Mahkota Bunga Untuk Disa

1380 Words
Tak terasa airmata mengalir dipipi halus seorang wanita cantik berhijab saat mendengar lagu indah itu. Lagu Putri Kecilku yang di nyanyikan Dewi Yull untuk putri tercinta Gisha yang menderita Tuli. Wanita itu duduk di sisi ranjang seorang gadis cantik yang nampak tertidur pulas dengan jarum infus yang masih tertancap dipunggung tangan kirinya . Hatinya terasa sakit, sebagai seorang ibu tidak pernah bermimpi melihat anak yang merupakan permata hatinya terbaring karena penyakit yang tak pernah diduga sebelumnya . Tangannya menggenggam tangan lemah gadis yang tertidur. Alunan Surah Al Waqiah mengalun lembut dari bibir merah muda itu . Terdengar suara pintu dibuka, sesosok tinggi tegap berjalan perlahan mendekati wanita yang masih tafakur dalam bacaannya . "Istirahatlah, Wifey! kamu juga butuh istirahat agar saat putri cantik kita bangun , dia bisa melihat wajah mommy nya yang segar dengan senyum yang manis. Ingat! masih ada Daniz Derryl dan Darifa yang sama-sama butuh diperhatikan ." hibur suara bariton itu pelan sambil memcium puncak kepala wanitanya yang tertutup hijab coklat muda . Wanita itu tak menjawab , dia malah memeluk pria itu dan menangis didada bidangnya . "Kenapa harus dia, Mas! kenapa harus putri cantik kita?" ucap wanita itu dalam isak tangisny. Pria bersuara bariton itu hanya menghela nafas pelan sambil mengelus kepala wanitanya dengan sayang . "Ara ... dengar, Mas! ini adalah ujian buat kita , dan kita harus ikhlas menerima ini semua sebagai bentuk kasih sayangNya ." Araela ya wanita cantik berhijab itu bernama Araela Ayu Bestari Wiratama istri dari Rewindra Wiratama si Ceo ganteng dan tajir mantan Militer berpangkat Mayor Penerbang . Tiba-tiba Araela merasakan jika genggaman tangannya mendapat respon, walau lemah. Seketika dia mengangkat wajahnya dari d**a bidang sang suami , dan menatap kearah putri cantiknya . "Dad , mom ! Disa haus ." ucapan lirih suara halus itu berhasil membuat Rewindra dan Araela berucap syukur tiada henti. Rewindra langsung mengambil gelas dan mengisinya dengan air putih lalu diberikan ke Araela yang langsung memberikannya dengan perlahan ke Disa . "Gimana, Sayang? apa yang kamu rasakan ?" pertanyaan dari suara lembut Araela membuat gadis cantik itu tersenyum . "Pusing dan lemes, Mom ," sahut Disa lemah namun bibirnya selalu tampak tersenyum , " Dad bolehkah Disa minta sesuatu?" Rewindra memasukkan ponselnya kedalam kantong setelah menelphone Dr David , menoleh kearah putrinya dan berjalan mendekat . "Ya, ada apa, Sayang? katakanlah ." "Disa pengen ketaman, lihat bunga dan burung, Dad ." Rewindra tersenyum dan mengelus kaki putrinya lalu Rewindra pun mengangguk . "Boleh , tapi kita tunggu om David dulu ya, Sayang," sahut Rewindra dengan wajah yang biasanya datar dan dingin kinj terlihat sangat hangat . Tak lama terdengar suara langkah kaki memasuki kamar VIP itu . Tampak Dr David beserta beberapa orang dokter lainnya dan perawat mendekati ranjang Disa . "Assalamualaikum gadis cantik, bagaimana sayang udah bisa om ajak jalan ke mall?" sapa David setengah menggoda. Disa hanya tersenyum sementara Rewindra menatap David dengan tatapan matanya yang tajam. Araela menarik Rewindra untuk duduk di sofa agar memberi ruang para dokter memeriksa kondisi anak mereka . Sekitar 15 menit para dokter memeriksa kondisi Disa akhirnya mereka berpamitan. Meninggalkan David yang tampak berbicara serius dengan Rewindra didekat pintu, sengaja menjauh agar Disa tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. "Om David !" panggil Disa membuat dokter David yang sedang berbicara serius dengan Daddynya menoleh . "Ya, Disa sayang ada apa ?" "Disa pengen ketaman om , apa boleh ." David diam sesaat, dia menatap wajah polos gadis itu yang menatapnya penuh harap , lalu dia tersenyum dan mengangguk . "Emm Boleh , tapi jangan terlalu sore ya dan jangan terlalu lama juga ya sayang , Disa kan baru pulih ." jawaban David membuat gadis cantik itu tersenyum sumringah. Disa lantas menoleh kearah mommy nya yang sedang duduk disisi ranjang dan Araela pun membalas tatapan putrinya dengan senyum seraya mengelus pipi putri cantiknya. "Iya, Om! Disa nggak lama kok ." Wajah Rewindra terlihat serius setelah berbicara dengan David. Pria berbadan tinggi dan tegap itu berjalan ke arah sofa, mendudukkam tubuhnya lalu menyandarkan kepala di sandaran sofa . "Daddy kenapa, Mom ?" "Daddy hanya lelah, Sayang! semalam daddy baru pulang dari Lombok ." Araela mengelus kepala putrinya yang terbungkus hijab warna hitam sembari tersenyum. Dengan ekor matanya dia dapat melihat raut lelah , khawatir dan kesedihan di wajah pria tercinta. Tak lama Rewindra berdiri dari duduknya lalu berjalan menghampiri ranjang putrinya . "Masih ingin ke taman ?" tawar Rewindra dengan senyum diwajah tampannya. Disa mengangguk senang , lalu merentangkan tangan kearah Daddynya. Rewindra mengangkat satu alisnya dan menoleh kearah Araela yang sedang menatapnya dengan wajah tersenyum. Dengan gerakan bibir, Araela memberi tahu suaminya kalau Disa minta digendong . Rewindra terkekeh kecil , lalu membalikkan badannya . "Ayo naik kepunggung,Daddy ." Disa tanpa menunggu perintah kedua langsung nemplok dipunggung kekar milik daddynya , hal yang sering kali dilakukan Rewindra sewaktu Disa kecil hingga remaja . "Ehh , ini mau kemana ?" suara bariton milik pria muda menghentikan langkah Rewindra dan Araela saat keduanya baru mencapai pintu . Tampak Daniz yang masih mengenakan stelan jas kerjanya berdiri di depan pintu, dibelakangnya tampak Derryl yang menggendong Ifa . "Kenapa anak perempuan dikeluarga ini selalu minta gendong ?" komentar Derryl yang langsung nyelonong masuk dan menurunkan Ifa di dekat Araela sementara pemuda tanggung itu langsung menjatuhkan tubuhnya disofa . "Kalau Disa dan Ifa yang digendong, itu sih wajar saja. Kecuali kamu, jangankan ngegendong! ngangkat kamu pake tandu aja nggak bakalan ada yang mau!" ejek Daniz seperti biasanya , sementara Derryl menulikan telinganya karena godaan sekaleng biskuit lebih menarik mata daripada meladenin ejekan Daniz si abang usilnya . "Tuh liat Mom , karung beras mommy! nggak bisa lihat makanan nganggur main sikat aja," Ucap Daniz menunjuk kearah Derryl yang sibuk mengunyah biskuit dengan cueknya. "Ya baguskan , jadi mommy tidak merasa mubazir setiap.kali masak , ada penampungan kalau tidak habis," sahut Araela di sambut tawa keras Daniz. Sementara Derryl yang dijadikan subyek ejekan hanya memeletkan lidahnya saja . "Ayo, Dad! kapan jalannya ." suara lembut Disa menghentikan keusilan Daniz , dan Rewindra hanya mengangguk . "Mau kmana sih, Dad ?" tanya Daniz lagi . "Bang Daniz kepo." suara Ifa menjawab pertanyaan Daniz yang langsung bersembunyi dibelakang tubuh Araela sambil.memeluk kaki wanita cantik itu . "Eittt! udah berani ngatain abang tampannya ya, pasti sikarung beras nih yang jadi suhunya," sahut Daniz sembari berjalan menuju Ifa lalu menangkap tubuh mungil bocah usia 6 tahun itu lalu menciumi dan mencubit pipi gembil gadis kecil itu membuat Darifa tertawa geli . "Disa pengen menikmati sore ditaman ." Araela berusaha melerai keusilan Daniz menggoda adiknya dan berhasil , Daniz kembali berbalik kearah Daddynya . "Biar sama Daniz saja, Dad! daddy kan baru pulang dari dinas luar daerah." ucap Daniz sambil mendekatkam punggungnya ke Disa . Disa dengan senang hati berpindah kepunggung abang kembarannya . Dengan penuh hati-hati Daniz membawa Disa dalam gendongannya menuju taman rumah sakit . "Kenapa tubuhmu menjadi ringan, Dek ? Begitu parahkah sakitmu?" gumam Daniz dalam hati tanpa sadar airmata mengalir dari ujung kedua matanya dan Daniz segera menghapus dengan punggung tangan sebelum Disa melihat dan memberinya pertanyaan yang pasti tak akan bisa dia jawab. Sementara Disa yang berada digendongan Daniz tidak bisa melihat itu, gadis cantik itu dengan ceria bercerita dan melemparkan tebakan konyol ke abangnya. Seolah-olah, dia tidak pernah merasakan sakit yang membuat semua orang panik juga takut. Daniz mendudukkan Disa diatas kursi besi yang ada ditaman , lalu dia berjalan kearah rinbunan bunga rambat dan tak lama dia kembali ketempat dimana Disa duduk dengan mahkota bunga ditangannya . "Abang dapat dari mana ini, cantik banget ?" tanya Disa saat Daniz meletakkan mahkota bunga itu dikepalanya . "Kamu suka ?" tanyanya sambil memandangi wajah sang adik, Disa mengangguk senang . "Abang tadi ambil dari situ." tunjuk Daniz pada sekumpulan bunga baby rose . "Ihhh bang Daniz usil, ntar kalau dimarahi gimana?" "Siapa yang berani marah ini rumah sakit punyanya Om David ? Kalau mereka marah Abang beli rumah sakit ini, biar om David jadi pengangguran." Disa tertawa sambil menutup mulutnya dengan tangan sampai matanya sipit . Daniz selalu punya cara untuk membuat Disa tertawa walau terkadang Daniz suka usil. "Kak Akio dan Kak Devian semalam datang menjengukmu!" "Oh!" Daniz menatap adiknya dengan tatapan bingung."Kok Oh?" "Terus Disa harus jawab apa?" "Siapa diantara keduanya yang Disa sukai?" Disa menggeleng pelan,"Disa nggak tahu!" ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD