27. Dua Puluh Tujuh

1251 Words

Di balkon kamar Nadi, Noel masih belum bisa meredakan tawanya. Apalagi penyebabnya kalau bukan karena melihat Zillo yang bersungut kesal pergi begitu saja tanpa menambahkan komentar apa-apa. Bagaimana pun itu merupakan hiburan tersendiri bagi Noel. Jarang-jarang Zillo bisa uring-uringan seperti itu hanya karena Nadi tidak berada di sekitarnya seperti yang memang biasa cewek itu lakukan. Bagaimana jika suatu saat Nadi benar-benar pergi? Zillo pasti akan lebih menggelikan sekaligus menyedihkan dari ini, kan? “Udah nggak ada orangnya, Di. Nggak usah ngumpet kayak gitu lagi.” Nadi muncul dengan wajah marah, memukul pundak Noel gemas. “Auwh! Kenapa? Gue salah apa memang?” Noel mengaduh sambil mengusap lengan yang dipukul cewek itu. “Kak El resek! Ngapain tadi pake panggil-panggil aku segala

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD