twenty third tale

553 Words
SAAT Kanya ingin pulang ke rumah, hujan turun. Karina dan Luna sudah pulang sejak tadi, namun dirinya kekamar mandi dahulu karena merasa dirinya kurang enak badan. Hujan semakin lebat, petir pun bergemuruh. Kanya mulai kedinginan, badannya bergemetar, mungkin juga bibirnya memucat. Kanya tidak membawa jaket ataupun payung saat ini, sekolah semakin sepi karena siswa lain sudah pulang sejak tadi. "Tumben nggak nerobos hujan" suara itu membuat Kanya kaget, ternyata Raken. Kanya menggeleng "Deres banget" "Kamu nggak mau main hujan-hujanan?" tanya Raken. Lagi-lagi Kanya menggeleng "Lagi nggak pengen, Ken" Raken manggut-manggut "Sekolah makin sepi aja ya, kamu mau nunggu sampai hujan reda?" Kanya mengangguk "Iya, aku nunggu hujan reda aja" "Bareng aku aja, ayo ke parkiran. Aku bawa payung nih" lalu Raken mengeluarkan payung dari tasnya. "Nggak usah, Ken. Aku takut ngerepotin" tolak Kanya halus. "Siapa bilang aku ngajak kamu? Ini perintah tau, udah ayo. Kamu mulai kedinginan kan" Raken membuka payungnya dan merangkul Kanya ke parkiran. Kanya menurut, tubuhnya terlalu lemah saat ini untuk menolak ataupun menunggu hujan reda. Karena konsentrasi Kanya buyar, Kanya tersandung batu didepannya "Aw" pekik Kanya, Raken langsung membantu Kanya untuk berdiri, lalu menggendong Kanya ala bridal style. Raken berlari sampai mobilnya berada, payungnya sudah ditinggalkan disana, menurut nya Kanya lebih penting dibandingkan payung tersebut. Raken segera meletakkan Kanya di bangku mobilnya, di tengah derasnya hujan. Sebagian baju Kanya sudah basah akibat hujan, saat ini pikiran Kanya terpecah belah, antara merasakan rasa sakit didalam tubuhnya, lututnya yang berdarah akibat tersandung, dan Raken yang menggendong nya tadi. Raken yang entah sedang apa, seperti nya ia mencari-cari sesuatu. "Lutut kamu aku obatin dulu ya? Takutnya infeksi" ucap Raken sambil membuka kotak obat. Kanya mengangguk, dan menjilat bibirnya yang dingin dan pucat. Raken dengan telaten mengobati luka yang ada dilutut Kanya. Setelah selesai, Raken mengambil sebuah jaket dari tasnya untuk menyelimuti tubuh Kanya. Setelah itu Raken menjalankan mobilnya. Dalam perjalanan mereka berdua hanya diam dan melirik sesekali, dan jika pandangan mereka bertemu, salah satu dari mereka langsung mengalihkan pandangan nya. Kanya bergumam pelan "Makasih, Ken" Sangat pelan, namun Raken bisa mendengar itu dengan jelas. Raken mengangguk "Nya" panggil Raken. Kanya menoleh "Kenapa?" tanya Kanya pelan, ia sangat kedinginan sekarang. "Jadi pacar aku ya" spontan, Raken mengucapkan itu, ini bukan untuk mengetahui kebenaran, namun ini alami dari hatinya. Hatinya menginginkan Kanya. Kanya menegang, dan meluruskan pandangan nya kedepan. Shock, Kanya terkejut. Raken berdeham, membuat Kanya kikuk "Em-" "Ini bukan pertanyaan, Nya. Aku suka kamu sejak lama, sejak pertama kali kita ketemu. Aku tau, Nya. Kamu belum siap untuk menerima orang baru di hati kamu, tapi Nya izinin aku buat bisa bahagiain kamu, dengan cara sederhana" jelas Raken. Kanya tersenyum lalu mengangguk, namun saat Raken ingin melebarkan senyumannya. Hidung Kanya meneteskan darah, Kanya langsung menghapus darah tersebut menggunakan tangannya "Aku nggak apa-apa, aku baik-baik aja" ucap Kanya. Kanya mengalihkan pandangan ke kaca mobil, dan saat hidung nya sudah tidak ada darah, Kanya kembali menatap Raken dan memasang senyuman lebar "Tuh lihat, aku gapapa" Raken mengangguk namun ia masih belum yakin, namun detik-detik kemudian. Kanya tidak sadarkan diri, tubuhnya lemas dan dahinya terbentur dashboard. Raken langsung menghentikan mobilnya, Raken panik bukan main. Raken berusaha untuk membangunkan Kanya, namun Kanya tetap memejamkan matanya, darah segar mengalir di hidungnya. Raken panik tingkat dewa, ia tidak bisa berfikir jernih, dan akhirnya Raken membawa Kanya ke rumah sakit. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD