Almira mentap sendu ponsel yang kini tak seramai dulu. Tak ada pesan, maupun panggilan masuk dari lelaki itu. Ia telah diabaikan dan sungguh hatinya pedih, hampa hidupnya kini. Tak ada lagi kehangatan ataupun kenyamanan yang selama ini ia terima dari lelaki itu. “Udah siap?” pertanyaan Jenny membawa Almira kembali ke alam nyata, wanita itu mengangguk seraya tersenyum tipis. Jenny memperhatikan penampilan Almira dan berdecak sebal. Ia menarik tangan wanita itu dan memintanya berdiri. “Kita akan ke pesta, bukan acara pemakaman,” cibir wanita itu. Almira mengenakan gaun hitam selutut dan lengan yang tertutup, terlalu polos untuk menghadiri pesta. Jenny menarik Almira ke kamarnya, lalu dirinya mulai sibuk dengan beberapa gaun yang memenuhi lemari besarnya. “Aku udah bilang mau menghabiskan

