BAB 3

1277 Words
Bakso porsi jumbo dilengkapi dengan es teh dingin sudah berada di hadapan Andin. Tangan Andin dengan cekatan menuangkan tiga sendok sambal, kemudian membubuhkan saos dan kecap di dalam tempat yang sama. Dia tahu kebiasaan makan yang cenderung sembrono, tanpa diimbangi kebiasaan olahraga bisa membuat tubuhnya rusak. Tetapi mau gimana lagi? Ia sedang tidak dalam mood yang baik Senin siang ini. Andin sedang makan siang di sela aktivitas bekerjanya bersama Putri, teman satu kuliah yang bekerja di gedung yang sama tempatnya bekerja. Mereka tidak terlalu dekat dulu waktu kuliah, namun ketika mereka bertemu pertama kali saat bekerja digedung yang sama kemudian sering makan siang bersama hingga akhirnya mereka mengkukuhkan persahabatan mereka adalah persahabatan sejati. “Gimana acara lamaran lo?” Tanya Putri yang terlihat sedikit kesulitan duduk terganjal perut yang sedang hamil besar. Tenang, ia tidak pesan bakso sama seperti Andin. Wanita itu sudah membawa bekal dari rumah dan ia disini hanya ingin menemani Andin yang terlihat uring-uringan sejak pulang dari rumahnya. “Gatot alias gagal total!” “Sudah kudungan eh kuduga!” Ucapnya meremehkan, “Memang segala sesuatu yang sifatnya memaksa itu tidak baik” Andin masih terdiam, sibuk memotong bakso yang paling besar menjadi empat bagian. Pikirannya kembali ke pertemuannya Sabtu lalu bersama Ghidan. Setelah mereka berdua kembali ke dalam rumah, laki-laki itu hanya diam, mungkin sedang sibuk memikirkan alasan untuk menolak perjodohannya dengan Andin. Memahami hal itu, membuat Andin kembali menambahkan satu sendok sambal ke dalam mangkoknya. “Ndin, lo serius? Mencret baru tahu rasa lo!” “Gapapa, gw mau mencret biar bisa izin WFH (Work From Home)” “Kenapa sih lo?” Tanya Putri penasaran, dia merasa ada yang salah dengan sahabatnya. “Gw suka sama Ghidan! Terlalu cepet ga sih? Tapi serius Put, Ghidan tuh perfect banget, kaya, ganteng, pendiam tipe-tipe bikin penasaran! Tapi sialnya dia ga mungkin terima perjodohan ini” Jawab Andin cepat, secepat kilatan petir menyambar-nyambar, ia ingin menumpahkan isi hatinya yang sudah lama terpendam. “Jangan bilang lo menyetujui perjodohan ini?” “Ga mungkin ada orang yang nolak di jodohkan sama laki-laki seperti Ghidan! Tapi gw aneh juga kalau laki-laki seperti Ghidan mau menikah karena perjodohan, secara ga ngapa-ngapain aja gw yakin kalau di barisin cewe yang ngantri dibelakangnya mungkin udah kaya ular tangga” “Gw jadi penasaran rupa Ghidan kaya gimana” Celetuk Putri sambil memasukkan sayur brokoli ke dalam mulutnya, “Lo tau nama lengkapnya ga?” “Ghidan Abimanyu Bramantya” “Gila dari namanya aja udah keren” Putri mengambil handphone-nya untuk berselancar di dunia maya mencari sosok yang Andin sebutkan tadi. Setelah kunyahan brokoli ketiganya gerakan jarinya berhenti pada layar handphonenya, matanya membeku takjub tak percaya. “Gilaa!” Teriak Putri “Apa sih lo? Bikin kaget aja!” Andin terkejut mendengar teriakan Putri yang tiba-tiba, sambil memegangi dadanya yang berdetak tak karuan. “Dia pernah masuk di dalam majalah Forbes sebagai salah satu pengusaha termuda di Indonesia!” Putri menunjukkan artikel itu ke arah sahabatnya. Dengan penuh rasa ingin tahu Andin mendekat, matanya ia tancapkan ke barisan baris demi baris artikel ada di hadapannya. Ghidan Abimanyu Bramantya seorang pengusaha sukses termuda yang cukup disegani di kalangan pengusaha properti. Sebagai bla bla... Andin tidak lagi membaca ketika point yang ia inginkan sudah ia dapatkan. “Gw rasa kayanya memang ga ada harapan buat gw sama sekali! Fix no debat!” “Gw rasa juga begitu” Putri kembali memasukkan handphone miliknya ke dalam saku bajunya kemudian melanjutkan aktivitasnya menghabiskan makan siang. “Lo dicariin sama si Reynand kemarin” Ucap Putri mencoba mengalihkan pembahasan tentang seorang laki-laki bernama Ghidan. “Temen suami lo?” “Iyaa, lumayan lo Ndin, udah PNS! Dia minta nomor lo, boleh ga gw kasih?” “Yaa kasih aja lah Ndin, gw juga lagi pengen deket sama seseorang dari pada emak gw selalu neror gw dengan ancaman Arjun mau nikah, masa gw mau dilangkahin adek cowo gw” Jawab Andin putus asa. “Lo jangan nikah karena diburu-buru orang lain, lo nikah karena lo udah yakin, Ndin” Putri mengambil satu brokoli miliknya untuk dimasukkan ke dalam mangkok Andin yang tinggal kuah nya saja. “Tapi gw setuju kalau lo mau mencoba buka hati lo, tapi bukan berarti dipaksa harus suka” “Iyaa Putri cantik” “Hehe, udah tuh makan brokoli dari gw, biar racun-racun makanan ga sehat sedikit bisa di netralisir” “Sialan, lo!” Setelah menyelesaikan makan siang yang bisa dikatakan sebagai pembuka tabir-tabir informasi tentang Ghidan, Andin kembali ke kantornya dengan langkah yang ringan. Setidaknya dia memang tidak perlu lagi berharap, sedikitpun tidak. Mungkin Mama Ghidan sedang membuat prank untuk kalangan perempuan biasa seperti Andin, untuk sedikit berbahagia karena pernah duduk berdua bersama laki-laki hebat seperti anaknya. Tetapi Andin cukup senang, setidaknya bukan ia yang menolak perjodohan, dia tidak akan menjadi anak durhaka kepada kedua orangtuanya. Waktu pukul lima sore adalah waktu yang ditunggu-tunggu bagi para pekerja, waktunya berberes-beres kemudian pulang kembali ke apartementnya. Walaupun bagi seorang editor seperti Andin ia tentu masih akan membawa pekerjaannya ke rumah. Tetapi setidaknya ia bisa mengerjakan pekerjaannya dengan tidur di kasurnya yang empuk tanpa mengenakan BH yang mengganggu aktivitasnya. Beep.. Beep.. Handphone milik Andin menampilkan nomor baru di layarnya, Andin menunggu sejenak untuk memastikan apakah telfon itu benar untuk menghubunginya atau hanya salah satu dari penipu yang berpura-pura sebagai saudaranya di pulau sebrang. Dan pada panggilan kedua Andin akhirnya menggeser icon warna hijau di layarnya. “Halo” “Naak Andin?” “Iyaa, siapa ya? Maaf nomornya tidak tersimpan” “Saya Mamanya Ghidan” Matilah gw! Kenapa Mama nya Ghidan telfon gw? Kalau buat nolak bisa langsung ke mamanya, bukan ke gw! “O..oh iya bu, ada yang bisa Andin bantu?” “Saya didepan kantor nak Andin, mau ngajak makan malam, sudah selesai kerja kan?” “Sudah, bu” “Yaudah, Mama tunggu di bawah ya, mobil alphard warna putih parkir di sebelah utara ya nak” “Nggeh (Iya), siap bu, sebentar lagi saya turun” Andin memperhatikan penampilannya di standing mirror yang cukup besar yang sengaja ia letakkan di kantornya. Memperbaiki kemejanya yang sedikit kucel, kemudian ia memilih untuk mengucir kuda rambutnya karena gerah. Tak lupa ia semprotkan parfum andalan miliknya yang selalu ia gunakan ketika rapat penting. Setelah yakin dengan penampilannya yang tidak memalukan, Andin turun untuk bertemu dengan Mama Ghidan. Apapun yang akan disampaikan mamanya, setidaknya ia akan makan malam gratis malam ini. Siapa tahu orang kaya itu akan mentraktirnya makan malam di restoran berbintang lima yang Andin belum pernah datangi? Bukan karena tidak mampu, tetapi Andin lebih memilih untuk menabung uangnya untuk berjalan-jalan keluar negeri. Pada saat keluar Lobby, matanya langsung dapat menemukan mobil yang dimaksud Mama Ghidan. Dengan senyum yang tak pernah terlepas dari wajahnya, ia mendekati mobil itu dan mengetuknya pelan. Pintu mobil langsung di buka dari dalam dan sosok Mama Ghidan langsung bisa Andin lihat. “Masuk nak” “Siap bu” Jawab Andin kemudian ia ikut duduk dibelakang kemudi bersama Mamanya. “Sendirian, bu?” Tanya Andin iseng, hanya ingin menyapa Mama Ghidan yang jika Andin boleh menilai, Mama Ghidan adalah salah satu wanita cantik di usianya yang sudah berumur. Kulitnya putih bersih dan tubuhnya terawat. Andin yakin Mama Ghidan rajin berolah raga. “Nggak, itu sama Ghidan” Mendengar ada nama yang sangat ingin ia hindari disebut, alarm dalam diri Andin langsung berbunyi dengan kencang. Tanpa perlu di shoot dengan kamera slow motion, Andin yakin bahwa pergerakan kepalanya mengarah ke Ghidan terjadi begitu pelan. Dan benar saja, sosok laki-laki itu duduk di kursi samping sopir, dengan hanya mengenakan kemeja berwarna putih sedangkan matanya tetap ia kunci ke arah handphone di tangannya. Matilah aku! Batin Andin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD