Bab 7 : Pagi Yang Meriah

1358 Words
Keesokan paginya. Kaif bangun dari tidurnya sesaat setelah Aydan pergi ke kantor. Menatap ke arah langit-langit dan segera bangkit, duduk di tepi tempat tidur. Menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan sampai sendinya berbunyi. Matahari sudah meninggi, sinarnya masuk dari jendela dan mengenai wajah Kaif. Kakinya menarik sendal yang terletak agak sedikit jauh lalu memasukkan jemarinya ke dalam. Kaif berdiri dan berjalan menuju kamar mandi. Matanya terpaku melihat sebuah surat di atas meja ditimpa oleh kunci mobil. Kaif menarik suratnya lalu membaca isinya. Aydan menuliskan sesuatu di sana. ‘Kak, mobil yang diberikan sama papa tadi malam kalau kakak mau pakai, pakailah, aku masih nyaman dengan motorku.' –Aydan. Kaif sontak kegirangan, melompat-lompat dan tertawa terbahak-bahak. Kaif mencari ponselnya dan segera menghubungi adiknya. Pria itu menggenggam kunci mobilnya dan duduk di sofa. “Assalamu’alaikum, Kak!” “Wa’alaikumsalam, aku sudah membaca suratmu, beneran kau kasih aku mobilmu?” tanya Kaif. “Mmh,” sahutnya tersenyum. “Aku tau kakak pasti menginginkan mobil itu,” sambungnya. “Dari mana kau tau? Aku kan gak ada bilang padamu,” tanya Kaif. Aydan tersimpul sejenak. Mendengar suara kakaknya yang senang seperti ini rasanya membuat Aydan gembira. “Mungkin aku punya kemampuan membaca pikiran orang yang selama ini tersembunyi,” jawabnya. “Hahaha, makasih ya Aydan!” “Sama-sama, Kak!” “Mobilku, mobilku akan kuberikan untukmu.” “Iya, Kak. Makasih ya, itu aja aku udah cukup kok!” Panggilan itu pun berakhir, Aydan mengantongi gawainya lagi lalu melanjutkan perjalanan menuju kantor. Sejam setelah mandi, Kaif turun dan mendatangi mamanya yang duduk di ruangan tv sambil melihat acara kesayangannya. “Mama,” sapanya lalu duduk dan menyandar ke bahu Hanin. “Anak mama baru bangun, kenapa lama kali baru melek?” tanya Hanin. (Melek = buka mata) “Haha, gak apa-apa. Mimpiku kepanjangan,” jawabnya tersenyum. “Jangan mimpi terus, wujudkan mimpimu supaya kau sukses,” kata mamanya. “Iya, Ma.” Kaif memegang tangan mamanya yang sudah mulai keriput. “Ma, aku mau pergi dulu ya,” lanjutnya. “Ke mana?” “Sama Tania,” jawab Kaif. “Tania itu pacarmu kan?” tanya Hanin. “Ya, Ma.” “Kenapa gak pernah kau ajak ke rumah?” Kaif menggeleng. “Aku ragu, mama pasti gak suka sama dia.” “Kenapa gitu?” “Dia tidak berhijab.” Hanin tersenyum. “Jika tidak berhijab, nanti kalau memang mau serius denganmu, kau harus meminta untuk merubah diri. Semua demi kebaikanmu,” ujar Hanin. Kaif mengangguk. “Iya, Ma.” “Carilah pekerjaan, supaya kami bisa menikahkanmu dengannya.” “Hahaha, Mama ini, udah sama kayak papa. Nyuruh kerja terus!” “Tania anaknya baik?” tanya Hanin. “Sejauh ini baik, aku baru kenalan sama dia 5 bulanan.” “Mmh, Jaga dia, jangan kau lakukan hal yang belum pantas dilakukan selama ikatan pernikahan belum ada,” nasihat Hanin. Kaif tersenyum tipis. Mereka bahkan sudah sangat bebas tanpa sepengetahuan keluarganya. Agar sang mama tidak kepikiran, dia pun mengangguk lalu menyalam tangan mamanya dan pergi. Hanin melanjutkan kegiatannya menonton tv, sementara Kaif berjalan dengan riang ke arah garasi dan membuka kunci mobil barunya. Kaif naik dan menyentuh semua bagian mobil, senyumnya meninggi setinggi langit. Sabuk pengaman itu ia rekatkan ke tubuh lalu menghidupkan mesin. Samar-sama Hanin mendengar suara mobil yang menyala. Rasanya itu suara mobil Aydan, Hanin berbalik lalu penasaran, segera berdiri lalu jalan ke arah jendela. Kaif sudah memundurkan mobil merah itu dan segera membelokkan stirnya, tancap gas meninggalkan rumah. “Kaiiff!” kening Hanin berkerut melihat kelakuan anaknya yang sudah memakai mobil adiknya. Wanita itu pun geleng-geleng kepala. Tangannya memegang pelipis, sejenak kepalanya pusing dengan sikap Kaif seperti anak-anak. “Nyonya, anda kenapa?” tanya pelayan di rumahnya yang melihat Hanin sempoyongan. “Enggak ada, Bi. Bisa ambilkan saya teh?” Hanin menyembunyikan alasan yang membuatnya pusing. “Sebentar ya, Nya.” Wanita paruh baya itu membantu Hanin duduk di kursi kemudian berlari ke arah dapur untuk mengambilkannya minum. Di perusahaan. Aydan berjalan dengan posisi kunci mobil diputar-putar dengan jari kanannya dari arah lift menuju ruangan kerjanya. Adyan berjalan dengan riang dan menyapa semua orang yang ia temui. “Cerah amat?” tanya seorang karyawan berumur dibawah 40 tahunan. “Hehe, ya gitu deh, Bu.” “Hem, apa penghargaan semalam bisa kau jual emasnya?” bisik wanita itu. “Hahaha, kalau bisa pasti udah kubagi denganmu, Bu,” sahutnya. “Ckckck, ya sudah aku pergi dulu.” “Mau ke mana, Bu?” “Ke bagian design, masa model bra-nya gak jelas gini,” kata wanita itu. Aydan memintanya untuk menunjukkan sketsanya. Di sana tergambar tubuh wanita dengan siluet seksi dan memakai dalaman atas dengan motif aneh. Aydan sampai memutar-mutar kertasnya. Wanita itu tertawa cekikikan. “Kau aja bingung kan?” tanyanya. “Haha.” Aydan memegang kepalanya dan menggaruk sedikit karena heran dengan modelnya. “Aku rasa dia lagi halu sama koala nih pas nge-gambarnya,” kata wanita itu. “Wkwkw, bisa jadi, itu kenapa bisa gitu-“ Aydan tak habis pikir pada bentuknya seperti telinga koala di sisi tengahnya. “Udah, jangan dibayangin, entar kau minta kawin cepat-cepat lagi,” sindir wanita itu. “Hehe, Ibu bisa aja.” Wanita itu pamit dan segera menuju ruangan design. Aydan melanjutkan langkahnya ke ruangan. Begitu Aydan membuka pintu geser itu. Sontak semua temannya meniup terompet kecil yang sudah duduk manis di bibir mereka. Tooeeettt! “Selamat ya, Aydan!” jerit mereka padanya. Aydan tertawa nanggung, giginya nampak semua, perlahan ia menggigit bibir bawahnya. Tangan kanannya spontan menutup pintu yang masih terbuka lalu ia menghampiri teman satu timnya. “Ada apa ini?” tanya Aydan. “Selamatan untuk hari penghargaan semalam!” kata Jo, teman pria yang duduk di sebelah meja kerjanya. “Oh, itu-“ Aydan jadi malu, pipinya sedikit memerah. “Sebenarnya itu karena kita semua,” lanjutnya. “Mana pulak! Kan kau yang kerja sampai begadang, pulang jam 10 malam tiap hari. Aku sampe gak kuat ngikutin lemburmu,” sambar Butet, wanita yang lebih tua sekitar 3 tahun darinya. “Haha, oke-oke! Makasih banyak ya semuanya kalau gitu nanti siang aku traktir makan deh!” kata Aydan. “Nah, itu yang kami tunggu-tunggu, Bro!” seorang pria datang merangkul bahu Aydan, namanya Doni. “Iya, aku yang akan bayar semuanya karena kalian udah memberikanku ucapan selamat,” ucap Aydan lagi. “Yes! Udah ah, yok kita kerja lagi,” kata Butet. “Iya lah, Tet!” sahut Jo dengan mulut mencong sana mencong sini. (Mencong = miring) Keempat orang itu bekerja keras dalam bagian promosi, tapi hanya Aydan yang melebihi target, sisinya hanya menembus tingkatan lulus dengan jumlah normal seperti biasa. Aydan menaruh tasnya di loker kemudian berjalan menuju mejanya. “Eh, aku ada gosip,” kata Butet tiba-tiba. “Ah, tadi katanya kau mau kerja, kok sekarang menggosip pulak?” sindir Jo. “Haha.” Butet ketawa. “Bentar aja lho, sini kelen!” pintanya. (Kelen = kalian) Mereka pun merapat lagi untuk menghargai permintaan wanita itu. “Apaan sih?” tanya Aydan. “Kudengar kan, si Raka yang kerja di bagian produksi itu suka sesama jenis lho!” bisiknya. “Aahh! Apaan sih, gosipnya gak bermutu,” potong Doni lalu pencar dari mereka. Jo memegang dagunya dan berpikir sejenak. Butet memperhatikannya. “Napa kau?” tanya Butet. Jo memiringkan kepala, kelopak matanya mengatup beberapa kali. “Aku sempat disenggol-senggolnya kemarin,” jawab Jo. Sontak mereka semua tertawa mendengarnya. “Mampuuus kau! Sukak dia sama kau, selamat lah ya!” Butet kegirangan karena Jo ditaksir sama Raka. Aydan hanya tersenyum simpul mendengarnya. Tidak mau ikut campur dalam masalah orang lain. “Tapi kan, gak nampak kali lho dia wee, kalau dia itu si anu-“ ujar Jo menambahkan pendapatnya. “Hahaii, mulai sekarang hati-hati lah kau, kecuali kalau kau itu sama juga kek dia,” sahut Butet. “Ah, gilak aja! mana mungkin aku mau sama dia. Kerja nawarin dalaman wanita, masa gak selera sama wanita?” tanyanya geleng-geleng kepala, tubuhnya merinding karena ingat Raka pernah senggol-senggol bahunya. “Iihh, gelik aku!” Jo berusaha membuat otaknya tidak ingat pada pria abu-abu itu lalu kembali ke mejanya dan mengerjakan tugas hari ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD