Satu Hal Yang Mengejutkan

1081 Words
"Biarkan Sang Angin yang menjatuhkan daun kuning Menerbangkan debu yang melekat pada dedaunan yang merangas panas. Sama seperti rindu dihati yang kering Terasa jauh walau mereka saling dekat" DisaLove Diary *** Disa tampak duduk di bawah pohon Tanjung yang berdaun rimbun dan teduh . Pohon besar dengan dahan seperti membentuk kerangka payung itu sangat teduh menaungi gadis cantik berhijab dari teriknya panas matahari . Diatas pangkuanya ada sebuah buku tebal berjudul Economi Building by Mikro yang sedang dibacanya, sesekali tangan kanannya menuliskan sesuatu di buku binder berwarna biru muda. "Dicariin dari tadi ternyata ada disini! loe emang nggak buka chat, Di ?" suara cempreng Sabika terdengar bak toak masjid , Gadis dengan kerudung warna milo itu menampilkan wajah sedikit kesal sambil mendudukkan tubuhnya di sebelah Disa . "Maaf, Bik! ponselku lagi melakukan tugas lainnya," jawab Disa sembari menunjukkan layar ponselnya yang menampil pemutar lagu berjudul Be With You by Tiara . "Seneng banget sih dengerin lagu Jepang? Memang tahu artinya? komentar Bika sembari ikut mendengarkam dari 1 earphone dikuping Disa . "Seneng aja dengerinnya. Kalau artinya sih tahu dikit-dikit," aku Disa tersipu malu , sementara Bika mengangkat bahunya . Ponsel Disa berbunyi menampilkan notif pesan chat . Bang Daniz Dimana ? Me Taman depan Fakultas Ekonomi . Bang Daniz Pulang bareng nggak? kalau iya, abang tunggu di parkiran sekarang. Kalau tidak Abang mau langsung ngantor." Me Disa pulang sama Bika boleh tidak, Bang ? Bang Daniz Mau kemana ? Me Ke kafe kak Davin sekalian ngerjain proposal acara baksos bulan depan . Bang Daniz Udah izin mom ? Me Sudah Bang Daniz Ya udah hati-hati , pulang sebelum maghrib . Me Iya bang , assalamualaikum . Bang Daniz Walaikumsalam . Sabika melirik kearah Disa yang sedang fokus dengan ponselnya. "Chat sama siapa sih? "Bang Daniz , skalian izin kita mau mampir ke kafe kak Davin." "Abang loe itu sebenernya cakep abis loh, Di! alim lagi cuman ya gitu, jutek dan dingin banget." "Loe naksir Bang Daniz?" "Kalau dulu sih iya, tapi sekarang enggak lagi." "Kenapa?" "Merasa kapok ! Karena sudah pernah diomelin abis-abisan, waktu kejadian gue boncengin loe pake motor, terus kehujanan. Cukup sekali aja ngerasain mulut pedesnya abang tampan loe itu Di ! Belum lagi tatapan dingin daddy kamu, berasa jadi es doger Gue." Disa tertawa sampai sepasang matanya hanya terlihat segaris. Dia akui memang kejutekan Daniz nga ada tandingannya , apalgi klo menyangkut adik-adiknya , sedikit protektif . "Ayo deh, pergi sekarang ." ajak Bika sambil berdiri seraya menyampirkan tas cangklongnya di pundak. "Joana ama Riana gimana?" "Katanya ketemuan disana aja," Jawab Sabika dan dianggukin oleh Disa lalu mereka pun berjalan menuju parkiran motor . *** Berhenti di depan Cadilac Kafe , dua gadis cantik itu keluar dari mobil taxi online . Ups ! Kok taxi online , bukannya tadi mereka keparkiran motor ya . Iya, ternyata penyakit pelupannya Sabika kambuh , motor lagi dibengkel dicariin ke tempat parkir . "Besok-besok! penyakit pelupa kamu ditinggal dulu dirumah ya, Bika! tau gini kan tadi nebeng sama bang Daniz," omel Disa sembari mendudukkan dirinya ke kursi yang ada dipojokan dekat dengan jendela kaca berukuran besar. "Iya maaf , janji deh nggak bakal terulang," sahut Sabika sambil nyengir . Tak lama suara cempreng lainnya terdengar , tampak Ariana memasuki kafe dengan wajah ceria, di belakangnya mengekor si cantik Friska dan si seksi Joana . "Udah lama nggak?" tanya riang Riana yang langsung mendudukkan tubuhnya di kursi sebelah Disa dan langsung mengambil kentang goreng yang ada di hadapan Disa. "Lumayan , tapi belum sampe lumutan nunggu kalian," sahut Sabika jutek sambil menjauhkan strawberry smothienya dari jangkauan tangan Ariana . "Iya maaf, tadi ban mobil saya kempes , jadi nunggu kak Devian dateng bantuin ." Joana yang sedari tadi diam ikut bicara . "Kak Devian ?"tanya Disa bingung. "Kak Davin, Disa! Kita kan biasa panggilnya kak Davin, sementara nama sebenarnya Devian Mitchel," sahut Ariana. "Oh Iya, terus kalian bukannya ke bengkel kenapa malah manggil kak Davin?" tanya Sabika sama bingungnya dengan Disa. "Iya karena Kak Devian yang punya kafe ini, calon tunangannya Joana." Mulut ember Ariana nyerocos semakin membuat Disa dan Bika melongo. Bahkan Friska yang tengah minum sampai tersedak, membuat Disa yang duduk didekatnya membantu gadis itu dengan menepuk punggungnya. "Tunangan ? Kok Disa nggak tahu?" tanya Disa sembari pandangannya menatap Joana yang duduk di depannya dengan penuh tanya . "Sekarang sudah pada tahu kan ? Acara lamarannya sendiri baru besok. Ntar kalian pada dateng ya kerumah, Gue ya," ucap Joana sedikit sombong. "In Sha Allah!" jawab Disa. Gadis itu menoleh saat Sabika menyenggol lengannya seakan tak percaya dengan apa yang barusan mereka dengar. Disa hanya senyum tipis aja menanggapi tatapan Sabika dan perkataan Joana. Dia masih tidak percaya kalau Kak Devian bakal nikah sama Joana. "Kamu kok bisa cepat gitu, tunangan sama Kak Davin?" tanya Sabika pada akhirnya. "Ini semua karena jasa kakekku, yang meminta kakeknya kak Devian untuk menjodohkan kami. Lagi pula, aku memang suka sama kak Devian, jadi klop saja kan." Semua hanya mengangguk tanpa berniat untuk kembali mencari tahu. Walau dalam hati, mereka masih tak percaya dengan apa yang dikatakan Joana. "Kaliam disini saja, aku mau nemui kak Devian dulu. Persiapan untuk acara kami besok!" ujar Joana lantas beranjak dati teman-temannya. "Kenapa Bang Daniz nggak ada cerita soal ini?" tanya Disa memulai pembicaraan. "Kak Frizt juga nggak ada cerita!" Friska menimpali. "Kalau yang aku dengar dari bundaku, rencana pertunangan ini memang dadakan. Karena kakeknya, kak Devian yang ada di Thailand sedang sakit keras." Ariana mencoba memberi info tambahan. "Lalu, apa kak Devian menyetujui perjodohan ini?" Tanya Friska penasaran. "Kata bunda. kak Davin sempat menolak! Karena rupanya, kak Davin sudah memiliki gadis yang dia cintai." "Kasihan sekali," ucap Sabika. "Kamu tahu, gadis yang di cintai kak Devian?" Friska semakin ingin tahu, sementara Disa hanya diam. "Katanya sih, gadis teman masa kecilnya." "Ya ampun so sweet banget! Tapi sayang cintanya nggak sampai ke pelaminan ya!" sahut Friska. "Iya, malah nikahnya sama.yang baru di kenal!" sinis Sabika. "Itulah yang namanya jodoh! Kata ayah Aku, jodoh tak ada yang bisa menebak apalagi meminta akan jodoh tersebut sesuai keinginan. Semua rahasia Tuhan!" ucap Ariana setelah menghabiskan nasi goreng dipiringnya. Sementara Disa hanya diam. Dia tahu siapa gadis yang dicintai Devian yang dikatakan sebagai teman semasa kecil. Dan tanpa Disa sadari ada sepasang mata yang memerhatikan sejak Disa masuk kedalam kafe. "Ternyata benar kata Frizt, kalau Disa sudah jadi seorang gadis yang cantik dan anggun," gumam pemilik mata teduh dari balik kacamata minus yang dipakainya itu pelan lalu beranjak pergi setelah menerima panggilan telphone. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD