sixteenth tale

462 Words
Aku takut, takut merasakan luka atas nama cinta. Tapi, cinta selalu sepaket dengan luka bukan? --- SAAT Kanya sampai di apartment nya, tatapan Kanya selalu menjurus ke arah kotak berwarna biru yang di berikan oleh anak kecil tadi. Kanya menimang-nimang kotak tersebut 'Buka nggak ya?' tanya Kanya dalam hati, lalu meletakkan kotak itu pada meja belajarnya lagi. Lalu mengambil lagi 'Ah penasaran, buka aja deh' putus Kanya lalu membuka kotak warna biru itu dengan hati-hati. Terlihat kalung yang tidak terlalu panjang, dan tidak terlalu pendek. Pas untuk ukuran leher remaja. Kalung yang bertali warna hitam dengan bentuk bulan sabit yang mengkilau di bawahnya. Lalu Kanya menarik sebuah kertas kecil yang berada di bawah kalung tersebut. Kamu orang yang kuat, bukan? Apa lari bisa menyelesaikan masalah? Selesaikan masalah kamu apapun resikonya. P. s kamu pakai ya, aku tau kamu suka malam. -RL. RL? Membaca itu Kanya sudah tau siapa yang memberikan kotak biru ini padanya. Kanya mengambil handphonenya dan mengetikkan sesuatu. Kanya Armaya : Aku suka malam, bukan bulan sabit. Btw thanks ya giftnya, i like this. Kanya menekan tombol send, lalu mencoba memakai kalung itu, sangat cocok baginya. Raken Lindsey : Penjualnya nggak jualan bentuk langit yang gelap, bulan masih ada unsur malamnya kok. Kanya tersenyum kecil melihat Line dari Raken. Kanya Armaya : iya iya, kamu memakai aku-kamu dalam surat menyurat ya? Tanpa menunggu lama, Kanya langsung mendapatkan balasan Line dari Raken. Raken Lindsey : Hahaha iya, bagus nggak? Kanya Armaya : b aja, padahal aku lagi nggak ada masalah apapun, tapi kenapa kamu nulisnya ada kata 'masalah'? Raken Lindsey : Aku tau kamu sama sekali nggak pandai berbohong ya kan? Aku lihat mata kamu tadi. Kanya Armaya : Sejak kapan kamu manggil aku pake aksen aku-kamu? Raken Lindsey : Sejak tadi. Kanya langsung mematikan data seluler, dan mencoba untuk menetralkan pikirannya. Apapun yang terjadi semoga ini tidak berujung pada kepedihan. *** KANYA duduk di meja belajarnya yang menghadap ke arah kaca, di kaca tersebut, terlihat tetesan air berkumpul di kaca itu. Hujan sedang turun diluar sana, namun Kanya hanya duduk sambil menatap tetesan hujan dari dalam sambil menyesap cokelat panas yang baru saja ia buat. Kanya membuka buku dan mengambil pensil di sebelahnya dan menuliskan sesuatu disana. Kamu nggak bisa menghentikan perasaan yang ada didalam hatimu untuk seseorang. Kamu tidak bisa membohongi diri sendiri. Hati kamu tau kebenarannya. Kata-kata itu mengalir saja pada pensil yang di pegang Kanya. Kanya membaca ulang apa yang ia tulis pada kertas yang cantik tersebut. Dirinya yang menulis dengan tangannya sendiri, namun mengapa Kanya masih tidak mengerti dengan apa yang ia tulis? Kanya menggesekkan kuku telunjuk dengan kuku jempolnya, ia selalu melakukan itu jika ia sedang bingung. 'Dear heart, what mean of this word? Why you write it Kanya?' batin Kanya pada dirinya sendiri. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD