Ternyata Aku Salah

1406 Words
Anak perempuan itu adalah anak tetangga yang tinggal di perumahan yang diundang ke acara Aleana. "Maaf Tante-Tante, perkenalkan saya Melisa. Saya tidak sengaja merekam kejadian yang sebenarnya terjadi", ucapnya sambil menunjukkan video pada ponselnya. Di dalam video tersebut, terekam kejadian saat Ello menghampiri Alya, Ivander dan Rafael. Kemudian Ivander dan Rafael mendorong Ello hingga terjatuh lalu membawa Alya menuju kolam renang. Ello mengejar mereka lalu mendorong Ivander dan Rafael kemudian segera membawa Alya ke dalam. "Moms, saya rasa video ini sudah membuktikan bahwa Alya dan Ello tidak bersalah. Dalam hal ini, Ivander dan Rafael yang mengganggu Alya dan Ello hanya berusaha melindungi Alya. Saya harap masalah ini tidak diperpanjang, cukup Ivander dan Rafael meminta maaf kepada Alya dan Ello." "Kami anggap masalah ini selesai tapi anak kami tidak perlu minta maaf karena anak kami terluka seperti ini. Justru mereka harus berterima kasih kami tidak memperpanjang masalah ini." (Dengan wajah sombong, Mama Ivander menatap sinis Ello dan Alya lalu membuang muka dan pergi begitupun Mama Rafael.) "Syukurlah, masalah ini bisa diselesaikan baik-baik", ucap Metta dengan perasaan lega. "Bu Nian, maafkan atas kesalahpahaman ini. Tolong jangan disimpan dalam hati." "Alya... Ello... kalian pasti lelah. Kembalilah ke kamar dan istirahat." "Dan kamu...Melisa, terimakasih ya, dengan video yang kamu rekam, telah menjernihkan kesalahpahaman ini." "Iya Tante, saya senang bisa membantu... Ello." Melisa menatap ke arah Ello sambil tersenyum. (Melisa melihat Ello untuk pertama kalinya saat Ello duduk di bangku belakang. Melisa terpesona dengan Ello sejak pandangan pertama walau dia baru duduk di bangku kelas 1 saat ini. Karena itu, dia diam-diam merekam Ello dan tidak sengaja merekam kejadian tadi.) Aleana melihat Ello juga tersenyum ke arah Melisa. Aleana juga mengucapkan terimakasih kepada Melisa. "Hai, aku Aleana. Terimakasih sudah menolong Kak Ello." "Melisa. Aku senang bisa membantu." "Tante, aku pamit pulang." "Iya, hati-hati ya Mel. Rumahmu yang di seberang paling ujung bukan?" "Iya Tante, betul. Permisi." Melisa melambaikan tangan kepada Ello dan Alya lalu berbalik badan. ***** Keluarga Metta akan menginap semalam di rumahnya. Aleana senang suasana rumah terasa hangat. Tantenya, Mitha merekam saat Aleana membuka kado yang dia terima. Mereka juga menonton hasil video yang direkam saat ulang tahun. "Wah, meriah sekali. Aleana juga tampil cantik. Kamu juga Mbak", puji Mitha. "Terimakasih ya Pa, Ma, untuk hari ini." "Terimakasih juga buat Kakek dan Nenek." "Buat Tante Mitha dan Om Adjie." Aleana mengecup pipi mereka satu persatu. "Cucuku memang paling cantik, baik dan lembut seperti neneknya", puji Subrata. "Terimakasih Kakek." Sementara itu, Nian hanya mendengarkan sambil menyajikan buah potong. "Keluarga yang harmonis", gumam Nian. Nian kembali ke kamarnya, Alya dan Ello telah tertidur. Sedangkan suaminya duduk menunggu dirinya. "Bu, apa pekerjaanmu sudah selesai?" "Sudah Pak, Bu Metta memintaku untuk istirahat dan bersih-bersih besok pagi." "Tadi anak-anak sudah cerita tentang temannya Aleana yang mengganggu mereka." "Iya Pak, ibu merasa sedih melihat anak-anak diperlakukan serendah itu. Keluarga kita memang tidak berada tetapi bukan berarti bisa direndahkan." "Bapak akan bekerja keras untuk menyekolahkan mereka menjadi orang sukses agar kelak mereka dihargai. Sabar ya, Bu. Kita selalu doakan anak-anak dipertemukan dengan orang-orang baik dan dijauhkan dari orang-orang jahat." "Ibu pasti selalu mendoakan anak-anak dan juga Bapak." "Makasih ya Bu, setia menemani suamimu ini yang bukan siapa-siapa padahal pria yang dulu dijodohkan untukmu adalah pria kaya namun kamu memilih aku dan harus hidup susah seperti sekarang." "Tidak perlu mengungkit masa lalu Pak. Aku tidak menyesal telah memilihmu. Kita memiliki Alya dan Ello, anak-anak yang baik. Aku sudah bahagia, Pak." Sutoro mengecup kening istrinya. "Terimakasih atas segalanya." ***** Mama dari Ivander, Zara mengadu kepada suaminya, Leo mengenai kejadian di rumah Aleana. "Pi, anak kita dipermalukan oleh anak tukang kebun, Mami tidak bisa terima. Pokoknya Mami mau Papi memberi pelajaran ke anak tukang kebun itu." "Papi akan minta orang kasih mereka sedikit pelajaran, biar mereka tahu diri. Sudah Mami tenang saja, tak perlu dipikirkan. Ini cuma masalah sepele." Keesokkan harinya, Nian mengantar Alya dan Ello ke sekolah seperti biasa. Ello mengendarai sepeda sedangkan Alya didorong oleh Nian sampai sekolah. Mitha mengajak Metta untuk berbelanja jadi Metta meminta Adjie untuk menjemput Aleana sepulang sekolah. Saat pulang sekolah, Adjie menjemput Aleana menggunakan mobil. Mereka mampir ke sebuah minimarket sebab Adjie ingin membelikan Aleana es krim. Saat Adjie sedang membayar di kasir, Aleana melihat dari pintu kaca minimarket, ibunya Nian diserempet hingga jatuh oleh dua orang preman yang mengendarai motor lalu preman itu menarik kursi roda Alya di belakangnya. Alya berteriak minta tolong sambil memanggil ibunya. "Ibu..... ibu..... tolong..... tolong..... " Aleana segera keluar dari minimarket dengan berlari. Aleana berteriak memanggil. "Kak Alya...... Kak Alya...... ", sambil berlari mengejar motor itu. "Tolong berhenti.... berhenti...." Adjie yang baru menyadari Aleana keluar dari minimarket segera menyusulnya. Adjie melihat Nian yang tersungkur. Dia hendak menolong namun dia melihat Aleana yang berlarian, segera dia mengejar Aleana. "Alea..... Alea.... jangan dikejar." Alya melihat Aleana yang mengejarnya. Dengan isak tangis, dia memohon preman itu untuk menghentikan motornya. "Tolong... tolong hentikan. Takut..... saya takut. Ampun....." Dan preman itu melepas pegangannya hingga Alya terjatuh dari kursi rodanya. Naas, saat Alya terjatuh ada sebuah truk yang melaju kencang dari arah depan dan tidak bisa menghindar. "Aduh gawat...... kabur..... kabur...... ", teriak preman itu. Aleana berdiri mematung melihat kejadian itu dan Adjie segera memeluk dan menggendong Aleana membelakangi truk. Nian juga tak kuasa menahan tangis, melihat Alya yang tergeletak. Warga setempat yang melihat kejadian segera menghampiri. "Apa anak perempuan itu masih bernapas?" "Coba di cek keadaannya." "Telepon ambulans saja." "Jangan dipegang." Dengan langkah tertatih, Nian berjalan menuju kerumunan. Adjie segera menelepon ambulans dengan masih menggendong Aleana. Nian memangku kepala Alya. "Alya... Alya... ini ibu. Jangan tinggalin ibu. Al.... Alya..." Tak lama, ambulans tiba di tempat kejadian. Petugas ambulans segera menandu Alya ke mobil ambulans. Nian pun ikut menemani. Alya segera diberi pertolongan pertama, diperiksa dengan seksama lalu diberi infus. "Tenang Bu. Kami akan segera menolong anak ibu. Ibu juga terluka, ibu harus diobati." "Tidak nanti saja. Yang terpenting tolong selamatkan anak saya, Pak." Adjie ingin membawa Aleana pulang namun Aleana ingin menyusul Alya. "Om, Alea mau melihat keadaan Kak Alya. Kita ke rumah sakit ya, Om." "Tapi Alea, Mamamu pesan ke Om, kamu harus pulang dan makan tepat waktu. Kamu juga harus tidur siang." "Om, Alea mana bisa tenang bila belum tahu kondisi Kak Alya. Setelah tahu Kak Alya baik-baik saja, Alea janji langsung pulang ke rumah." Adjie mengantar Aleana ke rumah sakit. Adjie pun menghubungi Metta dan memberitahukan kejadian yang menimpa Alya. "Mbak ke rumah sakit sekarang. Kamu tolong selalu jaga dan perhatikan Alea ya." "Iya Mbak." Metta bersama Mitha menuju rumah sakit. Metta juga menelepon bibi di rumah dan meminta bibi untuk mengabarkan keadaan Alya kepada Sutoro. "Apa Bi? Alya kecelakaan dan sedang dilarikan ke rumah sakit." "Iya, Pak Toro. Bu Metta bilang beliau sedang menuju rumah sakit." Sutoro yang saat itu bersama Ello sedang mencabuti rumput liar bergegas ke rumah sakit dengan menaiki ojek motor yang berada di pangkalan. ***** Ambulans telah sampai di rumah sakit, Alya segera diperiksa oleh dokter di ruang IGD. "Pasien kehilangan banyak darah. Tekanan darahnya rendah dan detak jantung pasien juga lemah. Segera siapkan ruang operasi dan stok darah." "Dimana wali pasien?" Nian meremas jari-jarinya. "Saya ibunya, Dok." "Tolong ibu segera ke bagian administrasi untuk mengisi data dan menandatangani prosedur operasi. Anak ibu butuh dioperasi sesegera mungkin namun saya harus mengatakan bahwa tingkat keberhasilannya hanya 30%. Tolong, ibu bantu dengan doa." "Dok, tolong selamatkan putri saya. Tolong Dok, saya tidak bisa kehilangan dia." "Kami akan berusaha semampu kami. Ibu juga butuh perawatan." "Sus, tolong jelaskan kepada ibu ini mengenai prosedur operasi. Setelah itu, tolong obati lukanya." "Baik Dok." Adjie dan Aleana tiba di rumah sakit. Adjie melihat Nian yang sedang mengisi formulir. Dia menghampiri Nian dan ikut mendengarkan penjelasan perawat. Aleana bertanya ke seorang perawat tentang pasien yang baru saja dibawa karena kecelakaan. "Permisi Suster, Kak Alya ada dimana? Kak Alya yang baru dibawa karena kecelakaan." "Apa dia kakakmu?" "Iya Sus." "Di balik tirai itu." Aleana menuju tirai yang ditunjuk oleh perawat lalu dia melihat Alya yang terbaring. Aleana menghampiri perlahan lalu memegang tangan Alya. "Kak Alya, Kak Alya pasti sedang kesakitan. Kak Alya harus kuat seperti aku. Alea ingin Kak Alya cepat sembuh nanti kita bisa main bersama lagi." Alya terduduk, namun itu bukan raganya tetapi jiwanya. Alya menangis melihat Aleana yang begitu peduli kepadanya. "Ternyata aku salah. Aku salah telah merasa iri kepadamu. Aku salah telah kasar sama kamu. Aku salah telah membencimu. Padahal kamu begitu baik dan tulus. Maaf, maafin aku Alea." Tiba-tiba, Aleana merasa pusing dan dia jatuh pingsan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD