nineteenth tale

431 Words
"TUMBEN tadi lo telat" ucap Karina saat jam istirahat berlangsung. "Macet" jawab Kanya singkat. "Lo nggak marah sama Luna?" tanya Karina. Kanya menatap ke arah Karina "Marah? Buat apa?" "Dia kan baru aja jadian sama ka Dafa" "Oh" "Respon lo 'oh' doang?" Karina berdecak. "Gue udah tau itu, dan buat apa gue marah?" Karina menatap Kanya tidak percaya "Hati lo terbuat dari apa sih? Luna ini sahabat lo, dan ka Dafa itu gebetan lo. Apa lo nggak merasa di khianati atas itu?" Kanya menggeleng polos "Let me correct, gue udah nggak ngegebet ka Dafa lagi" ucap Kanya masih tenang. Karina menggeleng tidak percaya "Secepat itu kah perasaan lo berubah?" Kanya menghela nafas panjang 'Please, gue lakuin itu karena gue sadar, bahwa ka Dafa mencintai sahabat gue sendiri, percaya deh ini lebih menyakitkan dari pada cinta sebelah tangan' batin Kanya, "Perasaan gue ke ka Dafa itu cuma sekedar rasa kagum semata, dan gue sadar saat gue tau ka Dafa cinta sama Luna" "Apa sekarang hati lo udah di isi oleh seseorang?" tanya Karina penasaran. Kanya mengangkat bahunya dan mencebikkan bibirnya tidak peduli "Gue nggak tau, yang jelas gue nggak punya perasaan special buat ka Dafa" ucap Kanya. "Tapi-" "Please Rin, gue lagi nggak dalam mode mood untuk membahas lelaki, kita cari topik lain aja ya" potong Kanya dengan nada bosan. Dari luar terdengar nada keributan saat ketua kelas Kanya datang, ia langsung memberi laporan "Guys, ketos kita lagi berantem tuh" ucap Vero, ketua kelas Kanya. "Ketos? Serius? Berantem sama siapa?" tanya Vina heboh. "Gue nggak liat secara jelas, banyak yang nonton soalnya, kalian liat saja sendiri" ucap Vero. Lalu Vina langsung melarikan dirinya ke lapangan. "Nya, liat yuk, gue penasaran, kok ketos berani berantem ya di sekolah, dia kan harus mencontohkan hal-hal yang baik" ucap Karina. Lalu Kanya mengangguk setuju, dan mereka berdua berjalan menuju keramaian berada. "Oh my god, itu ka Raken, Nya" ucap Karina heboh. 'Ngapain Raken sama ka Denta berantem?' batin Kanya. Raken dan Denta saling adu pandang dengan kilatan amarah di mata mereka masing-masing. Saling meninju untuk melampiaskan amarah mereka, Denta seakan tidak peduli dengan keadaan sekitar dan jabatan nya sebagai ketua osis di sekolah ini. Pemandangan yang baru saja terjadi di sekolah ini, lapangan sudah penuh dengan penonton yang penasaran dengan apa yang terjadi. Lalu suara peluit yang kencang pun terdengar,  "Bubar, kembali ke kelas masing-masing, ini sangat tidak layak untuk di tonton" teriak kesiswaan, dan murid-murid pun kembali kekelas walaupun sesekali ada yang mengintip lewat jendela. "Kalian berdua ikut saya!" perintah pa Zai, kesiswaan sekolah ini. Lalu Raken dan Denta mengikuti langkah kaki pa Zai. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD