thirty fifth tale

1851 Words
Karena begitu penasaran dengan isinya, Kanya tidak bisa menahan diri untuk ingin segera membuka kotak itu. namun dari kejauhan Milano seperti menyadari sesuatu yang menjanggal, persis seperti apa yang ia lihat waktu itu. Milano langsung berlari ke arah Kanya dan mencegah Kanya membuka kotak itu. "Jangan!" cegah Milano sambil berteriak keras. "Jangan, jangan dibuka!" sambil merebut kotak itu dari tangan Kanya. "Kenapa ka? Kok panik gitu?" tanya Kanya saat melihat Milano yang berlarian sambil merebut kotak dengan secepat kilat sampai-sampai Kanya tersentak kaget. "Em-ini kado buat gue." alibi Milano yang bingung harus beralasan seperti apa supaya Kanya percaya kepadanya. "Lo nggak boleh buka, ini kado buat gue." Kanya menatap kotak itu, mendengar apa yang dikatakan oleh bi Ara tentang namanya yang ada di kotak tersebut cukup menjadi bukti bahwa kotak itu memang di peruntukkan untuknya, bukan untuk Milano. "Itu ada tulisan 'For you, Kanya' udah jelas itu pasti buat aku, sini kak balikin." Kanya meminta kotak itu untuk kembali sebab sebenarnya juga jelas-jelas itu miliknya. Kanya merebut kotak itu dengan sekuat tenaga, Milano tidak siap dengan pergerakan Kanya yang tiba-tiba itu pun membuat kotak lepas dari gengamannya membuat Kanya memekik senang sebab akhirnya ia dapat merebut kotak itu. "Gue bilang jangan! Atau nanti lo nyesel udah buka kotak itu!" peringat Milano sekali lagi, namun Kanya masih bingung mengapa kakaknya itu melarangnya untuk membuka kotak ini, rasa penasarannya semakin menjadi-jadi jika dilarang untuk melakukan sesuatu. “Kakak tau dari mana kalo aku bakal nyesel kalo buka kotak ini?” Tanya Kanya memastikan, membuat Milano bingung harus menjawab pertanyaan itu dengan jawaban yang seperti apa. Apakah ia harus jujur terkait apa yang sudah ia lihat tempo lalu? Bagaimana jika Kanya trauma akan hal itu? “Sebelum lo buka kotak itu, ada baiknya buat cek dulu siapa yang ngirim ini buat lo.” Milano menyuruhnya untuk cek kembali, sebab terakhir kali ia nekat untuk membuka kiriman tanpa mengetahui siapa yang mengirimkan, isinya hal yang sangat mengerikan, ia cukup ngeri akan hal itu. Dan ia tidak ingin Kanya merasakan hal yang sama. Kanya mengecek kotak tersebut yang benar-benar kosong tanpa di cantumkan informasi pengirim. “Nggak ada nama pengirimnya, cuma ada alamat sama nama aku aja sih.” “Dan lo tetap masih nekat buat buka kotak itu tanpa tau siapa yang ngirim?” “Tetep, penasaran.” Milano menghela nafas panjang. “Kalo alasan lo cuma penasaran mendingan di buang langsung aja, gue nggak yakin isinya hal baik.” “Nggak ada salahnya juga kan kak? Kalo kita berprasangka baik dulu, jangan langsung ngira aneh-aneh padahal di buka aja belum.” “Kalo lo emang se-nekat dan se-penasaran itu, yaudah terserah.” Akhirnya Milano pasrah dan membiarkan Kanya membuka kotak itu walaupun ia tidak bisa berhenti khawatir saat Kanya membukanya, ia terus memandangi kotak tersebut berjaga-jaga jika sewaktu-waktu ada hal yang tidak diinginkan. Pelan-pelan Kanya membuka kotak tersebut, tidak ada hal mengerikan seperti apa yang Milano takutkan sebetulnya. Ternyata hanya berisi boneka teddy bear yang berukuran besar. Kanya memperlihatkan kepada Milano. "Isinya lucu kok, lihat deh." sambil mengoyang-goyangkan boneka itu memamerkan hadiah tersebut kepada Milano. “Nggak seperti apa yang di takutkan kan? Isinya cuma boneka kak.” “Ya enggak ada salahnya juga kan jaga-jaga?” Milano sangat kesal mengingat ia terlalu khawatir terhadap hal yang hanya berisi boneka tersebut. Mungkin saja boneka itu pengirimnya adalah orang yang berbeda. Pada beruang yang cukup besar itu terdapat sebuah hati yang di pegang oleh boneka itu sendiri walaupun ukurannya tidak besar tetapi cukup untuk digenggam oleh tangan manusia. Di tengah sebuah hati tersebut terdapat tulisan seperti ini 'press to listen my heart' membaca itu membuat Kanya penasaran apa isi suara dari boneka tersebut, siapa tau pengirimnya mengirimkan pesan suara kepadanya, KAnya menekan hati itu dengan jempolnya dengan kekuatan. "Aduh!" pekik Kanya dan langsung melempar boneka itu. Ketika Kanya menekan hati itu, ternyata bukan suara yang muncul melainkan puluhan jarum yang menusuk jempolnya. Jempol Kanya sudah meneteskan darah yang sangat banyak, banyangkan saja jika ada puluhan jarum yang menusuk ke jempol seseorang, tentu saja akan langsung membuat darah keluar dari sana. Milano langsung mengeluarkan sapu tangannya dari dalam kantung celananya, ia membungkus jempol Kanya dengan sapu tangan miliknya. Ia tidak salah jika telah curiga terkait kotak itu, meskipun isinya boneka, tetap membuat malapetaka bagi adiknya. "Aduh... Sakit banget kak." Dalam hatinya merasa syok tentang boneka tersebut dan rasa sakitnya yang tiba-tiba itu membuat Kanya ingin nangis. Tubuhnya melemas karena ia terlalu banyak mengeluarkan darah. "Mama! Mama! Bi Ara! Bi Ara!" teriak Milano memanggil Reta dan bi Ara. Reta langsung datang dan juga bi Ara. "Yaampun itu tangan neng Anya kenapa?" tanya bi Ara melihat Kanya yang setengah sadar sebab syok dengan apa yang baru saja terjadi. "Bi tolong siapin air hangat sama kain kassa ya." Perintah Reta untuk bergerak cepat dalam rangka menyelamatkan jari-jari Kanya yang mengeluarkan darah itu. "Lan, kamu gendong Anya ke atas, cepetan." suruh Reta pada Milano, Milano langsung mengangguk patuh lalu menggendong Kanya menuju kamar Kanya. Milano sangat kesal dengan siapapun yang mengirimkan kotak tersebut, ia sangat khawatir dengan kondisi Kanya saat ini. Begitu sudah sampai pada kamar, Reta langsung menyiapkan barang-barang untuk mengobati luka yang ada pada jari Kanya, namun Kanya menolak. "Udah tante, nggak usah. Ini cuma tertusuk jarum, di tutup gini aja udah cukup kok." ucap Kanya, Kanya masih memanggil Reta dengan sebutan tante, karena Kanya belum terbiasa saja jika memanggil dengan sebutan Mama. Namun, Reta tetap dengan telaten mengobati luka di jempol Kanya dan menutupi luka itu. "Akan biasa aja kalau cuma ditusuk satu jarum, tapi Anya... Ini bahkan lebih dari sepuluh jarum." ucap Reta yang begitu sedih melihat luka Kanya yang tidak biasa. "Kok bisa kayak gini? Kenapa?" tanya Reta sambil meminta jawaban sama Kanya dan Milano. "Kanya ceroboh Ma, dia buka kado dari orang yang nggak tau siapa, nggak ada keterangan atau informasi pengirim kado itu dan isinya menjadi malapetaka buat dia. Aku udah peringatin tapi Anya tetep aja mau buka kado itu." jawab Milano seadanya sebab ia rasa tidak tepat jika harus membicarakan keresahannya saat ini. Reta mengusap jempol Kanya yang terbalut oleh kain kassa itu. "Sayang, lain kali kalau dapet kiriman dari orang yang tidak menunjukan identitasnya lebih baik kamu buang. Ini pasti orang iseng deh, jaman sekarang orang iseng kadang menyakiti orang lain. Jadi kita perlu ekstra hati-hati." 'Ini bukan sekedar iseng ma, ini sudah direncanain sama si pengirim, dan ini menyangkut tentang kehidupan Kanya.' batin Milano yang tidak setuju jika ini merupakan aksi iseng dari suatu oknum. "Iya tante, lain kali Anya bakal hati-hati." "Yaudah, nih minum dulu." Reta memberikan s**u hangat untuk Kanya. *** Pagi hari, suara kicauan burung sudah terdengar, sinar-sinar matahari mulai mengintip dibalik celah jendela. Kanya mengecek jempolnya, masih perih dan agak sedikit bengkak. Rasanya sangat tidak nyaman sama sekali, ia jadi tidak bisa bebas beraktivitas bahkan saat tertidur saja ia khawatir jempolnya tertindih oleh bantal atau bahkan tubuhnya sendiri. Meskipun tangannya sedang sakit, Kanya enggan menjadikan itu sebagai alasan untuk tidak masuk sekolah. Dia akan tetap bersekolah karena dia tidak ingin tertinggal materi. Kanya mandi dengan pelan, dan menjauhkan jempolnya dari air yang meskipun sulit, Kanya yakin ia pasti bisa. Kanya agak kesulitan untuk berganti baju namun dapat terlewati dan setelah rapih, Kanya langsung turun ke bawah untuk sarapan. Hanya ada Artha dan Reta disana. Dimana Milano? Biasanya ia lebih cepat bangun dibandingkan Kanya, apakah Kanya terlalu cepat bangun? Saat Kanya ingin mengambil roti untuk memberikan selai, Reta mencegahnya. "Udah kamu duduk aja, biar mama yang siapin." Kanya nurut saja sebab ia juga bingung harus memberikan selai bagaimana dengan kondisi seperti ini, jadi dia langsung duduk. "Jempol kamu gimana? Udah agak sembuh atau tambah sakit?" tanya Artha yang terlihat cukup khawatir setelah mendengar kabar dari Reta kemarin malam. "Sakit sih masih, tapi kayaknya jempol Anya bengkak deh." jawab Kanya sebab ukurannya yang semakin besar. "Udah kamu nggak usah sekolah dulu, kamu ke dokter aja ya sama mama kamu?" usul Artha. Kanya menggeleng ."Nggak usah, Yah. Nanti juga sembuh kok, ini cuma luka biasa." Artha tersenyum. "Kamu selalu seperti itu, dari dulu hingga sekarang nggak pernah berubah. Kamu selalu bilang luka biasa walaupun kamu habis jatuh dari sepeda, tidak seperti anak-anak lain yang akan nangis jika tergores sedikit." Artha menjadi mengingat bagaimana Kanya bersikap waktu kecil, persis dan tidak berubah sedikitpun. Kanya tersenyum dan mengambil roti yang telah disediakan oleh Reta. Ternyata, argumen tentang Reta salah, Kanya pikir setiap ibu tiri akan galak seperti di film-film, nyatanya tidak. Tidak semua ibu tiri, kejam. Justru tante Reta sangat baik, dia juga berusaha untuk memperbaiki keadaan dan juga berusaha untuk memperhangat keluarga. Kanya jadi merasa bersalah karena sempat membencinya dulu, jika tau akan seperti ini ia pasti tidak membenci Reta. Milano turun dengan tergesa-gesa, ternyata kakaknya itu telat bangun, Kanya kira sudah berangkat lebih dulu. "Nya berangkat bareng gue aja." Kanya yang tadinya ingin menggigit roti, jadi terdiam mendengar Milano mengajaknya bareng. Ah dia tidak ingin tertipu seperti kemarin, nanti di tengah jalan ia diturunin, ia tidak bisa semudah itu percaya lagi dengan ajakan Milano untuk pergi kesekolah bareng dengan dirinya. Kanya lebih memilih untuk naik taksi saja atau tidak mengendarai mobilnya yang sudah lama tidak ia pakai. "Kanya bisa berangkat sendiri kok kak." tolak Kanya belajar dari pengalaman. "Udah bareng gue aja, cepet selesein makanan lo." suruh Milano yang masih tetap pada pendiriannya saat itu. “Ka Lano nggak sarapan?" "Gue udah makan dari tadi, ayo buruan ntar telat." Tetapi Kanya belum melihat kakaknya itu sarapan hari ini, apa mungkin meminta bi Ara untuk membawakan makanan ke atas mungkin ya? "Duluan aja kak, aku bisa naik taksi." tolak Kanya lagi. Milano mengacak-acak rambutnya karena Kanya masih saja menolak ajakannya untuk pergi ke sekolah bareng. Karena buru-buru Milano menarik Kanya yang sedang menikmati makanannya. "E-e-eh!" pekik Kanya kaget namun sempat menggenggam kembali roti tersebut supaya masih bisa memakannya di mobil. "Ayah, mama... Kita berangkat yaa..." teriak Milano sambil lari. "Iya sayang." jawab Reta. *** Diluar dugaan Kanya, Milano mengantarkannya hingga parkiran sekolah, yang Kanya cemaskan adalah bagaimana jika murid-murid disini bertanya ada hubungan apakah dirinya dengan Milano. Dan terlebih lagi, bagaimana jika Raken bertanya soal ini padanya? Kanya hanya bisa berdoa semoga segalanya akan baik-baik saja. "Ayo turun, lo mau gue kunciin dari luar?" ketus Milano. "Kak, nanti kalau ada yang nanya hubungan kita gimana? Anya takut ah." "Ck, pengecut. Udah ayo keluar." lalu Milano keluar seorang, membukakan pintu untuk Kanya. "Keluar atau gue kunciin?" "Iya iya iya keluar nih." sambil takut, Kanya keluar dari mobil Milano. Ini pertama kalinya bagi Kanya berangkat bersama Milano, ada perasaan senang dan juga takut. Kanya sudah berjalan dengan cepat agar ia tidak beriringan dengan Milano, namun Milano terus saja menyamakan langkah kakinya, terlebih kaki Milano lebih panjang darinya. Lalu Raken menghentikan jalan mereka, degh benar saja dugaan Kanya. "Nya, kok aku line nggak dibales?" sangking seriusnya dengan pikirannya tadi di jalan, ia sampai melupakan handphonenya. Handphonenya tertinggal di meja makan karena Milano buru-buru menariknya. Kanya menepuk jidatny.a "Duh, Ken. Hp aku ketinggalan." ucap Kanya "Maaf ya, suer deh ketinggalan." sambil mengacungkan dua jarinya ala peace. "Tumben berangkat bareng, perasaan gue nggak pernah liat lo deket sama Kanya deh." tatapan Raken beralih pada Milano.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD