Temani Disa Bang

1576 Words
Cintaku pada dirimu akan semakin berkemban, namun cintaku pada keluargaku akan semakin menguat seiring berjalannya waktu -- LoveDisaDiary **** "Bang Daniz , jangan tinggalin Disa ! Disa takut !" teriak Disa ketika dirinya tidak menemukan sosok abang tersayangnya di sisinya . Gadis cantik itu melihat keseluruh sudut ruangan bercat putih dengan wajah takut , airmata sudah mulai terkumpul dikedua pelupuk matanya siap meluncur kapan saja . Terdengar suara pintu dibuka memunculkan seraut wajah penyebab gadis cantik berpipi tembam itu ketakutan berada diruangan sendirian . "Bang Daniz kemana saja? Disa takut disini sendirian," ucap gadis itu dengan bibir manyunnya. Daniz berjalan mendekati ranjang sang adik. Ditariknya kepala Disa dalam pelukan sembari mencium puncak kepala gadis itu dengan sayang . "Maaf , Bang Daniz minta maaf. Abng keluar kamar tidak bilang sama Disa. Abang Daniz cuman kekantin bentar beli kopi," ucap Daniz sembari menepuk pelan punggung adiknya , Daniz merenggangkan pelukannya menghapus airmata di wajah cantik Disa yang pucat. "Sudah jangan nangis ya, jelek banget adik aku kalau nangis ." ucap Daniz lembut. Disa mengangguk patuh sembari menghapus sisa airmata dengan punggung tangannya . "Abang beli apa dikantin ?" tanya Disa sembari menatap tas plastik yang tadi dibawa Daniz . "Oh ini abang beli kopi buat abang , roti isi buat abang , s**u coklat buat abang , nasi uduk buat abang , permen coklat juga buat abang," sahut Daniz sembari mengeluarkan isi tas plastik diatas meja kecil disamping ranjang Disa , Disa menatap kakaknya dengan pandangan kesal dan bertanya . "Kok semua untuk abang sih?! emang Disa nggak boleh ya makan itu juga ." Daniz tertawa, diacaknya rambut Disa yang tidak tertutup hijab, membuat adik perempuannya kesal dengan bibir yang manyun seperti mulut bebek menjadi kesenangan tersendiri buatnya . "Ihhh jeleknya adik abang , perasaan anak daddy Rewindra dan mommy Ara itu cakep semua loh ." Daniz masih semangat menggoda Adiknya , Disa mendengus kesal dan memukuli lengan abangnya dengan sekuat tenaganya . "Loh loh kenapa abang dipukul sih? kan bang Daniz bicara yang sebenarnya ." Daniz masih berusaha menghindari pukulan tangan kecil Disa. Disa tidak peduli akan protes abang jahilnya ini dia terus memukuli abangnya hingga tanpa sengaja Daniz yang duduk dipinggir ranjang terjatuh karena menghindari pukulan Disa , Disa tertawa lepas melihat wajah kakaknya yang kesakitan . "Karma apa yang aku lakukan punya adik kok kejam bener. Abangnya jatuh malah ditertawakan," sungut Daniz sembari menggosok bokongbya yang sukses bersentuhan dengan lantai dengan cukup keras . Tawa Disa terhenti saat terdengar suara pintu dibuka. Tampak seorang pria tampan mengenakan jas dokter dengan stateskop dilehernya berjalan memasuki kamar dimana Disa dirawat. Dibelakangnya dokter tersebut ada dua orang perawat mengekori . "Assalamualaikum , selamat pagi duo D ! pagi -pagi sudah ceria aja emang semalam abis nonton kembang api ya," sapa pak dokter tampan bernama David Poomi seperti yang tertera di nametag didada kanannya . "Walaikumsalam, Om dokter ." jawab Duo D bersamaan. David tersenyum, tiba-tiba Disa berteriak membuat Dr David , Daniz juga dua perawat yang berada didekatnya terlonjak kaget . "Ya Allah , Disa kenapa, Sayang?" tanya David khawatir sambil memegang bahu Disa, namun gadis itu diam sambil menggigit bibir bawahnya . "Iya, Dek! kamu kenapa ?" Daniz ikutan khawatir , digoyang - goyangnya kaki Disa yang tertutup selimut . "Kepala Disa pusing lagi ? Atau mual ? Kata kan ke om apa yang Disa rasakan?" pertanyaan runtut David membuat Disa menatapnya malu , perlahan gadis itu menggeleng pelan. "Disa tidak apa-apa om David. Disa hanya lupa pakai jilbab, Disa malu ." jawab gadis itu sembari menutup wajah dengan kedua tangannya . Dokter David menghela nafas lega , tersenyum sembari mengelus rambut hitam gadis itu perlahan . Daniz juga menghela nafas lega bercampur kesal karena jantungnya sempat berdetak kencang saat Disa berteriak tadi . Segera dia berjalan kearah sofa dimana Jilbab Disa berada , diambilnya selembar jilbab instan dari dalam paper bag dan dengan lembut dikenakannya ke kepala adiknya menutupi seluruh rambut panjang hitam dan legam milik Disa seperti bintang iklan shampo . Dr David segera memeriksa kondisi Disa sambil sesekali memberi kalimat kalimat motivator dan candan membuat gadis cantik itu kadang mengangguk kadang tertawa kecil . "Gimana dok kondisi adik saya ?" tanya Daniz penasaran. David menegakkan tubuhnya lalu memberi isyarat pada Daniz untuk mengikutinya keluar . "Disa sudah baikkan. Kondisi tubuhnya sudah lebih baik dari kemarin. Disa banyak istirahat ya sayang , kalau pusingnya datang lagi cepat panggil saya lewat tombol.merah itu , oke gadis cantik ." David berbicara dengan penuh senyum agar Disa tak melihat raut sedih dimatanya. Disa mengangguk dan tersenyum memamerkan deretan gigi putihnya dan dua lesung pipi dipipinya yang tembam . "Kalau begitu Om mau ngecek pasien lainnya dulu ya. Assalamualaikum," pamit David tangan kanannya mengelus kepala gadis itu . "Abang anter Om David dulu ya, Dek," pamit Daniz sambil mencium kening adiknya. Disa mengangguk lalu kembali meraih novel dari meja nakas disebelahnya . David berhenti agak jauh dari kamar Disa dibelakangnya Daniz pun ikut berhenti . "Kapan daddymu pulang ?" tanya David pada Daniz yang bersandar di tembok kamar rawat inap . "Insya Allah , kalau tidak delay, nanti siang habis dzuhur daddy sudah sampe dirumah ." "Kalau daddy sudah dirumah suruh telphone Om David ya ." Daniz mengangguk lalu bertanya dengan suara pelan tapi masih bisa didengar oleh David . "Apakah kondisi Disa semakin parah, Om ?" David terdiam sesaat , menghela nafasnya yang terasa berat . "Menuju parah tepatnya , untuk itu om mau bicara langsung sama daddy dan mommy kamu ." "Segera Daniz sampaikan pesan, Om ." "Baiklah, tolong temani Disa jangan buat dia sedih dan stres ya , om jalan dulu ," ucap David sambil menepuk pundak Daniz , pemuda tampan itu mengangguk lalu berbalik kekamar Disa . *** Disa merasa bosan sendirian dikamar karena Daniz harus pergi kekampus hari ini ada matkul yang nga bisa bolos , walau sebenarnya dia dangat berat meninggalkan Disa sendiri . "Hallo my sweety , bebeb dateng nih ." Trdengar suara cempreng yang sangat familiar. Seorang pemuda tiba-tiba sudah berdiri di depan Disa . "Kalau masuk itu biasain ucap salam dulu kenapa," hardik Disa pada pemuda tampan didepannya ini . "Eh Iya , Aa lupa sayang," sahut Pemuda itu dengan cengiran khasnya ," Assalamulaiakum matahariku , cantik sekali kau setiap hari ." Davin pemuda tengil tapi tampan dia yang berusaha selalu ada untuk Disa disamping Daniz tentunya. Putra pertama Dr David dan Melia ini memang lebih tua dua tahun dari Disa juga Daniz sejak mereka usia anak-anak selalu bersama walau masih ada Frizt dan Friska anak Devan dengan Bianca juga Sitampan Akio dan sicantik Mayumi anak dari Hiro dan Krisnabella, namun Davin lebih dekat dengan si Kembar Dua D. "Kok makan siangnya tidak dimakan beb? Aa suapin ya, Sayang ." Davian mengambil sendok dan mulai menyendok sup untuk Disa , tapi gadis itu menolak dan menggelengkan kepalanya . "Tidak lapar ," sahut Disa pelan. Davin tak memaksa karena dia sangat tahu Disa akan sangat marah jika dipaksa apalagi sampai dibentak. Daddy dan mommy nya pun lebih banyak mengikuti apa kemauan gadis ini kalau menurut mereka salah , sang Daddy atau mommy akan mengatakannya dengan lembut . "Tidak lapar atau tidak suka sama makanan rumah sakit ?" tanya Davin dengan senyumnya yang selalu menawan . "Nah itu tahu, pakai nanya lagi." sahut Disa dengan wajah cemberut , Davin meringis karna merasa nga peka dengan gestur Disa . "Iya Aa minta maaf ya. Sekarang sayang mau makan apa ?" "Aku hanya ingin makan salad buah yang ada didepan SMA aku dulu," sahut Disa malu , Davin hanya menaikkan alisnya . "Salad buah ? Sayang kan belum makan nasi ntar perutnya sakit , atau Aa beliin bubur ayam mau tidak?" tawaran Davin tak mendapat respon gadis cantik dihadapannya malah memalingkan wajah ke jendela kamar inapnya . "Oke , oke Aa belikan salad , tapi sayang makan dulu ya? Tiga sendok juga tidak apa-apa kok ." bujuk Davin sambil kembali menyendok nasi dan kuah sup dan mengulurkan kemulut gadis itu . Disa masih menutup mulutnya rapat . "Disa, masih inget tidak? kakek Disa kan pernah bilang. Kita harus menghargai nasi karena kita bisa makan nasi karena kerja keras petani mereka bekerja dibawah terik matahari juga hujan badai agar kita bisa menikmati nasi , juga kalau kita selalu membuang nasi ntar ayam peliharaan bisa mati semua ." Davib bercerita dengan versi dia tentunya sedikit melenceng dan didramatisir . "Cerita mulu kapan nyuapinnya," ucap Disa akhirnya membuat Davin tersenyum lebar dan mulai menyiapin gadis yang sangat dicintainya ini . Disuapan ketiga tiba- tibw Disa kembali menutup rapat mulutnya dengan tangan kanannya . "Stop sudah tiga sendok , kakak harus nepatin janji ." Davin menghela nafas kasar , dia harus banyak sabar menghadapi gadis didepannya ini . "Oke oke Aa tepati janji " sahut Davin yang langsung menjauhkan peralatan makan yang baru berkurang sedikit isinya ke meja sofa. Lalu membantu gadis itu untuk meminum obatnya . Davin beranjak mengambil paperbag yang tadi dibawanya lalu mengeluarkan isinya , meletakkan jus wortel strawberry dan 2 batang permen coklat kacang hazelnut diatas meja kecil didepan Disa . Davin bisa melihat mata indah Disa berbinar melihat apa yang dibawa Davin untuknya . "Untuk Disa?" tanyannya sambil menatap Davin dengan mata puppy eyesnya . "Tentu saja ini semua untukmu. Tidak boleh untuk yang lain ." Sahut Davin sembari mengelus kepala Disa lembut. Senyum.yang membuat orang rindu akan dirinya , Devian sangat suka senyum itu dan dia berjanji akan selalu berusaha melijat Disa tersenyum dengan manis walau itu kadang sulit . ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD