1. Bahagia Itu Ya Kita.
"Ma, nanti pulang Basket A' pengen sepatu Basket yang baru dong, udah nggak enak nih pake yang ini, kayaknya kaki Aa cepet banget panjangnya, eh tapi Mama ada uang nggak? Kalo belum ada, nanti-nanti aja deh ma, ini sepatunya masih bagus juga" ucap Owie kepada mamanya, ketika mereka sedang sarapan pagi ini.
Rani yang sedang membalas watshap klien nya, menatap Owie anak sulungnya.
"kalo Aa butuh pasti mama belikan. Mama ada uang kok. Yang gak boleh itu, beli yang nggak kita butuhkan, belinya karena iseng, atau karena mau gaya-gaya an aja, nah itu baru mama nggak mau belikan. Walaupun mama punya uang nya, kita kan harus hati-hati mempergunakannya. Sekolah kalian masih panjang. Butuh biaya yang besar. Mama harus berhemat untuk itu. Aa sekarang kelas 1 SMP, 2 tahun lagi Nino yang masuk SMP"
"Nino perlu sepatu Basket baru juga? " tanya Rani pada anak bungsunya Nino.
"Yang bekas Aa aja buat Nino ma. Masih bagus banget. Kaki Nino kan 2 nomer lebih kecil dari Aa'. Paling juga 2-3 bulan lagi udah muat". Jawab Nino.
Lalu Owie tos-tosan sama adiknya. "nanti Aa' cuci sepatunya. Nino bisa simpan dulu. Kardusnya masih Aa' simpan kok"
Aaah... Punya anak pengertian seperti ini membahagiakan sekali. Walau aku punya pekerjaan paruh waktu sebagai agent property, aku pun masih menyimpan uang asuransi suamiku untuk tabungan sekolah anak-anak. Penghasilanku memang tidak tetap, kadang bulan ini closing, tapi kadang lewat begitu saja tanpa pemasukan. Tapi memang hidup kami tidak berlebihan. Kalau rumah dan mobil saja kami punya. Dulu ketika Papa mereka Masih ada, aku tidak dilarang untuk bekerja, walaupun aku memutuskan hanya bekerja paruh waktu agar tetap mempunyai banyak waktu untuk suami dan anak-anak. Penghasilan ku pun lumayan, bisa ditabung. Karena untuk keperluan kami semua sudah dipenuhi Devan.
Aku menikah dengan Devan ketika aku kuliah di usia 21. Devan adalah pacar pertamaku. Dia kakak kelas ku waktu SMA dulu. Kami baru pacaran tahun ke 2 aku kuliah. Biasalah, cinta berawal dari kata sahabat, hehe. Pada saat kami menikah, Devan sudah bekerja di Perusahaan Swasta. Begitu dia diangkat jadi manager, dia langsung memberanikan diri mengajak aku menikah. Kami benar-benar memulai semua dari Nol. Mulai dari sewa apartemen studio, lalu ketika punya Owie kami bisa mencicil rumah di perumahan menengah, lalu waktu Nino masuk Tk kami bisa mengganti dengan rumah yang lebih besar dan mobil yang lebih bagus. Hidup kami tidak mewah, tapi lebih dari cukup. Anak-anak yang pintar, nurut dan sayang dengan orangtuanya, melengkapi kebahagiaan kami. Tapi ternyata jodoh kami bersama dalam rumah tangga, hanya 13 tahun saja. Dan kini aku dan anak-anak ku melanjutkan kebahagiaan itu bertiga. Ya bertiga.
"Mama kok melamun, makan dulu sarapannya ma, nanti mama kelaparan karena gak sarapan pas nungguin Aa sama Nino latihan Basket" ucap Owie mengingatkanku ketika kedapatan sedang melamun dan tenggelam dalam Nostalgia.
"Eh iya juga ya. Mama lagi mikirin mengatur waktu mengantar klien survey sama mengantar kalian latihan" jawab ku berbohong.
"Atau Mama lagi kangen Papa yaaaa.. " cengiran Nino menggodaku.
"ya kangen laaah.. Memangnya kalian nggak? , nanti sore kita ke makam papa yuk. Udah 1 bulan kita nggak kesana." ajak ku.
"Pulang dari Mal aja ma, jadi kita nggak bolak balik dari tempat latihan. "usul Owie.
Aku mengangguk tanda setuju "Ya udah, nanti mama nge drop kalian latihan, trus mama antar klien dulu, cuma lihat 2 rumah kok jadi nggak terlalu lama, tapi sepertinya habis latihan kalian harus menunggu 30 menit sampai mama datang. Dari sana kita ke Mal cari sepatu Aa' , sekalian makan siang trus lanjut ke makam Papa, jangan lupa sekalian bawa baju ganti ya"
" Oke Ma" jawab mereka kompak.
Hari Sabtu yang penuh aktivitas. Inilah weekend kami. Latihan, bekerja, jalan-jalan dan mengunjungi rumah baru Devan. Kegiatan yang padat, membuat kami melupakan kesedihan dan selalu optimis menghadapi hidup. Kami tidak perlu anggota baru kan untuk bahagia?
Hidup Memang inginnya sesuai rencana manusia, tetapi ternyata semua sudah diatur sang Pencipta. Manusia boleh memohon dan berharap dalam doa. Tetapi yang terbaik hanya tuhan yang paling tahu. Kalo Aku berfikir kebahagiaan adalah aku dan anak-anak ku, tapi Tuhan merencanakan ada KITA dengan pemeran pengganti yang baru, Aku bisa apa?.
Setelah membereskan beberapa barang yang perlu Aku bawa dan memberi adahan kepada ART ku untuk melakukan beberapa hal, akhirnya Aku bisa mandi sekarang dan bersiap untuk pergi.
"Udah siap Boys? " tanyaku ketika melihat mereka sudah di depan TV.
"Udah Ma, tinggal pake sepatu di mobil aja " jawab Owie yang sudah rapi dengan seragam basket nya.
"Yuk kita jalan sekarang, pastikan nggak ada yang ketinggalan ya A', Nino juga "
"Udah semua Ma ".
'Ok, ayo naik mobil "
Kami pun meninggalkan halaman rumah menuju tempat Owie dan Nino latihan Basket sebelum Aku menuju tempat Aktivitasku selanjutnya .