Disa Mendapat Serangan

1079 Words
"Aku tak ingin melihat airmata di pipi Mommy. Tak ingin melihat wajah khawatir Daddy juga wajah takut Bang Daniz dan Derryl. Tapi aku juga tak bisa menolaknya, hanya berharap Allah masih memberiku nafas diusiaku hingga aku bisa membahagiakan kedua orangtuaku." DisaLove Diary. *** Dua tahun kemudian "Dad! daddy harus percaya sama Abang Kalau bukan Abang yang cari masalah duluan!" ucap Daniz pada Daddynya yang sedang fokus dengan berkas berkas kantor diruang kerja Rewindra dirumah . Rewindra meletakkan dokumen yang dibacanya, lalu menatap putra sulungnya tajam . "Lalu kenapa Abang memukulinya hingga babak belur begitu?" "Karena dia sudah berusaha mendekati Disa dan berkata tidak pantas ke Disa ." "Karena itu abang memukulnya ?" "Abang memukul untuk membela diri juga Disa, Dad!" "Tapihal tersebut tetap saja salah, bukan seperti itu cara melindungi adik kamu. Lihat adikmu jadi tertutup dan sulit dapat teman, karena mereka takut denganmu ." "Daniz tidak bermaksud begitu Dad , Daniz hanya tidak mau Disa sedih karena teman yang mendekatinya tidak tulus ." "Boleh saja Daniz melindungi Disa karena dia adik kamu dan daddy bangga sama Daniz. Tetapi dengan membatasi pergaulan Disa dalam berteman itu terlalu berlebihan , Disa tidak bisa selalu menjadi ekormu." Daniz hanya menunduk mendengar semua apa yang diucapkan daddynya. Dalam hati dia membenarkan apa yang diucapkan Daddynya , seharusnya dia sebagai kakak menjaga adiknya dengan baik tanpa membatasi ruang geraknya. Disa seorang gadis remaja yang butuh teman dan juga privasi dan semua itu tak bisa dia lakukan dan penuhi sebagai kakak sekaligus kembaran Disa . Ruang kerja itu kembali hening Daniz masih berusaha memahami maksud perkataan Daddynya barusan , hingga sebuah teriakan membuat mereka berdua saling memandang . Rewindra langung berlari keluar diikuti Dani. Dengan langkah lebar dua pria berbeda usia ini menaiki tangga menuju keasal suara . Di depan kamar putrinya Rewindra melihat si princes Disa tampak tergeletak dilantai dengan kepala berada diatas pangkuan Derryl adiknya. Wajah Disa sangat pucat dan dari hidungnya keluar darah segar yang membasahi piyama yang di pakai Disa juga tangan Derryl. Duduk bersimpuh di dekat Disa, tampak Araela yang menepuk-nepuk pipi Disa sambil menangis . "Daniz siapkan mobil!" perintah Rewindra yang langsung dikerjakan Daniz . "Kita bawa Disa kerumah sakit sekarang! Sayang telphone David segera!" perintah Rewindra seraya berjongkok lalu dengan hati-hati mengangkat tubuh Disa dari pangkuan Derryl. Araela dengan cepat meletakkan kapas dihidung Disa untuk menghentikan pendarahannya . Derryl segera mencuci tangannya dan langsung berjalan menyusul orangtuanya sambil memapah Araela yang masih menangis. Sementara Pak Dirman dan Bik Darsih mengantar majikannya seraya menggendong Iffa yang baru tertidur. Tanpa menunggu lama Daniz melajukan mobil Land Crueser membelah jalanan kota Jakarta , berusaha secepatnya untuk bisa sampai dirumah sakit tepat waktu. Sementara Rewindra tetap memeluk Disa dalam pangkuannya. Wajah pria itu terlihat tegang dengan rahang yang mengatup rapat. Akhirnya Daniz berhasil mengantar adiknya kerumah sakit. Rewindra segera menggendong Disa masuk ke ruang UGD diikuti Araela istrinya juga Derryl sementara Daniz menyusul setelah memarkirkan mobil daddynya . Setelah satu jam menunggu dalam kekhawatiran, akhirnya Dokter David keluar dari ruangan tindakan. Wajah dokter tampan itu terlihat tegang . "Rewindra, Ara. Bisa ikut saya?" ajak David pada Rewindra yang duduk sambil memeluk istrinya . Rewindra memgangguk lalu membantu Araela bangun dari duduknya . "Daniz dan Derryl temani Disa sampai kekamarnya. Jangan pergi jika bukan daddy yang nyuruh!" Ucapan tegas Rewindra memberi intruksi kepada dua orang putranya yang mengangguk lalu berjalan memgikuti perawat yang mendorong brankar saudara perempuan mereka. Sementara Rewindra dan Ara duduk dihadapan David yang tampak serius dengan berkas pasien ditangannya . "Berapa lama Disa mendapat serangan?" tanya David memandang sepasang suami istri didepannya yang juga sahabat dekatnya . "Sekitar satu jam yang lalu," jawab Araela , dia menggenggam tangam suaminya erat . "Serangan kali ini cukup parah , sehingga saya memutuskan Disa dirawat di ICU ." "Seberapa parah kondisi putri saya." "Kondisi Disa sudah stadium tiga." Jawaban David membuat hati Rewindra dan Araela hancur , Araela tampak terpukul mendengar putri kesayangannya harus menderita sakit yang mengerikan ini . Setelah cukup mendengar keterangan David , Rewindra mengantar Araela untuk melihat Disa diruang ICU. Di sana disebuah ranjang tampak terbaring seorang gadis dengan berbagai alat bantu hidup yang menempel ditubuhnya . Araela kembali menangis dalam pelukan Rewindra , sementara tangannya mengelus lembut wajah putrinya . "Sudah jangan menangis, Wifey. Kiita doakan, agar putri kita bisa melewati ini dam bisa kembali berkumpul bersama kita lagi. Mas yakin, Disa kuat dan bisa melewati ini semua." Hibur Rewindra , Araela hanya mengangguk. dia masih terisak di sisi putrinya . "Ayo sayang kita tunggu diluar , biar Disa istirahat ." Rewindra menarik istrinya dengan lembut. Dengan perasaan tak rela Araela menuruti suaminya keluar dari ruang ICU . "Apa yang terjadi dengan kak Disa, Dad ?" tanya Derryl bocah tampan kelas 3 SMP itu memandang Daddynya dengan pandangan tajam . "Kak Disa menderita Leukimia0 Dek" suara perempuan menjawab pertanyaan Derryl , ya itu suara mommynya, Araela . "Leukimia ? Asthafirullah ." Derryl tampak terkejut begitu pula dengan Daniz yang sebelumnya sedang asik dengan ponselnya. "Kalian berdua tetap disini , daddy mengantar mommy pulang dulu ." Daniz dan Derryl mengangguk lalu mengambil tangan kedua orangtuanya dan mencium dan memeluk keduanya . Mereka mengerti bagaimana perasaan kedua orangtuanya , sama seperti perasaan mereka berdua yang tak rela dan ikut merasakan sakit saat melihat saudara perempuan mereka terbaring lemah dengan peralatan disekujur tubuh mungilnya. Setelah melihat, mencium dan memeluk Disa , Dua cowok ganteng tu lalu kembali duduk diruang tunggu pasien ICU , pikiran mereka berkelana entah kemana. Tiba-tiba Daniz mendengar isak tangis walau pelan tapi dia masih bisa mendengarnya . "Kamu nangis, Dek?" tanya Daniz sembari menatap Derryl yang tampak menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Derryl tak menjawab pertanyaan abangnya , dia hanya menggeleng namun Daniz yakin adik laki-lakinya sedang menangis . "Laki-laki memang pantang menjadi cengeng! Tapi tak apa jika ingin menangis untuk mengeluarkan rasa sesak di d**a. Disa pasti akan sehat kembali percaya pada Abang ." Usapan lembut tangan Daniz dibahu Derryl mampu membuat bocah itu memgangguk dan menghapus airmatanya . "Lebih baik kita sholat yuk , kamu belum sholat isya kan ? Abang juga belum," ajak Daniz sembari berdiri . "Tapi kak Disa gimana? dia akan sendirian nanti ." "Disa akan menunggu kita kembali. Tenang saja , karena kita berdua adalah cogannya ." sahut Daniz menyakinkan adiknya. Setelah berpikir sejenak akhirnya Derryl menyetujui ajakan kakaknya. Walau hanya mengenakan piyama panjang, Derryl tampak khusyuk memanjatkan doa untuk kakak perempuannya. Airmata kembali jatuh, saat dia teringat bagaimana Disa pingsan di pelukannya saat akan mengajaknya menonton anime terbaru. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD