Bab 6 : Hadiah Dalam Kotak Merah

1271 Words
Raihan memberikan sesuatu untuk Aydan di akhir makan malam. Sebuah kotak berwarna merah diserahkan mamanya pada Aydan. Pria itu menerimanya dengan senang hati. “Apa ini Ma, Pa?” tanya Aydan. “Buka lah, itu hadiah dari kami,” kata Raihan. Kaif memasang wajah penasaran. Biasa sesuatu yang diberikan untuk Aydan merupakan hal yang diinginkannya. Aydan membukanya perlahan dan matanya berbinar melihat sebuah kunci mobil dengan merk mahal. Kaif melotot. Kenapa dia yang dapatin mobil terbatas itu? gerutunya. “Mobil?” tanya Aydan pada papanya. Kedua orangtua mereka mengangguk. “Ya, kami membelikannya untukmu.” Hanin sangat senang sekali saat memberikannya tadi. Dia khawatir kalau anaknya pulang kehujanan jika menggunakan motor. Jika datang badai, hatinya tidak tenang memikirkan Aydan yang masih berada di luar. Ketika momennya pas, Hanin merayu suaminya untuk membelikannya mobil. Alhamdulillah, Raihan setuju. Dan, malam ini mobil itu diserahkan secara resmi oleh mereka. Aydan segera berdiri dari tempat duduknya kemudian menghampiri mama dan papanya. Aydan mencium tangan kedua orangtuanya lalu memeluknya. “Makasih banyak, aku senang menerimanya.” “Iya, Nak. Mama juga senang kalau kau mulai sekarang tidak lagi kehujanan di jalan.” Raihan pun menyahut. “Iya, Papa juga sebenarnya khawatir padamu. Setiap pulang kerja belakangan ini sering hujan. Kau tiba dengan keadaan menggigil, padahal sudah pakai jas hujan.” Aydan terharu, matanya berkaca-kaca. “Aku sayang kalian, Ma, Pa.” “Kami juga menyayangimu. Karena Kaif sudah punya mobil makanya kini sekarang giliranmu.” Hanin memengan tangan Aydan. Aydan kembali ke tempat duduknya. Dia tidak tau kalau ada satu hati yang terbakar api cemburu di ruangan itu. Kaif dari tadi terus minum untuk menyiram hatinya yang panas. Masalahnya mobil yang diinginkannya tadi adalah jenis mobil yang diberikan papanya pada Aydan. Raihan bahkan belum sempat menanyakan tipe mobil yang diinginkan oleh Kaif. Tangan kanan Kaif mengepal. Tangan kirinya menggenggam gelas dan meneguknya sampai habis. Dia berusaha tenang dan mencari cara agar papanya juga mau membelikannya mobil berlogo kuda berdiri itu. “Kak, lihat, aku dibeliin mobil,” kata Aydan. Kaif tersenyum palsu. “Wah, bagus sekali! selamat ya,” katanya dengan terpaksa. “Lalu motormu gimana?” tanya Kaif. “Oh, terserah Mama dan Papa mau diapain,” jawab Aydan. “Hahaha, jangan dijual. Itu motor kesayanganmu,” sambar Raihan tidak rela motor sportnya dijual. Hanin setuju. “Biar aja di garasi, nanti sewaktu-waktu perlu, dia bisa pakai lagi.” “Hahaha,” tawa Kaif sedikit aneh. Nadanya seperti orang marah. “Oke!” lanjutnya menahan emosi. Sepuluh menit kemudian mereka pun beranjak pulang. Tetap menggunakan kendaraan masing-masing sampai ke rumah. Mobil baru Aydan terparkir manis di depan rumah. Aydan sudah tidak sabar untuk melihatnya. Kaif malah tidak ingin menyaksikan momen menjengkelkan itu. Dia membelokkan arahnya ke kelab malam tempat dirinya biasa menghabiskan malam hingga pagi. Sesampainya Aydan di rumah. sebuah mobil berwarna merah dengan design yang sangat luar biasa. Mobil ini merupakan jenis Ferari spider, namun telah mengalami berbagai perubahan yang membuat bodi lebih ringan. Mobil termahal di dunia ini juga mengusung mesin V8 4,5 Liter yang mampu mengeluarkan tenaga sebesar super. Jelas menjadi kecemburuan untuk Kaif. Mobilnya hanyalah mobil seharga 2 miliar. Sementara mobil untuk Aydan tak bisa disebutkan, yang pasti bisa buat beli kerupuk sampai beribu truk. “Gimana? Kamu suka?” tanya Raihan. “Suka, Pa. Alhamdulillah,” jawabnya dengan perasaan bahagia. Hanin menyeka airmatanya. Selama ini dia selalu mengalah pada apa yang diinginkannya karena Kaif yang memonopoli hal yang diinginkannya. ‘Maafkan kami ya, Aydan. Kamu selalu mengalah untuk anak kami. Padahal kami tak pernah ingin membedakan antara kau dan Kaif,’ gumam Hanin dalam hati. Aydan masuk ke dalam mobilnya lalu menghidupkan mesinnya. Suara knalpot racing itu membuatnya senyumnya meninggi. “Ya Allah, aku senang kali.” Aydan melihat seluruh dashboardnya. Mengecek apa saja yang ada di sana. raihan membuka pintu lalu masuk. “Apa kau bisa mengendarainya?” tanya Raihan. “InsyaAllah, Pa. Mau uji coba nyetir?” tanya Aydan. “Boleh,” jawab Raihan. Raihan membuka kacanya dan meminta Hanin menunggu. “Sayang, kami keliling dulu, kamu tunggu aja di teras. Aydan nanti membawamu keliling dengan mobil barunya.” Hanin mengangguk. “Iya, Mas. kalian hati-hati!” “Iya, Ma,” jerit Aydan dari dalam. Perlahan Aydan menggerakkan mesinnya dengan kecepatan sedang. Melewati pagar rumahnya kemudian meluncur dengan lapang di sekitar perumahan yang sepi karena sudah malam. Wuuzzz! Aydan melaju dengan cepat. Suaranya membuat tetangga kaget. “Pelankan, nanti sekampung pada keluar rumah,” kata Raihan. “Hahaha, iya juga. Mesinnya bagus kali, Pa.” “Ya, Nak. Aku belikan yang terbaik untukmu.” “Papa sangat baik padaku, aku beruntung memiliki Papa dan Mama.” “Kami juga beruntung memilikimu, Aydan.” Mereka pun berkeliling selama 5 menit kemudian kembali lagi ke rumah. Raihan turun dan meminta Hanin untuk masuk. Wanita itu menggeleng. Aydan terpaksa turun dan memujuk ibundanya untuk merasakan mobil barunya. Hanin tak bisa menolak, ia duduk dan sabuknya dipasangkan oleh anaknya. Hanin senyum sendiri melihat dirinya diperlakukan seperti putri. Aydan masuk ke posisinya dan meminta sang mama meletakkan tangannya dia atas telapak tangan miliknya. Aydan menjalankan mobilnya dengan pelan-pelan, beda kecepatan saat bersama papanya tadi. “Mama, kalau Mama mau ke pasar mulai sekarang bisa Aydan antar pakai mobil.” “Hahaha, mobil ini ke pajak? Yang ada jadi berita viral di medsos,” sahut Hanin. “Biarin aja, entar tajuk beritanya gini, ‘Seorang anak mengantar mamanya ke pajak menggunakan mobil mewah’,’ sahut Aydan tersenyum. (Pajak dalam bahasa medan artinya pasar atau tempat berbelanja) Spontan Hanin memukul lengannya. “Kau ini ada aja! malu lah kalau kayak gitu, nanti Mama jadi terkenal,” ujarnya. “Ya gak masalah, Mama kan cantik, terkenal terus masuk tipi.” “Yah, gak mau lah. Nanti banyak yang naksir,” sahut mamanya. “Oiya, nanti papa cemburu ya, Ma?” tanya Aydan. Hanin mengangguk dengan bibir mengkerut lalu tertawa. Beberapa saat kemudian mereka kembali ke rumah. mobil itu langsung diparkir ke dalam garasi. Aydan keluar dari mobil dan menguncinya sambil berjalan. Raihan mengajak Hanin masuk sementara Aydan masih harus memasukkan motornya ke garasi jugas sebelum masuk ke dalam rumah. Dua jam kemudian. Aydan masih belum bisa tidur. Dia menunggu kakaknya yang belum juga kembali. Aydan tidak punya nomor temannya yang bisa dihubungi. Berulang kali Aydan bertanya, tetap saja tidak diberikan. Maunya Kaif, salah satu dari keluarganya tidak mengganggu mereka saat sedang bersenang-senang. Tut. Tut. Nada dering tersambung masih didengar oleh Aydan ketika menghubungi kakaknya, tapi tidak dijawab. Buk. Buk. Buk. Tiba-tiba ia mendengar suara ketukan pintu di luar dengan gedoran kuat. Aydan membukakan pintunya. Kaif berdiri di pinggiran pintu dan tersenyum padanya kemudian masuk ke kamarnya. Tubuhnya bau alkohol. Aydan menutup pintu dan membiarkan Kaif masuk. Kakaknya berdiri di depan lemarinya. “Kau masih ingat aku minta mobil pada papa?” tanya Kaif dalam keadaan mabuk. “Ya, Kak.” “Hahaha, aku iri padamu! Mobil itulah yang kuinginkan! Kau tau?!” bentaknya memegang kerah baju adiknya. Aydan menelan ludah. “Kakak ingin mobil itu?” tanyanya. “Ya!” Kaif melepas cengkramannya. “Kau pasti tak mau memberikannya untukku,” sambungnya lagi menuju tempat tidur. Aydan tau maksud dari ucapannya. Kaif meminta dirinya menyerahkan mobil itu padanya. Kaif yang sudah sangat mabuk kemudian naik ke tempat tidur Aydan dan tertidur. Aydan melepaskan sepatunya, menarik selimut lalu menyelimuti kakaknya. Aydan ke kamar mandi untuk mengambilkan ember kecil lalu meletakkannya di atas nakas. Biasanya Kaif akan muntah setelah mabuk. Kamar Aydan selalu menjadi tempat persembunyian untuk kelakuannya yang satu ini. Kaif tidak pernah tidur di kamar saat mabuk karena takut sang mama akan mengetahui tingkahnya yang tak baik ini. Aydan selalu menutupinya dari mereka agar Kaif tidak kena marah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD