fifteenth tale

2067 Words
Karena ngebuka hati, nggak semudah merelakan. --- SUDAH sekitar 5 hari Kanya berada di rumah sakit, saat ini dia dibolehkan untuk kembali bersekolah. Kanya sangat senang dengan ucapan Genta, itu artinya dirinya terbebas dari rumah sakit. "Kakak ngebolehin kamu kembali sekolah, tapi ingat, jangan terlalu lelah, nggak boleh lari-larian, harus banyak minum-" "Iya ka iya, Kanya paham kok. Ka Genta udah bilang itu puluhan kali" ucap Kanya jengah. Genta tersenyum geli melihat Kanya badmood mendengar ocehannya sedari tadi "Yaudah, hati-hati dijalan" ucap Genta lalu Kanya berangkat ke sekolah. Kanya berangkat dari rumah sakit karena seragamnya sudah disiapkan sama ka Genta, jadi Kanya tidak perlu ke apartment terlebih dahulu. Lalu Kanya menaiki taksi untuk pergi ke sekolah, taksi ini sudah di pesan kan oleh Genta. Kanya kembali menginjak kawasan sekolah, ia sangat rindu dengan sekolahan nya. Kanya melangkahkan kakinya menuju kelas nya. Kedua temannya langsung memeluknya "Kanya kemana aja lo selama lima hari ini? Kita kangen sama lo" tanya Luna. Karina mengecek tubuh Kanya dari atas sampai bawah "Lo kenapa? Mata lo udah kayak zombie gitu?" tanya Karina. "Gue dirumah, gue nggak enak badan, makanya nggak masuk" ucap Kanya. "Sekarang udah sembuh?" tanya Luna. Kanya mengangguk "Udah kok" *** "VIN? Lo liat Luna atau Karina nggak?" tanya Kanya yang baru saja dari perpustakaan untuk mempelajari pelajaran yang tertinggal. "Luna sih biasanya ke taman belakang akhir-akhir ini, kalo Karina nggak tau deh, dia nggak bilang apa-apa ke gue" ucap Vina, teman sekelas Kanya. "Oh yaudah, makasih ya Vin" Lalu Kanya ke taman belakang untuk bertemu Luna, ini ada rumus yang dia kurang mengerti, ia ingin bertanya pada Luna yang kemarin masuk sekolah, siapa tau ia bisa menjelaskan rumus ini pada Kanya. Kanya menjatuhkan buku fisika yang ada di genggamannya, melihat Luna sedang berciuman dengan Dafa di pojok taman belakang, lumayan tertutup dipojok sana. Merasa ada suara, Luna dan Dafa menghentikan aktifitas nya lalu menghampiri Kanya yang buru-buru mengambil buku fisika. Saat Kanya ingin lari dari mereka, Luna mencekal "Kanya, gue mau jelasin suatu hal sama lo, please jangan marah sama gue" ucap Luna. Kanya menatap Luna dan Dafa secara bergantian lalu tersenyum kaku "Gue tadinya mau nanya pelajaran fisika yang gue nggak ngerti, tapi kayaknya lo lagi sibuk, yaudah nanti aja deh gue tanyanya, lanjutin aja, Lun" ucap Kanya bersiap untuk pergi lagi. Luna menarik pelan tangan Kanya "Please, Nya. Izinin gue buat jelasin suatu hal ke lo" ucap Luna dengan mata penuh harap. Kanya kembali menatap Luna "Yaudah jelasin aja apa yang pengen lo jelasin ke gue" ucap Kanya berusaha tenang, walaupun jantung nya tidak bisa berkerja dengan baik, ia takut, entah untuk apa itu. "Gue tau, dari dulu lo udah suka sama ka Dafa sejak dulu, munafik kalau gue pura-pura nggak tau soal itu, tapi gue bener-bener minta maaf sama lo karena gue juga memiliki rasa yang sama seperti lo, tapi itu di luar kendali gue, Nya. Pada saat di Dufan, gue mulai ada rasa sama ka Dafa, gue tau itu salah, kesalahan fatal karena udah jatuh cinta sama seseorang yang lo kagumi. Gue ngerasa jadi sahabat lo yang paling jahat dengan ini, gue minta maaf karena gue udah jadian sama ka Dafa dibelakang lo, Nya. Gue minta maaf, Nya. Gue nggak bisa ngurangin perasaan gue, perasaan gue mengalir gitu aja tanpa gue sadari" aku Luna tepat di depan Kanya. Kanya merasa ribuan volt listrik menyetrum dirinya, kenyataan ini seharusnya ia dengar sejak lama, agar ia bisa melupakan dafa dan merelakan untuk Luna. Kanya berusaha tersenyum walaupun matanya menyiratkan kesedihan "Gue ngerasa jadi sahabat yang nggak peduli sama lo, seharusnya gue tau ini sejak lama, kenapa lo nggak pernah bilang ke gue soal ini?" tanya Kanya dengan wajah datar. "Maaf, Nya. Gue nggak bisa cerita ke siapapun, pada saat itu gue masih bingung sama apa perasaan gue yang sebenarnya, tapi gue sekarang sadar, bahwa apa yang gue lakuin itu membuat lo sakit hati, gue minta maaf, gue harap lo nggak marah sama gue, Nya" ucap Luna takut. Kanya justru tertawa pelan "Marah? Marah buat apa? Gue justru seneng lo udah jujur sama gue, Lun. Gue selalu berdoa yang terbaik buat lo" Luna langsung memeluk Kanya erat "Maaf, Kanya, tolong jangan jauhin gue setelah ini, gue sayang lo. Maaf gue udah ngerebut gebetan lo, gue tau gue jahat banget jadi sahabat, maafin gue, Nya" ucap Luna. Kanya merenggangkan pelukan itu "Ini bukan salah lo, perasaan bisa muncul kapanpun tanpa kita sadari, gue nggak mau jadi tembok untuk hubungan kalian, gue sadar kalau ka Dafa emang nggak di takdirin buat gue, mungkin rasa yang gue milikin buat ka Dafa itu cuma sekedar rasa kagum" Kanya menatap Dafa. "Selamat ya, semoga longlast. Gue akan terus berdoa yang terbaik buat hubungan kalian" "Nya" panggil Dafa saat Kanya ingin pergi. "Maafin gue, karena udah manfaatin perasaan lo demi Luna, gue nyesel pernah ngelakuin hal itu ke lo, maaf udah buat hati lo sakit" ucap Dafa lalu Kanya hanya menggangguk dan tersenyum, lalu meninggalkan Dafa dan Luna. Mungkin mengikhlaskan lebih indah, walaupun harus memeluk sakit akan rasa hampa. *** SESAK? Mungkin itu yang di rasakan seseorang jika ternyata sahabatnya berpacaran dengan gebetan kita, tapi yang Kanya rasakan adalah perasaan lega, lega karena Luna sudah tidak berbohong akan perasaannya sendiri di depannya. Kanya tau itu, Kanya tau Luna menyukai Dafa semenjak apa yang terjadi di dufan, ia tidak ingin egois dengan benci dengan Luna, karena ia tau dua insan itu saling mencintai dan salah baginya jika ia menghalangi hubungan mereka. Lalu ada tangan yang memberinya sebuah permen s**u di depannya, Kanya menoleh, ternyata Raken. Lalu Kanya menerima itu "Makasih" dan langsung pergi meninggalkan Raken. "Kanya, kenapa sih lo nggak pernah ngeliat orang di sekeliling lo?" pertanyaan itu membuat Kanya menghentikan langkahnya. Raken melangkahkan kakinya mendekatkan dirinya kepada Kanya "Kenapa lo nggak pernah ngeliat gue?" tanya Raken pelan. "Apa karena lo masih ada perasaan sama Dafa?" tanya Raken. "Aku udah nggak punya perasaan apapun sama ka Dafa" sahut Kanya. "Lalu kenapa lo selalu menghindar dari gue?" sejak datang ke sekolah, Kanya memang menghindari Raken, padahal Raken ada di depan gerbang namun ia mengabaikan seolah tidak mengenal. Lalu di perpustakaan, Kanya langsung pergi saat melihat Raken memasuki area perpustakaan. "Aku nggak menghindar, mungkin kebetulan aja aku ada suatu keperluan jadi nggak bisa ngobrol sama kamu" alibi Kanya. Bel berbunyi, Kanya sangat bersyukur bel berbunyi saat itu "Ken, aku ke kelas ya, udah bel nih" tanpa menunggu persetujuan, Kanya langsung pergi ke kelas. Raken mengacak-acak rambut nya frustasi, mengapa Kanya menghindar dari dirinya? *** KANYA sedang menyalin pelajaran yang tertinggal di buku Luna, padahal ini sudah jam pulang "Kanya, gue pulang duluan ya, mama gue mau minta anterin ke salon soalnya" ucap Karina. Kanya mengangguk "Yaudah, gue pulang sendiri kok, tanggung nih belum selesai" "Yaudah, gue duluan ya, bye" "Bye" Kalau Luna? Dia sudah pulang duluan karena tadi di jemput oleh Dafa ke kelas, Kanya tidak ingin menahan Luna untuk menemaninya. Lalu disinilah Kanya, sendirian di kelas menyalin pelajaran yang tertinggal. Kanya hampir terjengkang kebelakang karena kaget, melihat ada seseorang didepannya "Lo lucu deh kalau kaget gitu" lalu dia terkekeh. "Ngapain disini?" tanya Kanya sambil merapihkan bukunya. "Loh kok lo mau pulang? Bukannya belum selesai?" tanya Raken melihat Kanya memasukan bukunya ke dalam tas. "Mau dilanjutin dirumah aja, Ken" ucap Kanya lalu berjalan keluar kelas meninggalkan Raken sendirian. Raken mengejar Kanya "Nya? Apa dengan gue mencoba masuk ke dalam hati lo, membuat lo nggak nyaman?" tanya Raken pelan. Kanya menggigit bibir bawahnya "Ken, please. Sebelumnya kita orang asing, lalu kejadian mendekatkan kita, tapi aku belum bisa untuk menerima kamu masuk ke dalam hati aku" "Tapi kenapa, Nya? Apa udah ada seseorang di hati lo?" Kanya menggeleng "Tolong, Ken. Aku butuh waktu buat hal ini, jangan deketin aku sebelum aku udah nemuin jawabannya" ucap Kanya lalu berjalan lagi meninggalkan Raken. "Gue sayang lo, Nya" ucap Raken. *** KANYA menerjapkan matanya, kepalanya sangat pusing, mengingat dirinya tadi di sekap oleh dua orang pria dan membawanya ke suatu tempat. Kanya melihat ke sekeliling, sambil memijat pelipisnya, ini kamarnya, iya ini kamarnya, kamar bernuansa merah muda dan biru. Ada ayahnya di depan matanya "Anya, kamu udah bangun sayang?" tanya Artha lembut sambil mengelus rambut nya. Kanya menghempaskan tangan Artha di rambutnya lalu berusaha turun dari tempat tidur "Mau kemana kamu nak?" tanya Artha lembut. "Aku mau pulang, Kenapa ayah nyulik aku kesini?" teriak Kanya tidak terima. Reta yang baru saja datang ke kamar Kanya sambil membawa nampan berisi cokelat panas "Minum dulu ya, Kanya?" ajak Reta lembut. "Nggak sudi" ketus Kanya. Artha menghampiri Kanya "Sayang, kamu nggak boleh kayak gitu, mama Reta mama kamu sekarang" ucap Artha pelan agar Kanya mengerti. "Itu cuma ayah yang bilang, aku nggak beranggapan bahwa tante Reta itu mama aku, aku nggak pernah setuju tentang itu" ucap Kanya tajam. "Kenapa kamu bicara seperti itu sayang? Ini mama kamu sekarang" ucap Artha ingin membuat Kanya mengerti. "Kanya bicara kayak gini karena Bunda! Kanya sayang Bunda! Kanya nggak pernah berfikir bahwa ada orang yang bisa gantiin Bunda!" teriak Kanya sedih. Artha memeluk Kanya "Anya sayang, Ayah ngelakuin ini buat kamu, Ayah sedih tiap kali kamu inget Bunda, Ayah sadar kalau kamu butuh perhatian dari seorang ibu" ucap Artha. "Ayah mau tau apa yang aku butuhin sekarang?" "Apa sayang?" "Aku butuh Ayah, bukan mama baru, Ayah yang perhatian sama aku itu udah lebih dari cukup buat aku, Yah" lirih Kanya. Artha langsung memeluk erat Kanya "Maafin Ayah, ayah jarang ada waktu buat kamu, kamu mau ya tinggal disini lagi? Disini rumah kamu sayang" ucap Artha pelan, ia sangat rindu dengan anaknya yang telah kabur dari rumah. Kanya menggeleng cepat dan melepaskan dirinya dari pelukan Artha "Aku belum siap untuk itu, jangan paksa aku, aku masih belum siap nerima kenyataan yang ada dirumah ini" ucap Kanya lalu mengambil tas yang ada di dekatnya lalu pergi keluar dari rumah Artha. *** SAAT Kanya berjalan di dekat perumahan Artha, membuat Kanya mengingat masa kecilnya yang menyenangkan. *Flashback on* "Ayo kejar Anya, wlee" Kanya memeletkan lidahnya ke arah Milano sambil mengayuh sepedanya. "Anya berhenti, nanti kamu kecapean aku yang diomelin bunda" teriak Milano sambil cemberut. Kanya memberhentikan sepeda kecil miliknya "Iya iya Anya berhenti, tapi beliin ice cream ya? Ya ya ya? Pleaseee" pinta Kanya. Milano tersenyum lebar "Gitu dong, yaudah yuk kita beli sekarang? Siapa yang sampai duluan dapet dua ice cream ya, satu dua tiga" Milano mengayuh sepedanya meninggalkan Kanya yang kesal karena Kanya belum bersiap-siap. Saat sampai di tukang ice cream Kanya mendengus "Kakak licik ah, Anya kan belum siap tadi" Kanya cemberut. Milano tertawa bahagia "Yaudah deh, kamu kakak beliin dua ice cream" mendengar itu Kanya langsung kembali bahagia. "Beneran?" tanya Kanya memastikan, Milano mengangguk "Bang, Anya mau ice cream dua ya, satu vanilla, satu cokelat" pesan Kanya. "Kakak belinya cuma satu aja?" tanya Kanya saat melihat hanya satu ice cream di genggaman Milano. "Iya, Anya lihat deh disana ada balon terbang" tunjuk Milano kebelakang Kanya. Milano mencolek kan ice cream di pipi Kanya "Kena!" lalu Milano tertawa terpingkal-pingkal. Kanya langsung cemberut kesal "Kakak!" protes Kanya lalu tersenyum jail ke arah Milano. Karena dua ice cream yang di pesan olehnya telah habis, Kanya mengambil ice cream milik Milano dan menjauhkan dirinya dari Milano "Anya minta ice cream nya ya" ucap Kanya sambil tertawa geli. Milano yang merasa kecolongan ice cream pun tertawa karena adiknya tidak pernah merasa kenyang jika memakan ice cream. *Flashback off* "Anya kangen kakak, Anya kangen banget sama ka Lano, aku pengen kembali ke masa lalu, saat dimana kita tidak mengenal masalah" ucap Kanya sambil meneteskan air matanya. Aku ingin menjadi anak kecil, yang bahagia tanpa harus tau apa alasannya. Kanya ingin kembali ke masa kecilnya, masa dimana ia merasa sangat bahagia. "Kak" panggil anak kecil yang berada di depannya yang tidak Kanya sadari keberadaan nya. Kanya berjongkok menyamakan tatapannya pada anak kecil tersebut. "Iya kenapa dek?" tanya Kanya. Lalu anak kecil itu memberikan sebuah kotak yang sebesar kardus pasta gigi yang kecil. "Ini apa?" tanya Kanya sambil memandang kotak yang dibungkus warna biru. "Sesuatu ka, bukanya nanti aja kalau malam katanya" "Kata siapa?" tanya Kanya. "Kakak ganteng ka" ucap anak itu antusias. "Kakak ganteng? Siapa dek?" tanya Kanya bingung. "Ada deh, katanya di dalam situ udah tercantum namanya" ucap anak itu sambil tersenyum "Yaudah kalau gitu aku pergi dulu ya, kakak hati-hati, jangan lupa dibuka kotaknya" pamitnya lalu pergi. Kanya mengangguk "Makasih ya dek" ucap Kanya. Kanya sedang menerka-nerka siapa yang memberikan kotak ini padanya. Siapa yang memberikan kotak biru ini? ***  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD