bc

After the Accident

book_age16+
11.5K
FOLLOW
90.8K
READ
love after marriage
pregnant
boss
drama
sweet
like
intro-logo
Blurb

Elea tidak akan menyangka akan hamil di luar nikah dengan orang yang sama sekali tak ia sangka. Sosok Gandhi bukanlah lelaki yang ia idamkan, bukan yang ia cintai juga. Hanya karena 'kecelakaan' satu malam, semua hancur begitu saja. Ditambah, setelah menikah ia mengetahui suatu fakta yang cukup mencengangkan. Fakta yang lelaki itu sembunyikan darinya.

chap-preview
Free preview
BAB 1
"Ayo El, cepetan, gue mau nunjukin sesuatu sama lo. Lo harus tahu pokoknya," ujar Raina seraya menyeret Elea melewati lobi kantor yang tampak begitu ramai dengan beberapa karyawan yang hilir-mudik ke sana-ke mari itu. Perempuan bernama lengkap Arcetta Elea itu kemudian memutar bola matanya, melihat tingkah menyebalkan sang rekan kerja sekaligus sahabat sehidup sematinya itu. "Iya, iya, Mbak. Tapi, jelasin dulu apa yang mau lo tunjukin sama gue?" Belum sempat Raina menjawab, Elea kembali berbicara. "Oh gue tahu, lo mau beliin gue makanan, kan?" terkanya dengan wajah antusias membuat Raina berdecak kesal. "Udahlah Le, kita harus cepet-cepet, nggak punya waktu lagi nih sebelum si b******k itu pulang. Lagian ya, gue lagi bokek, ini kan tanggal tua, jadi jangan mimpi mau gue traktir." Elea mengerutkan keningnya. Ia bingung dengan siapa yang dimaksud si b******k itu. "b******k? Siapa?" tanyanya heran. "Ck! Entar lo bakal tahu sendiri!" Raina menyahut dengan ketus dan Elea hanya memutar bola matanya lantaran kesal dengan tingkah menyebalkan Raina. "Ih, elo Le, Jangan lelet-lelet dong jalannya, kayak putri keraton aja. Kalau gue ngomong langsung nih ya sama lo, tanpa bukti yang konkret lo nggak bakalan percaya sama gue," cerocos Raina karena Elea malah memperlambat langkahnya itu. "Iya-iya, huh!" Elea pun mempercepat langkahnya, mengikuti sang rekan kerja yang saat ini berjalan menuju area samping kantor---lebih tepatnya menuju tempat parkir para karyawan kantor---dengan wajah tertekuk. "Le, coba lo liat ke sana deh," tunjuk Raina pada salah satu mobil yang terparkir cantik di area yang dipenuhi oleh kendaran-kendaraan dari yang mewah sampai yang biasa-biasa saja itu. Elea mengalihkan atensinya pada mobil yang Raina tunjuk. Wajahnya yang semula tertekuk lantas berbinar tatkala melihat mobil sang kekasih lah yang berada di sana. "Eh, itu mobil pacar gue Rain. Nggak biasa-biasanya dia ke sini, mungkin mau jemput gue kali ya?" katanya terlampau bersemangat. Raina berdecak pelan. Sahabatnya itu tak tahu saja apa yang sedang terjadi di dalam mobil itu. Tadi, saat ingin pulang, Raina tak sengaja mendengar desahan samar dari dalam mobil itu. Karena rasa penasaran akut, Raina memutuskan untuk mengintip ke dalam. Alangkah terkejutnya ia ketika mendapati pasangan m***m yang tengah memadu kasih di dalam sana. Keterkejutannya semakin bertambah ketika tahu siapa pasangan terkutuk itu. "Le, bukannya gue mau bikin lo sedih dan hancur, tapi ada hal buruk yang perlu lo tahu," Raina terdengar menghela napas panjang. Ia kemudian menuntun tangan Elea, lalu membawanya ke sisi mobil secara diam-diam. "Apaan sih lo?" Elea mengerutkan keningnya, bingung sebab lagak Raina yang menurutnya aneh itu. "Intip ke dalem gih," pinta Raina. Meski merasa aneh, Elea tetap saja menuruti permintaan sahabatnya itu untuk mengintip ke dalam mobil. Sama seperti apa yang terjadi pada Raina, ia terkejut. Mendadak, rasa sakit langsung mendera hatinya, menusuk-nusuk bagai sebilah pisau tajam yang baru diasah. Rasanya sangat sakit, hingga membuat Elea ingin mati berdiri. "Le udah Le. Kita pergi dari sini," ajak Raina sembari merengkuh tubuh Elea yang bergetar hebat karena menahan tangis. Raina menghela napasnya. Ia tidak menyesal memberitahu Elea perihal hal ini. Bukannya ia ingin melihat sang sahabat hancur, hanya saja Raina sudah tidak tahan melihat Elea dibodohi sedemikian rupa oleh pacar kawannya itu. Ia menyayangi Elea dan dia tidak akan membiarkan Elea semakin hancur di kemudian hari. **** Berhari-hari berlalu, hubungannya dengan sang kekasih juga sudah berakhir, namun kesedihan masih dapat Elea rasakan. Hatinya ngilu ketika bayangan-bayangan tak senonoh antara sang kekasih dengan rekan kerjanya melintas di kepalanya. Setiap malam yang Elea lakukan hanyalah menangis, menangis, dan menangis. Meraung, meratapi betapa sangat malangnya kisah cintanya itu. Elea bahkan melupakan waktu makannya, mengurangi jam tidurnya, dan mengerjakan tugas kantornya dengan ogah-ogahan hingga membuatnya terpanggil oleh managernya seperti sekarang. "Le, kamu ini, serius kerja nggak sih? Proposal yang kamu buat itu salah Le, dana yang kamu cantumkan terlalu minim untuk menutupi pengeluaran kita." Elea menghela napasnya. Ia sedang berada di ruangan Dewinta, managernya itu memarahinya karena kelalaiannya dalam mengerjakan tugas kantor. "Kemarin kamu juga salah pas bikin laporan keuangan. Performa kamu menurun drastis Le. Kalau begini terus, kamu mau nggak mau harus resign. Masih banyak orang lain yang lebih kompeten dari kamu dan bisa menggantikan kamu di posisi kamu saat ini." Dewinta, wanita paruh baya berkerudung coklat itu menutup sesi omelannya dengan helaan napas panjang. Ini pertama kalinya bagi wanita itu mendapati salah satu bawahannya bersikap tidak profesional. Elea terkenal sebagai karyawan teladan, dan mendapati karyawatinya seperti itu membuat Dewinta sama sekali tak habis pikir. "Maaf Bu, saya sedang ada masalah. Saya jadi tidak fokus," kata Elea, tidak bermaksud melakukan pembelaan. Gadis itu tahu kesalahannya cukup fatal, tapi dia hanya ingin menjelaskan--meski tidak rinci--posisi sulit yang harus ia hadapi. Dewinta terdengar kembali menghela napas panjangnya. "Ya sudah, kamu balik ke kubikel kamu dan benerin proposal yang kamu buat tadi. Jangan sampai ada kesalahan. Kamu harus segera menyelesaikan proposal itu sebelum kita ajuin ke Pak Gandhi. Kamu tahu sendiri kan, beliau bagaimana?" Elea menganggukkan kepalanya tak bersemangat. Wajah lesunya menandakan ia sama sekali tak berminat mengerjakan tugasnya itu. Pikirannya sudah tersita penuh oleh Evan, pacarnya yang pengkhianat itu. "Kalau begitu, saya permisi dulu, Bu," pamitnya lalu beranjak bangkit meninggalkan ruangan itu. Elea menghela napasnya berkali-kali saat sudah duduk di kubikelnya. Ia menatap kosong pada layar komputer yang sengaja belum ia hidupkan. Pikirannya benar-benar tumpul sekarang dan untuk mengerjakan propasal itu, terasa mustahil untuknya. "Dimas, Dim," panggilnya lesu pada pria yang kubikelnya bersebelahan dengannya. "Hm," Dimas menjawab tanpa mengalihkan matanya yang berbingkai kacamata dari layar komputer. "Gue mau pulang duluan ya, tolong ijinin sama Bu Dewinta dan bilang gue bakal segera selesaiin proposal yang beliau suruh. Gue kayaknya sakit," pinta gadis itu masih menunjukkan wajah lesunya. "Kenapa lo nggak ijin sendiri? Lo kan baru keluar dari ruangan Bu Dew?" Dimas mengalihkan atensinya, lalu menatap Runa dengan kening berkerut. "Takut. Bu Dewinta marah sama gue tadi. Jadi, please, tolong ijinin gue." "Hm, ya udah. Gih pulang lo kalau gitu." Elea mengucapkan terima kasih dan segera mengemasi peralatannya ke dalam tas. Mungkin fisik gadis itu terlihat baik-baik saja seperti kebanyakan orang yang berada di kantor itu, tapi batinnya sedang nelangsa. Ia patah hati dan patah hati adalah hal pertama yang membuat nyawanya seakan dicabut secara paksa. Terdengar berlebihan, tapi itulah faktanya. Cinta memang membawa dampak yang sangat besar pada Elea, mungkin bukan hanya Elea saja, tapi kebanyakan orang, membuat mereka mendadak menjadi orang i***t. Apalagi ketika sedang patah hati seperti sekarang, ada saja yang membuatnya terlihat jauh dari kata waras. Cinta yang seharusnya jadi kata manis penuh kebahagiaan berubah jadi racun mematikan. *****

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Over Protective Doctor

read
475.0K
bc

T E A R S

read
312.8K
bc

Beautiful Madness (Indonesia)

read
220.4K
bc

MANTAN TERINDAH

read
7.0K
bc

Sweetest Diandra

read
70.5K
bc

BRAVE HEART (Indonesia)

read
90.9K
bc

The Ensnared by Love

read
104.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook