Almira tersenyum dan menguncang pelan pundak Demian, membangunkan lelaki itu agar ia bisa mengisi perutnya dengan bubur dan juga meminum obat pereda panas yang telah Almira siapkan. Perlahan Demian membuka matanya, ia mengerjapkan matanya beberapa kali, merasa tak percaya dengan apa yang ada di hadapannya. Ada rasa perih yang bergelayut di hatinya saat sadar jika sosok itu adalah nyata, senyata rasa sakit yang membuatnya kesulitan bernafas. Demian mencoba duduk, namun tubuhnya terlalu lemah. Dengan sigap Almira meletakkan bantal pada sandaran tempat tidur dan hendak membantu lelaki itu untuk mengubah posisi tidurnya menjadi duduk, namun Demian menepis tangan Almira. Tak ingin menerima bantuan wanita itu. Almira tersenyum tipis, akan tetapi penolakan lelaki itu tak bisa mengurungkan niatny

