Mengapa Tuhan tidak Adil?

1567 Words
Keluarga besar dari pihak Hardi dan Metta datang ke acara ulang tahun Aleana. Ada juga teman-teman sekelas Aleana dan anak-anak tetangga di perumahan tempat tinggal mereka. Ini adalah ulang tahun ke-dua Aleana yang diselenggarakan dengan meriah setelah ulang tahun pertamanya saat dia berumur 1 tahun. Di ulang tahun ke 2 sampai 5 tahun, tidak ada pesta meriah sebab kondisi kesehatan Aleana yang masih lemah. Jadi, ulang tahun ini selain merayakan hari lahir Aleana enam tahun silam, juga merupakan syukuran atas kesehatan Aleana yang semakin membaik. Metta tampil anggun dengan gaun ala putri yang memiliki warna senada dengan Aleana. Hardi juga mengenakan kemeja pendek berwarna merah muda. Kue ulang tahun bertingkat dengan dekorasi istana dan boneka putri di puncaknya lalu lilin angka 6 ditiup oleh Aleana setelah mengucapkan permohonan. Terdengar tepuk tangan meriah dan alunan lagu dari anak-anak. "Potong kuenya, potong kuenya, potong kuenya sekarang juga, sekarang juga." Metta membantu Aleana memotong kue lalu Aleana memberikan suapan pertama kepada Hardi, papanya. Setelah itu, Metta dan terakhir Hardi dan Metta menyuapi Aleana. "Selamat ulang tahun ya sayang. Sehat dan bahagia selalu untukmu. Mama Papa sayang kamu." "Alea juga sayang Mama, sayang Papa. Terimakasih untuk acara yang meriah ini. Alea senang sekali banyak teman-teman yang datang ke acara ulang tahun Alea hari ini." "Mama Papa juga berterima kasih ke Alea. Alea sudah kuat selama 4 tahun ini", ucap Metta dengan senyum bahagia dan mata yang berkaca. Aleana mencium lembut pipi Mama dan Papanya. "Tentu, Alea kuat karena Mama dan Papa yang selalu ada buat Alea." Mereka saling berpelukan dan berfoto. Pemandangan itu terlihat indah bagi Alya yang berada di sudut. Alya membayangkan dirinya berada di posisi Aleana. Memiliki papa mama yang kaya raya dan menyayanginya. Pasti hidupnya terasa sempurna. Tiba-tiba khayalannya buyar seketika saat ada 2 anak laki-laki datang dan mengejeknya. "Kamu kenapa duduk di kursi roda. Kamu enggak bisa jalan ya." "Jangan ganggu aku. Pergi kalian." "Kami ini teman sekelas Aleana. Kami diundang sama Aleana. Sedangkan kamu mana mungkin diundang dan enggak mungkin juga kan Aleana berteman sama kamu." Ello melihat Alya bersama 2 teman Aleana lalu Ello menghampiri mereka. "Kak Alya." "Dia ini kan anak laki-laki yang dulu sering di taman belakang sekolah." "Iya, saya hanya membantu ayah saya yang menjadi tukang kebun di sekolah." "Kok anak tukang kebun bisa ke acara ulang tahun Aleana. Lihat pakaiannya saja lusuh." "Maaf, kami permisi." Ello tidak ingin meladeni mereka tapi mereka malah mendorong Ello yang hendak membawa Alya pergi hingga Ello terjatuh. Lalu mereka mendorong kursi roda Alya menuju kolam renang. "Kita dorong dia ke kolam yuk, biar seru." "Kalian jangan ganggu aku. Hentikan kursi rodanya." Ello segera menyusul Alya dan menghentikan mereka. "Jangan ganggu kakakku." Lalu Ello mendorong mereka hingga terjatuh dan lutut mereka berdarah. Segera Ello menjauh dari mereka dengan membawa Alya ke kamar. (Saat kejadian, Aleana sedang berfoto bersama keluarga besar dari Metta. Ada Kakek Subrata, Nenek Mayang, Tante Mitha, adik Metta dan Om Adjie, adik bungsu Metta.) Mereka mengadukan perbuatan Ello kepada orangtua mereka. Orangtua mereka tidak senang, anaknya dikasari seperti ini dan minta Ello dihukum. Selesai Hardi, Metta dan Aleana berfoto keluarga, orangtua anak-anak itu mendatangi Metta saat Metta sedang berbincang bersama Mitha dan Adjie. Aleana masih bersama kakek dan neneknya. Sedangkan Hardi menerima panggilan telepon. (Keluarga besar dari Hardi tidak ada yang datang karena Hardi merupakan anak tunggal. Hardi menjadi pewaris tunggal kekayaan keluarganya setelah orangtuanya meninggal dalam kecelakaan 5 tahun lalu di saat Aleana baru berusia 1 tahun.) ***** "Sis, liat ini. Lutut Ivander berdarah." "Iya, lutut Rafael juga." "Apa mereka terjatuh saat berlarian? Saya akan ambilkan kotak obat." "Mereka tidak terjatuh melainkan di dorong oleh anak laki-laki yang bernama Ello. Dia itu anak tukang kebun yang dulu bekerja di sekolah. Mengapa dia bisa berada di sini?" "Saat ini, ayahnya bekerja sebagai tukang kebun di sini. Jadi keluarga mereka tinggal bersama kami." "Sis, jangan terlalu baik apalagi dengan orang bawah. Ini buktinya, anak saya didorong. Tolong Sis, panggilkan si Ello itu. Saya mau tegur anak itu." "Bagaimana bila kita bicarakan ini setelah acara selesai? Kita selesaikan secara kekeluargaan." "Baiklah, kami akan menunggu sampai acara selesai." Acara ulang tahun Aleana berlangsung meriah, banyak games menarik dan makanan. Aleana mencari Ello dan Alya karena dia tidak melihat mereka sejak tadi. "Dimana Kak Ello dan Kak Alya? Aku ingin membagi ini ke Kak Ello", sambil memegang sekotak coklat yang diberikan oleh kakeknya. Aleana menemukan Ello dan Alya di kamar mereka. "Kak Ello, Kak Alya, kalian tidak keluar. Ayo, kita keluar. Alea kenalin sama kakek dan nenek. Kakek Alea kasih coklat ini sebagai hadiah ulang tahun. Ini coklat kesukaanku dan aku ingin berbagi dengan kalian." "Alea, kami lebih baik di kamar. Tadi, Kak Alya diganggu oleh dua teman sekelasmu. Dan aku tidak sengaja mendorong mereka. Mereka pasti mengadu ke orangtua mereka dan aku pasti kena marah." "Kak Ello, Kak Alya, maafin teman Alea ya. Nanti Alea minta teman Alea minta maaf. Kak Ello juga minta maaf ke mereka." "Tapi...." Alya menyela mereka. "Sudahlah Aleana, kami tidak mau keluar. Kamu saja keluar dan bermain bersama temanmu." Aleana memberikan kotak coklat yang dipegangnya kepada Alya. "Kak Alya, coklat ini sebagai permintaan maaf Alea atas perbuatan teman-teman ku. Kak Alya jangan sedih lagi ya." Tapi Alya malah menepis kotak coklat itu sehingga jatuh ke lantai. "Pergi.... pergi...., kamu jangan sok baik. Kamu sama saja dengan teman-temanmu." Alea tidak mengerti, mengapa Alya marah kepadanya. Alea meninggalkan kamar mereka. Lalu Ello menyusulnya. "Alea...., maafin Kak Alya. Dia tidak bermaksud marah kepadamu. Dia mungkin hanya masih terkejut dengan kejadian tadi." "Memang teman-temanku melakukan apa kepada Kak Alya?" "Mereka mendorong kursi roda Kak Alya ke kolam renang dan hendak menjatuhkan Kak Alya ke kolam renang." "Jahil sekali mereka. Alea pasti memberitahu yang sebenarnya ke Papa Mama. Kak Ello tidak perlu cemas. Papa Mama Alea pasti bisa bersikap adil." Ello mengangguk. Saat Ello berbalik, Aleana melihat sikut Ello yang berdarah. "Kak Ello...., itu sikut Kak Ello kenapa?" "Hanya lecet saat tadi hendak membawa Kak Alya, temanmu mendorongku. Tapi ini hanya luka kecil, tidak apa." Lalu Ello kembali ke kamarnya. Acara ulang tahun Alea ditutup dengan doa berkat untuk Alea dan tamu undangan yang hadir. Setelah para tamu pulang, Metta meminta Hardi untuk menemani keluarganya. Metta menceritakan kejadian yang terjadi antara Alya dan Ello dengan temannya Aleana. "Mama tidak mau masalah ini menjadi besar. Ini hanya masalah anak-anak, jadi Papa bawa yang lain ke taman biar disini Mama yang urus." Setelah itu, Metta meminta Nian memanggil Alya dan Ello ke ruang tamu dimana sudah ada Mama dari Ivander dan Mama dari Rafael. "Bu Nian, sepertinya ada sedikit kejadian yang harus diselesaikan antara anak-anak ibu dengan anak-anak teman Alea." Metta menceritakan kejadian yang dia dengar dari Mama Ivander dan Rafael kepada Nian. "Ello tidak mungkin sampai mendorong mereka, dia tidak pernah kasar sama orang apalagi mereka lebih kecil darinya." "Iya Bu, makanya saya ingin menyelesaikan kesalahpahaman ini. Saya ingin mendengar cerita dari Alya dan Ello mengenai kejadian ini." Nian memanggil Alya dan Ello ke ruang tamu. Sementara itu, Hardi, Aleana dan keluarga Metta yang lain sedang berada di taman belakang bersama Sutoro. Mereka kagum dengan keindahan dan kesejukan di taman. "Tamannya menjadi asri, indah dan sejuk. Pak Toro memang memiliki jiwa seni dalam berkebun", puji Subrata. "Terimakasih pujiannya Pak." Mereka antusias dengan berbagai jenis tanaman yang ada di taman. Namun, Aleana tidak melihat mamanya, jadi dia mencari mamanya. Aleana melihat Alya dan Ello bersama ibunya berjalan ke ruang tamu. Aleana mengikuti mereka. "Ternyata Ivander dan Rafael yang tadi menjahili Kak Alya", gumam Aleana. Metta mempersilahkan Nian dan Ello untuk duduk. "Ello, apa benar tadi kamu mendorong mereka?" "Benar Tante tapi mereka yang mengganggu Kak Alya pertama kali." "Itu benar, mereka mengganggu saya, jadi Ello hanya berusaha menolong saya. Mereka ingin mendorong saya jatuh ke kolam renang", ucap Alya membela diri. "Tidak mungkin anak saya ingin mendorong jatuh kamu. Buat apa? Jangan asal menuduh anak saya. Mana buktinya dia ingin mendorong jatuh kamu", ucap Mama Ivander kesal. "Iya betul, anak kami ini anak baik, jangan sembarangan bicara", timpal Mama Rafael. "Tapi itu betul. Mereka bukan anak baik. Mereka nakal", balas Alya dengan mata berkaca. Metta segera menengahi. "Moms, bagaimana bila kita tanya langsung ke anak-anaknya terlebih dahulu?" "Ivander, Rafael, Tante tahu kalian anak baik. Anak yang baik selalu berkata jujur. Sekarang kalian ceritakan kepada Tante, apa benar kalian yang mengganggu Alya pertama kali?" Ivander dan Rafael saling menatap lalu menggeleng. "Tidak Tante, anak perempuan itu yang berbohong. Airmata Alya membasahi pipinya, hati Nian juga teriris. Perlakuan merendahkan orang bawah seperti mereka sudah seringkali terjadi kepadanya namun sekarang dialami oleh Alya dan Ello. Nian sungguh merasa sedih. Dia pun segera meminta maaf. "Maaf, saya menyela. Saya ibunya Alya. Saya minta maaf kepada ibu-ibu karena telah melukai anak ibu-ibu. Alya dan Ello cepat minta maaf." "Bu... Alya enggak salah. Mereka yang salah jadi mereka yang seharusnya meminta maaf sama Alya." "Lihat kelakuan anak ibu ini, sudah cacat, orang rendahan, besar kepala pula." (Perkataan itu mengiris hati Alya. Terlahir di lingkungan kelas bawah dan terkena penyakit yang menjadikannya lumpuh, bukan pilihan dirinya. Kalau bisa memilih, tentu dia ingin terlahir seperti Aleana, memiliki segalanya.) "Mengapa Tuhan tidak Adil?", ucap Alya dalam hatinya. Aleana segera menghampiri mamanya. "Mama, Kak Ello sudah cerita dan Alea yakin Kak Alya tidak berbohong. Ini buktinya." Alea memperlihatkan kedua sikut Ello yang juga berdarah karena jatuh didorong Ivander dan Rafael. Tiba-tiba juga, datang seorang anak perempuan dari balik pintu. Dia telah berdiri sejak awal dan memperhatikan yang terjadi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD