Kematian Mercy

642 Words
Number Thirty Nine ( Number 3 9 ), dua ribu enam puluh enam ( 2 0 6 6 ). Tahun ini merupakan tahun pertama untuk dirinya menjadi seorang siswa sekolah menengah atas. Ia sendiri sudah mempersiapkan banyak hal untuk momen yang akan jadi sangat berkesan dalam hidupnya ini. Seperti membuka gerbang untuk suatu fase baru dalam menjalani hidup sebagai manusia. Masa remaja… remaja yang sudah lebih dewasa tentu saja. Bukan lagi anak SMP kemarin sore yang seringkali dipandang rendah dan dijadikan kacung oleh mereka anak yang lebih senior. Untuk saat ini ia sangat sangat sangat berharap. Agar setidaknya pengalaman buruk ia kerap ia alami akibat “betapa” menawan wajahnya. Tak terulang lagi di bangku SMA. Saat SMP ia banyak menerima perlakuan tidak adil karena wajahnya yang seringkali dianggap tidak biasa. Terlalu “mencolok”. Padahal wajah dan visualnya secara keseluruhan itu sama sekali tidak jelek. Tidak juga cacat atau memiliki kekurangan berarti. Namun, itulah kekurangan paling besar yang rupanya ia miliki. Ada dalam dirinya. Ia sampai rela saja apabila harus menjadi sedikit lebih buruk rupa. Demi suatu kenormalan. Suatu kebiasaan yang umumnya dijalani oleh manusia secara luas. Namun, untuk sejauh ini semua usaha yang ia lakukan untuk menjadi normal dalam pandangan setiap orang. Sudah gagal total. Ia merasa terkutuk karena wajahnya yang sangat rupawan, tapi dalam tanda kutip itu. Ł          Ł          Ł Ada beberapa hal yang membuat manusia menjadi manusia. Yang namanya manusia akan selalu membutuhkan manusia lain untuk berada di sisinya. Membentuk suatu komunitas dan saling bersimbiosis. Mereka hidup berkelompok dan saling mengisi. Ketiadaan seorang anggota kelompok sosial dapat menciptakan celah dalam suatu hubungan. Itu kenapa manusia selalu berusaha hidup dengan berkelompok. Salah satu insting dasar manusia adalah ketakutan akan kesendirian dan rasa kesepian. Tapi, berbeda dengan anak itu. Sudah sejak lama ia merasa kehilangan insting untuk perasaan rasa takut karena kesendirian. Gara-gara wajahnya yang tidak biasa untuk ukuran laki-laki. Sejak dulu aku selalu seorang diri. Ia tak memiliki keterikatan apa pun dari segi perasaan dengan manusia apa pun di mana pun juga. Ia, dengan otoritas pribadi yang telah ia putuskan sendiri. Memutuskan hubungannya dengan makhluk sosial yang disebut manusia tanpa paksaan dari siapa pun. Remaja itu merasa bahwa dirinya merupakan organisme baru yang berbeda dari kebanyakan manusia pada umumnya. Ia selalu berterus terang. Sementara kebanyakan manusia terlalu sibuk dengan basa-basi pembuka penuh intrik. Ketika ia merupakan seseorang yang praktis. Manusia pada umumnya terlalu banyak berencana yang entah akan mereka lakukan atau tidak. Ketika ia adalah seseorang yang teramat sederhana. Manusia pada umumnya terlalu berhasrat dalam menjalani hidup. Dan selain itu semua juga masih ada banyak pembeda lain. Yang membuat ia tak sama dengan “mereka”. Manusia pada umumnya. Membuatku tak nyaman disebut sama dengan mereka. Padahal ia hanya ingin menjalani hidup dengan normal. Dengan biasa. Ia menolak untuk bergabung dengan sekumpulan hewan berakal yang disebut manusia itu. Mereka terlalu bertele-tele. Manusia tak sama dengan dirinya. Ia merasa bahwa di bukan lagi manusia. Karena ia bisa melakukan sesuatu yang manusia biasa tak bisa lakukan. Sesuatu yang… berbeda dari manusia kebanyakan. Kejadian itu berawal beberapa waktu lalu. Kejadian yang tak akan pernah ia lupakan sepanjang hidup. Sebuah kematian yang memiliki makna sama dengan kehidupan kembali.[ TERIMA KASIH BANYAK untuk kalian yang sudah memutuskan untuk mengikuti aku, menambah cerita ini ke perpustakaan atau daftar bacaan kalian, membaca, berkomentar, atau memberi vote di bab mana saja. Aku sangat menghargai itu dan aku harap kalian terus terhibur oleh cerita buatanku - . < ] Kejadian apakah yang telah ia alami? Kejadian yang merupakan kematian untuk sesuatu, namun juga bermakna kelahiran untuk sesuatu yang lain. Hukum timbal balik setara yang sudah berlaku di dunia sejak jaman dahulu kala. Tidak mengapa. Tidak mengapa. Itu bukanlah suatu masalah yang memiliki makna. Tapi, apa yang sudah terjadi padanya sampai menjadi awal dari suatu perjalanan akan kehilangan serta kelahiran kembali? Ikuti terus ceritanya!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD