axel sering dianggap bukan putera Navaro karena fisiknya terlalu berbeda dari ayahnya. Hanya sayap Axel yang menunjukkan darah siapa yang mengalir dalam tubuhnya. “Tidak pernah datang dengan cara wajar.”gerutu Zac lalu kembali menatap Wren, “Aku akan menyuruh klan Ursa-ku untuk kesini, Wren. Tidak ada perdebatan lagi.” “Orang-orangku lebih dari cukup untuk melindungi semuanya, Zac. Klan-mu punya hal lebih penting untuk dilakukan daripada menghabiskan waktu bolak-balik Inggris-Kanada. Lagipula tugas Harvey disini sudah selesai. Kaly sudah menyelesaikan sekolahnya. Jangan melangkahi otoritasku disini, Zac, kalau kau memang peduli padaku.” Navaro menatap kedua vampir itu sebelum menoleh pada puteranya. “Apalagi yang mereka permasalahkan?”tanya Navaro malas. “Penambahan perlindungan, Dad. Pa yakin kalau itu tidak perlu, tapi Uncle Zac juga yakin kalau semua itu penting dilakukan.”sahut Axel cepat, “Aku tidak mengerti.” “Tenanglah.”sela Eliza yang dengan sengaja membiarkan kekuatannya mengalir memenuhi ruang santai Acasa Manor itu dan membuat semua ketegangan yang ada perlahan menghilang. “Kalian tidak malu bertengkar seperti anak kecil di depan anak-anak dan wanita?”tanya Eliza cepat. “Mereka bukan anak-anak lagi.”balas Zac tidak kalah cepat lalu merengut saat mendapat tatapan menegur dari Wren dan Lily sebelum melirik Kaly. Zac bahkan lebih sering memperlakukan Kaly seperti seorang bayi yang tidak bisa melakukan apapun alih-alih seorang gadis yang beranjak dewasa. Eliza mengangkat jarinya lalu menggoyangkannya ke kiri dan kanan pada Zac. “Jangan membantah, Zac.”tegur Eliza sambil tersenyum, “Dan bisa-bisanya kau membiarkan mereka bertingkah seperti itu, Lily. Kau seharusnya bisa membuat mereka bersikap lebih dewasa.”tambah Eliza yang kali ini ditujukan pada Lily. Lily hanya tersenyum sambil menepuk tempat kosong di sebelahnya tempat Axel tadi duduk. “Aku suka melihat mereka seperti itu. Duduk disini, Eliza. Aku merindukanmu.”ujar Lily ringan. Langkah ringan terdengar mendekati ruang santai hingga sosok Gabby muncul dengan nampan berisi cangkir-cangkir teh dan biskuit. “Astaga. Kalian sudah sampai?”seru Gabby saat menyadari kehadiran Navaro dan Eliza bersama yang lain. “Lama sekali, Ma?”gumam Kaly yang masih berbaring di pangkuan Lily. Gabby melewati yang lainnya dan meletakkan nampannya di atas meja sebelum duduk di sofa lain yang berdekatan dengan tempat Lily duduk. Meski telah hidup berpuluh tahun bersama vampir, Gabby tetap suka mengikuti kebiasaan hidup manusia, terutama kebiasaan bangsawan Inggris yang selalu punya waktu untuk minum teh setiap harinya. “Memanfaatkan persedian di dapur mereka, Sayang. Lily tidak bisa membuat kue, tapi persediaan tepung dan margarinnya cukup banyak untuk membuat kue kering. Rasanya bukan masalah menghabiskan apa yang ada mengingat tidak akan ada lagi yang membantu menghabiskan semua makanan itu kalau kau pergi.”jelas Gabby ringan. “Kenapa kalian cuma berdiri saja?”tanya Gabby lagi pada Eliza dan Navaro. Eliza tersenyum lalu memutari sofa Lily dan duduk di tempat kosong tempat Axel duduk sebelumnya. Navaro mengambil sofa tunggal di seberang Lily sementara Axel duduk di lantai dan bersandar di antara kaki ibunya dan Lily. “Sudah lama sekali kita tidak berkumpul seperti ini.”ujar Lily tiba-tiba sambil mengedarkan pandangannya lalu berhenti untuk menatap Wren. “Kalau Aleandro dan Amelia bisa datang, rasanya pasti akan lengkap. Jadi, bisakah sudahi saja perdebatan itu dan duduk disini?”tanya Lily tenang sambil mengulas senyum pada Wren. Senyum simpul namun mengandung ancaman yang langsung diketahui oleh Wren. Lanjutkan perdebatan itu saat semua orang disini, dan lihat apa yang bisa kulakukan padamu. Seperti itulah pesan yang ditangkap Wren saat melihat senyum istrinya. Karena itu Wren langsung menatap Zac sedetik kemudian. Dan memutuskan untuk membujuk Zac agar mengakhiri pembicaraan mereka sebelum terjadi sesuatu padanya nanti. “Lakukan apa yang kau inginkan dan aku juga akan melakukan apa yang kuinginkan. Apapun caranya, aku akan memulangkan orang-orangmu, Zac.”ucap Wren serius lalu melirik Lily yang masih tersenyum padanya. Pelan, Wren menggigit bibirnya pasrah. “Dan karena istriku sudah memberikan ancaman, lebih baik kita duduk bersama yang lain, Zac. Lily benar, sudah lama sekali kita tidak berkumpul bersama seperti ini dengan santai.” Zac menatap keadaan di ruang santai itu lalu mendesah pasrah. Dulu, Zac pasti akan memilih langsung pulang ke ‘gua’nya daripada duduk bermalas-malasan sambil ‘menggosip’ seperti yang dia lakukan sejak menikah dengan Gabriella. Tanpa menunggu lagi, Zac melangkah menuju tempat kosong di sebelah istrinya, dan duduk disana sebelum menarik Gabby dalam rengkuhan lengannya. Wren sendiri ingin duduk di sebelah Lily, namun karena tidak ada lagi tempat kosong di sebelah istrinya itu, Wren harus pasrah dan memilih duduk di sofa tunggal seperti yang Navaro lakukan. Wren tidak mungkin mengusir Eliza ataupun Kaly dari sofa. Dan dia juga tidak mungkin ikut duduk di lantai bersama Axel yang sudah lebih dulu mendapatkan tempat paling strategis untuk dekat dengan ibunya namun tetap tidak meninggalkan Lily. Kalau saja Wren tidak menyayangi Axel seperti puteranya sendiri dan pemuda itu juga bukan putera Navaro, Wren pasti sudah menghabisi Axel karena berani menyentuh Lily dan mengklaim tempat yang seharusnya menjadi milik Wren. Tapi sayangnya, Wren menyayangi Axel seperti puteranya sendiri. Tidak satupun dari para laki-laki maupun wanita dewasa disana yang berpikir kalau mereka akan berakhir dengan memiliki pasangan, anak, dan keluarga ‘tanpa hubungan darah’ yang penuh cinta seperti ini. Mereka semua ‘dulu’ terlalu nyaman dengan kehidupan pribadi mereka, tidak mempercayai cinta, apalagi memikirkan untuk memiliki pasangan tetap atau menikah. Perdebatan antara Wren dan Zac akhirnya berakhir. Kini suasana ruang santai diwarnai dengan obrolan ringan tentang berbagai macam cerita. Dan karena mengingat tidak satupun dari mereka semua yang manusia, pembicaraan itu berlanjut hingga berjam-jam kemudian.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD