Gadis penolong?

1576 Words
“Kenapa kau salah kan aku? Kau yang selama ini berfoya foya dan meninggalkan Nino hanya untuk bersenang senang dengan kawanmu kan? Sedangkan aku bekerja keras di kantor” teriak Jeremi semakin menggema Karin tersenyum “Aku seperti ini karena mu! Ingat itu” ujarnya lalu pergi dari hadapan Jeremi “Sial” kesal Jeremi yang mulai menangis dengan tatapan kekecewaanya Nino berlarian dan masuk ke dalam kamarnya yang khusus di rumah kakek dan neneknya itu. ia mengunci pintu kamarnya dari dalam supaya tidak ada yang bisa masuk dan mengganggunya. Nino terduduk di lantai tepat di belakang pintu “Kenapa tuhan membawa kakek dan nenek begitu cepat? Tuhan tidak tahu ya? Nino disini sendirian, Nino takut dan bingung harus peluk siapa Nino sedih” lirihnya dengan air mata yang bercucuran kemudian dia usap dengan tangan mungilnya yang lembutt “Boneka itu? pemberian dari kakek oh iya” gerutunya ketika melihat boneka beruang coklat dengan ukuran yang tidak begitu besar tergeletak di kasurnya Nino tersenyum “Oke, mulai sekarang kau adalah temanku! Aku melihat mu tersenyum tapi dalam tubuhmu sudah usang karena ku letakan di sembarang tempat. Nino akan memelukmu jika rindu kakek dan nenek ya, kau tak apa kan jika ku peluk?” ujarnya “Tidak tidak apa tuan tampan” ujar Nino menirukan suara suara lucu yang lain dari suaranya Nino mengangguk “Oke, aku tahu aku memang tampan! Terima kasih telah mau bersamaku” senyumnya ***** Nino kini memakai seragam TK nya sendirian, menyiapkan buku buku, memakai sepatu dan yang lainnya sendirian. meski dua pengasuh itu kini memerhatikannya dengan jelas supaya bisa memberitahu apa yang salah dan segera mereka perbaiki untuk membantu. Berbeda dengan hari hari sebelumnya dimana Nino sangat bersemangat ke TK karena kakek dan neneknya yang pagi pagi sekali selalu datang ke rumahnya untuk menyiapkan keperluan Nino. “Kalian keluar aja! Nino udah bilang kan bisa selesaiin semuanya sendirian” kesal Nino yang menatapi mereka Mereka tersenyum dan saling bertatapan “Tidak tuan, jika kami tidak mengawasimu! Berarti kami akan dipecat” ujarnya “Jadi kalian butuh uang? Ambil saja uang jajanku hari ini dan kalian bisa berhenti menjadi pengasuh” ujar Nino dengan sorot matanya yang polos Mereka tersenyum “Tidak begitu tuan” “Apa? Uang jajan ku tidak cukup? Begini saja, aku menyuruh kalian untuk berhenti bekerja di rumahku! Aku akan memberikan pekerjaan kepada kalian yang lebih layak” ujarnya dengan senyuman yang dibuat buat Mereka tertegun dan tertawa bersama sama “Ahh kau ini bicara apa tuan? Kau masih kecil mana mungkin bisa memberikan pekerjaan pada kami” “Iya, tuan muda fokus saja belajar ya! Kami berjanji tidak akan ganggu kok” ujar yang satunya lagi Nino membuang nafasnya berat “Ahh ya sudah jika kalian tidak ingin pekerjaan itu” “Kalau boleh tahu pekerjaan apa memangnya tuan?” ujar mereka dengan tatapan yang begitu penasaran Nino tersenyum “Nanti jika aku sudah besar dan mendirikan perusahaan sendiri aku akan menjadikan kalian manager keuangan” “Wahh tuan muda ini bercanda, jika tuan muda berubah menjadi tuan besar maka kami akan menjadi nenek nenek nanti” senyumnya Yang satunya lagi tertawa keras “Ada ada saja tuan ini” “Ahh benar juga perkataan kalian” lirih Nino Setelah selesai dengan persiapan ke TK nya itu kini Nino berjalan keluar dari kamar dan menuju ruang tamu yang disana sangat sepi. Ayah Nino yang sudah berangkat ke kantor, ibu Nino yang entah kemana karena setelah kejadian itu ia tidak melihat ibunya lagi. “Kemarin, Nino berjalan di gandeng nenek sama kakek” lirih Nino menunduk sambil memandangi kedua tangan mungilnya Nino menghela nafas “Baik lah, Nino bisa jalani ini semua kok. Nino laki kali” ujarnya “Semangat!” teriak kedua pengasuhnya itu Nino memutar bola matanya kesal “Halah, kalian jangan ikut campur” gerutunya Ia pun pergi ke TK diantar satu sopir dan satu pengasuh. Nino menghabiskan waktu di TK bersama teman temannya yang tidak pernah mengajaknya bermain, Nino hanya diam dan duduk di bangku sendirian. ia memandangi setiap permainan yang mereka mainkan dan terlihat begitu seru, ia ingin sekali bermain bersama. Tapi entahlah, mereka semua bersama dengan kedua orang tuanya. Nino merasa dirinya sangat tidak mood jika bermain sendirian dan jadi pengganggu. “Kapan yah, aku ibu dan ayah bermain bersama seperti mereka” gerutunya dengan tatapan sendu Nino pergi dari sana, sungguh hari ini tidak ada yang spesial baginya. Nino kehilangan nenek dan kakeknya yang selalu menyayanginya setiap saat kini ia terasa begitu hampa. Meski pengasuh dan sopirnya menjaganya kemana pun ia pergi, ia tetap merasa sendirian. “Eh kalian, jangan ikuti Nino terus dong” kesal Nino menatapi sopir dan pengasuhnya Kedua orang itu tertunduk “Maaf tuan tapi ini perintah” “Perintah siapa? Ayah ku atau ibu ku? Ayo lah kenapa kalian mendengarkannya, aku sudah dewasa! Kalian ini menyebalkan” gerutunya kemudian pergi dan masuk ke dalam mobilnya segera Mereka berdua mengikuti arah Nino dan segera masuk ke dalamnya juga, Nino hanya diam dan menatap ke jalanan saja. Mobil mereka mulai melajukan mobilnya dan meninggalkan taman kanak-kanak itu. “Ahh hari hari ku semakin menyebalkan” gerutu Nino membuang nafasnya berat Ia kemudian membuka isi tasnya lalu membawa boneka beruang miliknya, ia langsung memeluknya dengan erat seakan akan ia melampiaskan sesuatu padanya. “Aku kesepian” lirihnya masih memeluk boneka itu “Tapi aku punya kau dan kau punya aku kan, jadi kita sama sama saling memiliki ok?” senyum Nino kemudian menatapi boneka itu Pengasuh dan sopir yang berada di depan nampak begitu kasihan melihat keadaan Nino yang semakin hari semakin kesepian dan sedih, mereka ingin membuatnya bahagia dan melihatnya bahagia. Tapi, bisa apa mereka? Dukk.. Tiba tiba saja mobil mati di jalanan yang terhubung dengan taman luas yang ada di samping kanan mereka. “Aduh jangan jangan mobilnya? Ahh kenapa ya gak biasanya juga” kesal si sopir menatapi pengasuh itu “Kayaknya bengkel gak jauh dari sini, ada di depan lhoo” jawab segera pengasuh itu Nino nampak membuang nafasnya begitu kesal “Ahh semakin menyebalkan saja” gerutunya “Tuan kecil tunggu saja disini ya, kami akan ke bengkel dulu meminta bantuan” ujar si pengasuh Si sopir mengangguk “Iya, tuan kecil tunggu disini gak papa?” “Engga, aku mau keluar aja. Di taman sana kayaknya enak” gerutunya kemudian keluar dari mobil Si pengasuh segera keluar mengikuti Nino “Ehh tuan, tunggu” gerutunya sambil menyamakan kedudukan “Ishh sudah aku bilang kan! Jangan ikuti” gerutunya terdengar begitu kesal Si pengasuh tersenyum “Hehe maaf tuan tapi ini kan pekerjaanku” “Ah terserahlah” kesal Nino lalu duduk di bangku taman Tentunya si pengasuh ikut ikutan duduk di samping Nino, Nino menatapinya kesal “Jangan duduk disini, nanti orang orang menyangka kalau kau adalah ibuku” “Lalu harus duduk di mana tuan?” ujar si pengasuh terlihat kebingungan Nino mencari carikan tempat untuknya lewat sorot matanya, Ya! Dia dapat satu objek dimana ia menunjuk kursi yang berada di bawah pohon rindang dan jaraknya juga cukup jauh dari sana karena terhalang oleh air mancur “Disana! Kau bisa menjaga ku dari sana, lagian aku tidak akan kemana mana kok. Aku tidak akan main karena tidak punya teman dan tidak punya orang tua” jelasnya terlihat kesal “Ba-baik tuan” ujar si pengasuh karena tidak ingin membuat Nino semakin marah dan sedih, ia pun pergi ke kursi di bawah pohon sana. kini mereka terhalang oleh air mancur namun si pengasuh masih bisa mengawasinya. Disana cukup banyak orang yang duduk bersantai, mulai dari orang orang yang sedang berpacaran. Keluarga yang sedang berpiknik, ahh terlihat begitu sempurna. Sedangkan Nino hanya duduk di bangku sendirian dan hanya menatapi kegiatan orang orang yang sibuk itu. Nino membawa sesuatu di tasnya ia membuka kembali lembaran lembaran nilai yang dulu ingin ia tunjukan pada mendiang kakek dan neneknya. “Ini belum sempat ku berikan pada kalian” lirihnya menatapi deretan nilai yang besar itu “Aku juga belum pernah ke pemakaman kalian, baiklah nanti aku akan kesana! Aku akan tunjukan ini” senyum Nino yang muncul di raut wajahnya Matanya terlihat begitu merah, Nino kemudian memasukan lembaran lembaran itu ke dalam tasnya lagi. Kini wajahnya tertunduk dengan boneka beruang yang masing di pegangnya erat. “Jika saja kau bisa berbicara, mungkin aku tidak kesepian” lirihnya lagi menatapi si boneka “Ahh aku lupa belum memberimu nama, bagaimana kalau Rockie? Ahh bagus sekali, aku suka. Jika kau merasa sedih jiwamu tetap harus rock! Sepertiku ini oke?” gerutunya lalu tersenyum Nino nampak berpikir dan tersenyum “Tunggu, sejak kapan aku rock? Aku hanya anak kecil, mungkin nanti setelah dewasa! Tenang saja aku tidak akan melupakanmu meskipun aku sudah besar ok” senyumnya “Hei hei anak kecil yang berbicara sendiri! Ku dengar kau adalah anaknya Jeremi, benar begitu?” ujar seseorang yang tiba tiba ada di belakang Nino Nino membalikan badannya dan melihat ternyata ada dua orang pria berbadan besar mengenakan jaket kulit hitam kini sedang menatapinya tajam. Nino hanya menatapinya datar “Hmm anak Jeremi ya? Menurut gen mungkin memang benar, tapi entahlah” gerutunya nampak berpikir “Ahh anak kurang ajar! Kemari kau, aku akan memberimu sedikit kejutan” ujar satunya lagi mencoba untuk memegangi Nino Nino menjauh perlahan dan menatapi mereka jijik “Jangan dekat dekat! Aku mencium aroma tubuh kalian bau sekali” teriaknya sambil menutup hidungnya “Benarkah? Gue tadi udah pake farfum! Lu belum kali! Lu yang bau” gerutu pria itu menatapi temannya yang juga sedang menciumi aroma tubuhnya Pria itu menggeleng “Tidak, aku pakai farfum juga, istriku yang memakaikannya padaku tadi pagi” gerutunya “Ahhh anak sialan kau membodohi kami!” teriak pria itu kesal memelototinya Nino tersenyum tipis dan berusaha menyembunyikannya “Lagian kenapa sih kalian ingin aku ikut? Mau kasih kejutan juga lagi, ngerepotin! gak usah lah” senyum Nino menggelengkan kepalanya Sementara itu si pengasuh terlihat tertidur di bawah pohon rindang itu, Nino mengeceknya lalu membuang nafasnya berat. “Ahh dasar engga becus” gerutunya “Ahh sini kau” ujar si pria berbadan besar itu kemudian menangkap tubuh Nino erat Nino terlihat kaget dan berusaha untuk lepas namun sangat sulit baginya. Keduanya berusaha membawa Nino dari sana, Nino mencoba berteriak namun mulutnya ditutupi oleh tangan si pria dewasa. Bukk! Tiba tiba saja batu berukuran cukup besar mengenai punggung si pria yang membawa Nino itu, si pria merasa kesakitan dan melepaskan Nino begitu saja. “Ahh sialan apa ini” teriaknya Si pria satunya lagi menatapi temannya kesal “Ahh lu bodoh b*****t” gerutunya kemudian berusaha mengejar Nino yang kini menjauh “Hei! Orang tua bau!” teriak seorang gadis yang seusia dengan Nino
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD